[Kei’s POV]
Aku benar-benar menyesal tlah kelewatan
bicara. Andai terjadi apa-apa pada Ryosuke lagi, mungkin aku tak kan pernah memaafkan
diriku sendiri. Akupun hanya bisa terdiam memandang wajah Ryo-chan menunggu
respon darinya.
“Hm… Bagaimana ya mengatakannya?!” respon
anak itu sambil menggaruk-garuk kepalanya. Aku, Daiki, dan kak Yuyapun hanya
bisa saling pandang.
“Ryo-chan, tolong dengarkan penjelasan
kakak dulu” kata kak Yuya dengan segera merespon kalimat Ryo-chan tadi. Sudah
pasti kak Yuya khawatir jika Ryosuke sampai syok lagi.
“Ryo dah tahu kok, kak” jawab Ryo pendek sambil
tersenyum polos.
“Sudah tahu?!” tanyaku padanya dengan wajah
tak percaya. Kak Yuya dan Daikipun terlihat sama terkejutnya denganku.
“Awalnya Ryo memang sempat syok saat Megumi
mengatakan itu” katanya mulai menjelaskan.
“Tapi Ryo bukan anak kecil lagi. Ryo tahu
bahwa Ryo tak boleh terlarut dalam kesedihan ditinggalkan orangtua. Lagipula
semua itu adalah kecelakaan. Bukan sepenuhnya salah Megumi” jelasnya pada kami
masih dengan senyum di wajahnya.
[Megumi’s POV]
Aku benar-benar lega mendengar kata-kata
Ryosuke tadi. Akupun segera memeluknya erat. Aku tak bisa menahan diriku… aku
langsung mencium orang yang kucintai itu tepat dibibirnya.
“Kei, Daiki, ayo kita jalan-jalan dulu”
kata Yuya sambil menarik baju kedua adiknya dan meninggalkanku berdua dengan
Ryo-chan.
“Aku sudah pernah bilang… Sebesar apapun
kesalahan Megumi, pasti akan Ryo maafkan. Karena aku sangat menyukai Megumi.
Begitu juga sebaliknya, bukan?!” kata-kata yang ia ucapkan barusan semakin
menentramkan hatiku.
Tiba-tiba seseorang datang menghampiri
kami.
“Syukurlah akhirnya kau datang juga” kata
Sasuke pada Ryo-chan.
“Terima kasih atas bantuanmu kemarin. Jika
bukan karena bantuanmu, mungkin aku sudah mati” jawab Ryo-chan sambil tersenyum
ke arah Sasuke dan mengulurkan tangannya tuk menjabat tangan Sasuke.
“Kau memang sudah mati” jawab Sasuke pendek
dan segera melangkahkan kakinya meninggalkan kami tanpa menghiraukan uluran
tangan Ryo-chan.
“Wei… Dasar sok keren… Cuma berjabat tangan
ja tak mau!!” umpat orang yang kusukai itu pada Sasuke.
Sasuke yang tadinya sudah berjalan
meninggalkan kami, kembali melangkahkan kakinya ke arah kami.
“Nani?! Tadi aku salah ngomong, ya?!” tanya
Ryo-chan polos ke arahku.
“Kalau bukan karena Sakura, kau pasti sudah
terkubur di bawah tanah kemarin” kata Sasuke sambil menarik kerah Ryo-chan dan
menatap tajam mata kekasihku itu dengan matanya yang tiba-tiba berubah jadi
merah.
*****************
[Daiki’s POV]
Hatiku benar-benar lega mengetahui bahwa
adikku ternyata sudah bisa berfikir dewasa. Syukurlah ia bisa mengikhlaskan
kepergian orangtua kami.
“Yuya…” kudengar suara Hermione memanggil
Yuya.
“Selamat berjuang ya! Kalian tak boleh
kalah” tambahnya sambil memegang wajah Yuya plus senyumnya yang membuatku
jengkel.
“Uh, pacaran mulu sana ” gerutuku dengan nada mengejek.
“Plakk…” pukulan Yuya mendarat telak di
kepalaku.
“Dasar!!” gerutuku sambil berjalan
meninggalkan mereka berdua. Kei yang ada di sana juga tak membelaku sedikitpun. Uh…
Sementara menunggu pertandingan dimulai, akupun
berjalan-jalan dulu. Akhir-akhir ini aku belum sempat ngobrol dengan Sakura.
Akupun memutuskan tuk mencarinya. Biarpun ku tahu ia ada perasaan pada adikku,
yang bisa kulakukan hanyalah pantang menyerah selama masih ada harapan.
Aku melihat anak dari universitas ninja
berkumpul di salah satu sudut. Kulihat wajah-wajah mereka yang sangar. Wuh…
inilah para ninja. Aku tak menyangka bisa bertanding di final melawan mereka.
Aku mencoba mencari keberadaan Sakura di
antara kerumunan itu. Tapi aku tak menemukannya.
“Sedang apa kau di sini?!” suara Sasuke
dari arah belakangku benar-benar mengagetkanku.
“Eeee…. Aku mencari Sakura” jawabku dengan
agak takut melihat wajah Sasuke yang sepertinya sedang bad mood.
“Iya sudah pergi. Pergi tuk selamanya”
jawabnya pendek dan segera meninggalkanku.
Aku segera mengejar Sasuke. Aku tak tahu
maksud dari kata-katanya tadi.
“Apa maksudmu tadi?” tanyaku pada Sasuke.
“Dia sudah mati!! Paham!!” katanya dengan
nada tinggi dengan wajah yang terlihat ingin membunuhku.
Biarpun aku masih belum memahami maksudnya,
akupun segera lari meninggalkannya.
*****************
[Yuya’s POV]
“Maaf selama ini aku jarang
memperhatikanmu” kataku sambil membelai rambut Hermione yang terurai panjang.
“Yuya tak perlu minta maaf. Harusnya aku
yang minta maaf karena tak bisa menghiburmu di masa-masa sulitmu kemarin. Tapi
syukurlah adikku bisa selamat” jawab Hermione sambil tersenyum ke arahku.
*****************
[Kei’s POV]
Kak Yuya dan Ryosuke sedang asyik
bermesraan. Daiki sekarang ntah dimana. Hm, aku jadi iri pada kedua saudaraku
itu. Aku juga ingin merasakan belaian seorang wanita.
“Nani?! Apa yang sedang kupikirkan ini?!”
tanyaku pada diriku sendiri sambil memukul-mukul kedua pipiku.
“Kei!” aku mendengar suara Daiki
memanggilku. Aku melihat wajahnya yang murung. Tak biasanya ia semurung ini.
“Ada
apa, Dai-chan?!” tanyaku padanya sambil merangkulnya yang kini sudah duduk di
dekatku.
“Sasuke bilang padaku kalau Sakura sudah
tak ada lagi di dunia ini” jawabnya dengan suara lemas.
“Kau percaya itu?!” tanyanya padaku
melanjutkan kata-katanya.
Tentu saja aku agak terkejut mendengar
kata-kata Daiki itu. Kemarin kami masih melihat Sakura baik-baik saja. Suatu
hal yang aneh jika tiba-tiba ia sudah tak ada di dunia ini.
“Kakak” suara Ryosuke terdengar dari
belakangku dan kulihat ia segera duduk bersamaku dan Daiki sebelum kusempat
merespon pertanyaan Daiki tadi.
“Kak Dai-chan baik-baik saja?!” tanyanya
lembut sambil memandang ke arah Daiki.
“Ntahlah Ryo-chan. Barusan aku mendengar
hal yang membuat hatiku jadi terbebani dari Sasuke” jawab Daiki sambil
menundukkan wajahnya.
*****************
[Yuya’s POV]
“Sudah dulu ya. Aku ingin mencari
adik-adikku” kataku pada Hermione dan iapun segera mengiyakannya.
Aku berjalan mencari keberadaan ketiga
adikku. Aku melihat mereka bertiga tengah duduk bersama. Akupun segera
mempercepat langkahku ke arah mereka.
“Lagi pada ngapain nie?!” tanyaku pada
ketiga adikku itu sambil mengembangkan senyum di wajahku. Tapi aku segera
menghilangkan senyumanku itu ketika kulihat ketiga adikku tak merespon apapun.
“Jadi ia menukarkan nyawanya untukmu,
Ryo-chan?!” suara Daiki terdengar dengan nada bergetar sambil menundukkan
kepalanya. Sepertinya ia sedang menangis.
Aku benar-benar tak tahu apa yang terjadi.
“Kei, ada apa ini?” tanyaku pada Kei yang
terlihat hanya duduk diam tak mengatakan apapun.
“Sakura mengorbankan nyawanya tuk membuat
Ryo-chan hidup lagi kemarin” terangnya ringan padaku.
Akupun sedikit terkejut mendengar
pernyataan itu. Aku melangkahkan kakiku perlahan ke arah Daiki.
“Semua sudah ditakdirkan, Dai-chan. Kau
harus sabar” kataku pada adikku itu sambil memegang kedua pundaknya.
“Iya. Lagipula ia korbankan nyawanya tuk
mengembalikan Ryo-chan pada kita. Itu sebanding” katanya masih dengan isak
tangis dan langsung memeluk Ryo-chan yang saat itu ada di depannya.
*****************
[Ryosuke’s POV]
Materi kejuaraan sudah keluar. Aku masih
memikirkan kejadian barusan. Sakura mengorbankan nyawanya demi menghidupkanku
lagi. Biarpun pertukaran nyawa ini terdengar gila, tapi itulah kenyataannya.
Sakura seorang ninja medis. Pertukaran nyawa merupakan jurus akhir para ninja
medis. Tapi aku tak menyangka ia mau melakukan itu tuk buatku hidup lagi. Sebesar
itukah arti diriku untuknya?! Hatiku semakin galau jika mengingat hutang nyawa
ini.
“Materi babak sebelumnya sudah tak berlaku
lagi. Di final ini semua ujian dilakukan 1 lawan 1” kata kak Yuya pada kami.
“Yang pertama adalah pertarungan fisik.
Siapa yang berhasil membuat lawannya menyerah ataupun tak sadarkan diri akan
menang dan mendapatkan 100 poin” tambah kak Yuya dengan nada penuh semangat.
Aku tau kak Yuya sedang berusaha
mengembalikan semangat kami.
“Karena kali ini mungkin berbahaya, aku
yang akan maju” ujarnya sambil tersenyum ke arah kami.
“Tidak. Biar aku saja yang maju di
pertandingan pertama ini. Sudah pasti Sasuke yang akan turun di pertandingan
kali ini” sahut kak Daiki dengan wajah penuh keyakinan.
*****************
Daiki vs Sasuke
[Daiki’s POV]
Kak Yuya akhirnya membiarkanku tuk melawan
Sasuke.
Sakura, lihatlah, aku tak kan gentar biarpun harus berhadapan dengan
orang yang juga kamu sukai ini.
“Padahal aku mengharapkan adikmu yang akan
maju” kata Sasuke padaku dengan nada mengejek.
Biarpun aku tak tahu kenapa ia ingin melawan
adikku, tapi…
“Lawanmu sekarang adalah aku” jawabku tegas
padanya.
“Baiklah” jawabnya ringan sambil dengan
tiba-tiba melemparkan sesuatu ke arahku.
“Nani?!” aku terkejut mengetahui bahwa yang
ia lempar tadi adalah suriken. Untung tadi sesaat aku berhasil menghindarinya
secara reflek. Tapi mungkin lain kali nasibku tak kan seberuntung ini.
“Kau ingin membunuhku?!” kataku padanya
dengan nada tinggi.
“Ini adalah pertandingan. Biarpun dalam
pertandingan ini aku tak boleh membunuhmu, tapi aku boleh mencederaimu. Jika
ingin menyerah, maka sekaranglah waktunya” terangnya padaku dengan teramat
angkuh.
“Bagaimana, kau menyerah?!” katanya
tiba-tiba padaku yang tanpa kusadari ia sudah berdiri di belakangku sambil
memegangiku dan juga dengan meletakkan sebuah suriken di leherku.
“Bergerak sedikit saja, akan kucederai
lehermu ini” tambahnya dengan menunjukkan sharingannya padaku. Aku merasakan
darah sudah mengalir dari leherku.
“Dai-chan!!” aku mendengar teriakan panik
dari Yuya. Aku lihat ketiga saudaraku memandangku dengan wajah yang teramat
khawatir.
Kupejamkan mataku tuk sesaat. Kukepalkan
tangan kananku sekuat mungkin tuk mengumpulkan semua tenagaku….
Bbuugghh……
“Jangan pernah kau remehkan aku. Aku ini
juga laki-laki!!” teriakku pada Sasuke sambil menyikut keras-keras perutnya dan
membuatnya sedikit roboh dan terpental.
To Be Continue………..
*******************************
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^