Monday, 7 May 2012

Hey! Say! Jump Fanfiction - Crazy Competition Part 18



[Kei’s POV]
Aku benar-benar menyesal tlah kelewatan bicara. Andai terjadi apa-apa pada Ryosuke lagi, mungkin aku tak kan pernah memaafkan diriku sendiri. Akupun hanya bisa terdiam memandang wajah Ryo-chan menunggu respon darinya.

“Hm… Bagaimana ya mengatakannya?!” respon anak itu sambil menggaruk-garuk kepalanya. Aku, Daiki, dan kak Yuyapun hanya bisa saling pandang.
“Ryo-chan, tolong dengarkan penjelasan kakak dulu” kata kak Yuya dengan segera merespon kalimat Ryo-chan tadi. Sudah pasti kak Yuya khawatir jika Ryosuke sampai syok lagi.
“Ryo dah tahu kok, kak” jawab Ryo pendek sambil tersenyum polos.
“Sudah tahu?!” tanyaku padanya dengan wajah tak percaya. Kak Yuya dan Daikipun terlihat sama terkejutnya denganku.

“Awalnya Ryo memang sempat syok saat Megumi mengatakan itu” katanya mulai menjelaskan.
“Tapi Ryo bukan anak kecil lagi. Ryo tahu bahwa Ryo tak boleh terlarut dalam kesedihan ditinggalkan orangtua. Lagipula semua itu adalah kecelakaan. Bukan sepenuhnya salah Megumi” jelasnya pada kami masih dengan senyum di wajahnya.


[Megumi’s POV]
Aku benar-benar lega mendengar kata-kata Ryosuke tadi. Akupun segera memeluknya erat. Aku tak bisa menahan diriku… aku langsung mencium orang yang kucintai itu tepat dibibirnya.

“Kei, Daiki, ayo kita jalan-jalan dulu” kata Yuya sambil menarik baju kedua adiknya dan meninggalkanku berdua dengan Ryo-chan.

“Aku sudah pernah bilang… Sebesar apapun kesalahan Megumi, pasti akan Ryo maafkan. Karena aku sangat menyukai Megumi. Begitu juga sebaliknya, bukan?!” kata-kata yang ia ucapkan barusan semakin menentramkan hatiku.

Tiba-tiba seseorang datang menghampiri kami.
“Syukurlah akhirnya kau datang juga” kata Sasuke pada Ryo-chan.
“Terima kasih atas bantuanmu kemarin. Jika bukan karena bantuanmu, mungkin aku sudah mati” jawab Ryo-chan sambil tersenyum ke arah Sasuke dan mengulurkan tangannya tuk menjabat tangan Sasuke.
“Kau memang sudah mati” jawab Sasuke pendek dan segera melangkahkan kakinya meninggalkan kami tanpa menghiraukan uluran tangan Ryo-chan.

“Wei… Dasar sok keren… Cuma berjabat tangan ja tak mau!!” umpat orang yang kusukai itu pada Sasuke.
Sasuke yang tadinya sudah berjalan meninggalkan kami, kembali melangkahkan kakinya ke arah kami.
“Nani?! Tadi aku salah ngomong, ya?!” tanya Ryo-chan polos ke arahku.

“Kalau bukan karena Sakura, kau pasti sudah terkubur di bawah tanah kemarin” kata Sasuke sambil menarik kerah Ryo-chan dan menatap tajam mata kekasihku itu dengan matanya yang tiba-tiba berubah jadi merah.

*****************

[Daiki’s POV]
Hatiku benar-benar lega mengetahui bahwa adikku ternyata sudah bisa berfikir dewasa. Syukurlah ia bisa mengikhlaskan kepergian orangtua kami.

“Yuya…” kudengar suara Hermione memanggil Yuya.
“Selamat berjuang ya! Kalian tak boleh kalah” tambahnya sambil memegang wajah Yuya plus senyumnya yang membuatku jengkel.

“Uh, pacaran mulu sana” gerutuku dengan nada mengejek.
“Plakk…” pukulan Yuya mendarat telak di kepalaku.

“Dasar!!” gerutuku sambil berjalan meninggalkan mereka berdua. Kei yang ada di sana juga tak membelaku sedikitpun. Uh…

Sementara menunggu pertandingan dimulai, akupun berjalan-jalan dulu. Akhir-akhir ini aku belum sempat ngobrol dengan Sakura. Akupun memutuskan tuk mencarinya. Biarpun ku tahu ia ada perasaan pada adikku, yang bisa kulakukan hanyalah pantang menyerah selama masih ada harapan.

Aku melihat anak dari universitas ninja berkumpul di salah satu sudut. Kulihat wajah-wajah mereka yang sangar. Wuh… inilah para ninja. Aku tak menyangka bisa bertanding di final melawan mereka.

Aku mencoba mencari keberadaan Sakura di antara kerumunan itu. Tapi aku tak menemukannya.
“Sedang apa kau di sini?!” suara Sasuke dari arah belakangku benar-benar mengagetkanku.
“Eeee…. Aku mencari Sakura” jawabku dengan agak takut melihat wajah Sasuke yang sepertinya sedang bad mood.
“Iya sudah pergi. Pergi tuk selamanya” jawabnya pendek dan segera meninggalkanku.

Aku segera mengejar Sasuke. Aku tak tahu maksud dari kata-katanya tadi.
“Apa maksudmu tadi?” tanyaku pada Sasuke.
“Dia sudah mati!! Paham!!” katanya dengan nada tinggi dengan wajah yang terlihat ingin membunuhku.
Biarpun aku masih belum memahami maksudnya, akupun segera lari meninggalkannya.

*****************

[Yuya’s POV]
“Maaf selama ini aku jarang memperhatikanmu” kataku sambil membelai rambut Hermione yang terurai panjang.
“Yuya tak perlu minta maaf. Harusnya aku yang minta maaf karena tak bisa menghiburmu di masa-masa sulitmu kemarin. Tapi syukurlah adikku bisa selamat” jawab Hermione sambil tersenyum ke arahku.

*****************

[Kei’s POV]
Kak Yuya dan Ryosuke sedang asyik bermesraan. Daiki sekarang ntah dimana. Hm, aku jadi iri pada kedua saudaraku itu. Aku juga ingin merasakan belaian seorang wanita.
“Nani?! Apa yang sedang kupikirkan ini?!” tanyaku pada diriku sendiri sambil memukul-mukul kedua pipiku.

“Kei!” aku mendengar suara Daiki memanggilku. Aku melihat wajahnya yang murung. Tak biasanya ia semurung ini.
Ada apa, Dai-chan?!” tanyaku padanya sambil merangkulnya yang kini sudah duduk di dekatku.
“Sasuke bilang padaku kalau Sakura sudah tak ada lagi di dunia ini” jawabnya dengan suara lemas.
“Kau percaya itu?!” tanyanya padaku melanjutkan kata-katanya.
Tentu saja aku agak terkejut mendengar kata-kata Daiki itu. Kemarin kami masih melihat Sakura baik-baik saja. Suatu hal yang aneh jika tiba-tiba ia sudah tak ada di dunia ini.

“Kakak” suara Ryosuke terdengar dari belakangku dan kulihat ia segera duduk bersamaku dan Daiki sebelum kusempat merespon pertanyaan Daiki tadi.
“Kak Dai-chan baik-baik saja?!” tanyanya lembut sambil memandang ke arah Daiki.
“Ntahlah Ryo-chan. Barusan aku mendengar hal yang membuat hatiku jadi terbebani dari Sasuke” jawab Daiki sambil menundukkan wajahnya.

*****************

[Yuya’s POV]
“Sudah dulu ya. Aku ingin mencari adik-adikku” kataku pada Hermione dan iapun segera mengiyakannya.

Aku berjalan mencari keberadaan ketiga adikku. Aku melihat mereka bertiga tengah duduk bersama. Akupun segera mempercepat langkahku ke arah mereka.

“Lagi pada ngapain nie?!” tanyaku pada ketiga adikku itu sambil mengembangkan senyum di wajahku. Tapi aku segera menghilangkan senyumanku itu ketika kulihat ketiga adikku tak merespon apapun.

“Jadi ia menukarkan nyawanya untukmu, Ryo-chan?!” suara Daiki terdengar dengan nada bergetar sambil menundukkan kepalanya. Sepertinya ia sedang menangis.
“Maaf, semua salah Ryo” kata adik terkecilku itu sambil berjalan ke arah Daiki.

Aku benar-benar tak tahu apa yang terjadi.
“Kei, ada apa ini?” tanyaku pada Kei yang terlihat hanya duduk diam tak mengatakan apapun.
“Sakura mengorbankan nyawanya tuk membuat Ryo-chan hidup lagi kemarin” terangnya ringan padaku.
Akupun sedikit terkejut mendengar pernyataan itu. Aku melangkahkan kakiku perlahan ke arah Daiki.
“Semua sudah ditakdirkan, Dai-chan. Kau harus sabar” kataku pada adikku itu sambil memegang  kedua pundaknya.
“Iya. Lagipula ia korbankan nyawanya tuk mengembalikan Ryo-chan pada kita. Itu sebanding” katanya masih dengan isak tangis dan langsung memeluk Ryo-chan yang saat itu ada di depannya.

*****************

[Ryosuke’s POV]
Materi kejuaraan sudah keluar. Aku masih memikirkan kejadian barusan. Sakura mengorbankan nyawanya demi menghidupkanku lagi. Biarpun pertukaran nyawa ini terdengar gila, tapi itulah kenyataannya. Sakura seorang ninja medis. Pertukaran nyawa merupakan jurus akhir para ninja medis. Tapi aku tak menyangka ia mau melakukan itu tuk buatku hidup lagi. Sebesar itukah arti diriku untuknya?! Hatiku semakin galau jika mengingat hutang nyawa ini.

“Materi babak sebelumnya sudah tak berlaku lagi. Di final ini semua ujian dilakukan 1 lawan 1” kata kak Yuya pada kami.
“Yang pertama adalah pertarungan fisik. Siapa yang berhasil membuat lawannya menyerah ataupun tak sadarkan diri akan menang dan mendapatkan 100 poin” tambah kak Yuya dengan nada penuh semangat.
Aku tau kak Yuya sedang berusaha mengembalikan semangat kami.

“Karena kali ini mungkin berbahaya, aku yang akan maju” ujarnya sambil tersenyum ke arah kami.
“Tidak. Biar aku saja yang maju di pertandingan pertama ini. Sudah pasti Sasuke yang akan turun di pertandingan kali ini” sahut kak Daiki dengan wajah penuh keyakinan.

*****************
Daiki vs Sasuke

[Daiki’s POV]
Kak Yuya akhirnya membiarkanku tuk melawan Sasuke.
Sakura, lihatlah, aku tak kan gentar biarpun harus berhadapan dengan orang yang juga kamu sukai ini.

“Padahal aku mengharapkan adikmu yang akan maju” kata Sasuke padaku dengan nada mengejek.
Biarpun aku tak tahu kenapa ia ingin melawan adikku, tapi…
“Lawanmu sekarang adalah aku” jawabku tegas padanya.

“Baiklah” jawabnya ringan sambil dengan tiba-tiba melemparkan sesuatu ke arahku.
“Nani?!” aku terkejut mengetahui bahwa yang ia lempar tadi adalah suriken. Untung tadi sesaat aku berhasil menghindarinya secara reflek. Tapi mungkin lain kali nasibku tak kan seberuntung ini.
“Kau ingin membunuhku?!” kataku padanya dengan nada tinggi.
“Ini adalah pertandingan. Biarpun dalam pertandingan ini aku tak boleh membunuhmu, tapi aku boleh mencederaimu. Jika ingin menyerah, maka sekaranglah waktunya” terangnya padaku dengan teramat angkuh.

“Bagaimana, kau menyerah?!” katanya tiba-tiba padaku yang tanpa kusadari ia sudah berdiri di belakangku sambil memegangiku dan juga dengan meletakkan sebuah suriken di leherku.
“Bergerak sedikit saja, akan kucederai lehermu ini” tambahnya dengan menunjukkan sharingannya padaku. Aku merasakan darah sudah mengalir dari leherku.

“Dai-chan!!” aku mendengar teriakan panik dari Yuya. Aku lihat ketiga saudaraku memandangku dengan wajah yang teramat khawatir.

Kupejamkan mataku tuk sesaat. Kukepalkan tangan kananku sekuat mungkin tuk mengumpulkan semua tenagaku….
Bbuugghh……
“Jangan pernah kau remehkan aku. Aku ini juga laki-laki!!” teriakku pada Sasuke sambil menyikut keras-keras perutnya dan membuatnya sedikit roboh dan terpental.




To Be Continue………..

*******************************

No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers