Sunday, 6 May 2012

Rekonstruksi Teknologi Pembentukan Value Added


Rekonstruksi pembentukan VA sebenarnya sulit dilakukan dengan pendekatan pendapatan dan biaya, karena dalam konteks akuntansi konvensional (Belkaoui 2001; Kam 1990; Suwardjono 2005; Chariri dan Ghozali 2000) keduanya berhubungan dengan laba. Pengakuan maupun pengukurannya hanya sebatas keterukuran dan keterandalan, serta konsep penandingan yang mempertegas laba akuntansi yang material. Hal ini tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dan tujuan syari’ah. Pertama, pengakuan pendapatan berkaitan realisasi pendapatan yang berimplikasi sifat dasar halal. Kedua, pengakuan pendapatan dalam proses pembentukan pendapatan berbasis akrual dan ditetapkannya time value of money yang berujung riba. Ketiga, prinsip penandingan pendapatan dan biaya masih belum sesuai tujuan syari’ah. Dalam penandingan tidak nampak aspek keadilan sosial, tetapi hanya muncul sifat egositik akuntansi. Pengakuan hanya berkaitan biaya dan manfaat bersifat privat. Menurut Triyuwono (2004) privat di sini diartikan sebagai pencatatan biaya dan pendapatan dari sudut pandang kepentingan perusahaan. Sedangkan pendapatan dan biaya yang sifatnya publik sama sekali tidak disajikan.
Pendekatan pendapatan dan biaya dalam VAS dapat dijadikan alternatif menentukan pembentukan, pengakuan dan penandingannya yang sesuai nilai Islam dan tujuan syari’ah. Sebenarnya mengapa aliran akuntansi Non-Middle Ground memilih VAS sebagai pengganti Laporan Laba Rugi, pertama karena masalah keadilan. Keadilan lebih nampak pada VAS karena terdapat keseimbangan kepentingan antara investor, manajer, karyawan, masyarakat dan lingkungan. Kedua, masalah akuntabilitas. Dua alasan ini telah mengembangkan VAS menjadi EVAS. Tetapi Non Middle Ground sebenarnya masih tetap pada konsepsi materi. Perluasannya hanya pada konsepsi pengukuran finansial dan non-finansial. Sedangkan nilai-nilai non materi tidak pernah terdeteksi.
Sebagai poros VAS zakat adalah alat pensucian VA berbentuk zaka yang bersifat materi menjadi zakka yang bersifat materi sekaligus spiritual. Prinsip ini disebut konsistensi dalam teknologi. Bentuk EVAS yang disesuaikan prinsip tazkiyah harus sesuai tujuan laporan keuangan AS yaitu bersifat materi dan sekaligus spiritual. Penyesuaian di sini adalah perluasan pembentukan VA. EVAS yang diperluas menyetujui perluasan penciptaan VA finansial dan penciptaan VA sosial. Setelah itu bagaimana bentuk riil penciptaan VA yang spiritual? Sebenarnya bentuk materi adalah bentuk informasi yang bersifat spiritual dalam bentuk akuntabilitas. Artinya informasi yang disajikan harus memenuhi akuntabilitas pada direct participants dan indirect participants (Triyuwono, 2002b). Maka bentuk informasi akuntabilitas EVAS yang bersifat direct participants yang finansial-sosial perlu diperluas menjadi finansial-sosial-lingkungan.
Khusus berkaitan aspek spiritual disesuaikan dengan koeksistensi nilai diri manusia yaitu ketundukan (Abdullah) dan kreativitas (Khalifatullah fil ardh). Bila dilihat, bentuk spiritualitas EVAS masih dalam tataran khalifatullah fil ardh, akuntabilitas yang sifatnya horisontal. Untuk mencapai kesatuan nilai-suprakosmos dan sumber nilai-metakosmos (Mahzar 2004) diperlukan sinergi oposisi biner spiritualitas Khalifatullah fil ardh-Abdullah. Kesepaduan antara kreativitas dan ketundukan dijalankan oleh realitas psikis/batin manusia untuk kepuasan dan ketenangan hidup dalam bentuk keimanan yang selalu dicatat oleh God Spot (implementasi dari kesepaduan jenjang nilai-suprakosmos). Untuk mewujudkan ketakwaan pada puncak penciptaan yaitu Allah (implementasi kesepaduan jenjang sumber nilai-metakosmos). Hal ini tidak dapat dicatat secara kuantitatif tetapi kualitatif yang terikat dengan bentuk kuantitatif. Artinya pencatatan laporan kualitatif VAS terdiri dari penjelasan atas spiritualitas khalifatullah fil ardh dan juga spiritualitas abdullah. Inilah yang disebut dalam AS sebagai ketakwaan.

Berkaitan ketundukan lewat tazkiyah ini sebelum didistribusikan harus jelas kedudukan ke-halal-an dan pencatatannya. Terjaminnya aktivitas ekonomi yang sesuai tujuan syari’ah (halal dan bebas riba serta memenuhi prinsip keadilan) sangat dianjurkan pencatatan atas aktivitas halal. Pencatatan bentuk output ketundukan primer finansial (halal zaty) dan sosial/lingkungan (halal hukmy) dari pencapaian halal atas aktivitas ekonomi. Disamping itu, juga terdapat pencatatan bentuk input ketundukan sekunder finansial (halal zamany) dan sosial/lingkungan (halal makany) dari pencapaian halal atas aktivitas ekonomi.
Berkaitan kreativitas terjaminnya aktivitas ekonomi yang halal dan bebas riba serta memenuhi prinsip keadilan, sangat dianjurkan pencatatan aktivitas halal dan riba. Pencatatan bentuk output kreativitas primer secara finansial yaitu reduksi riba ekonomi berbentuk bai’, dan sosial/lingkungan yaitu reduksi riba sosial berbentuk Syirkah baik Musyarakah maupun Mudharabah. Disamping output kreativitas primer terdapat pencatatan bentuk input kreativitas sekunder finansial yaitu reduksi riba sosial/lingkungan dalam bentuk shadaqah.

No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers