[Daiki’s POV]
Aku sangat panik melihat adikku yang
tiba-tiba terduduk di tanah. Mungkin aku masih trauma dengan apa yang pernah
kurasakan saat kepergian anak itu beberapa hari yang lalu.
“Ryo-chan, kau tak apa?!” tanyaku pada
adikku itu hampir bersamaan dengan kedua saudaraku yang lain.
“Tolong kalian diamlah dulu” kata adikku
itu yang terlihat sedang mencoba menenangkan dirinya.
“Itu balasan untukmu karena tlah membuat
Sakuraku mati” kata seseorang tiba-tiba dari belakang kami. Ternyata ia si
orange yang tadi melawan Kei.
Aku melihat Sasuke langsung berjalan ke
arah temannya itu dan langsung menghajar wajah si orange itu dengan sangat
keras sampai terpelanting beberapa kali.
“Apa yang kau lakukan ini, Naruto?! Tak
sepantasnya kau melakukan ini” kata Sasuke dengan nada tinggi ke arah anak yang
bernama Naruto itu.
“Sekarang serahkan penawar racunnya pada
mereka” tambah Sasuke.
“Nani?! Racun?!” kataku sambil bertukar
pandang dengan kedua saudaraku.
“Tidak! Anak itu pantas mati!” kata Naruto
sambil mengembangkan senyum yang membuatku teramat muak melihatnya.
“Kenapa kau jadi begini? Apa yang telah
merasukimu dasar bodoh!!” respon Sasuke sambil kembali menghajar anak itu.
“Anak itu yang seharusnya mati!! Bukan
Sakura!!” jawab si orange sambil kembali bangkit.
“Harusnya aku yang bertanya…… Apa yang
telah merasukimu, Sasuke?! Padahal kau tau, Sakura mati karenanya!! Kenapa kau
membiarkan Sakura menukarkan nyawanya dengan nyawa anak itu?!!” tambahnya
dengan suara yang sangat lantang.
“Kalian berdua….. Hentikan……” teriak Yuya
dengan suara yang begitu menggelegar sampai menggema di seluruh stadion yang
luas ini.
“Hei, kau Naruto….. Apa yang sudah kau
perbuat pada adikku?!” tanya Yuya dengan wajah yang terlihat teramat marah
sambil menuju ke arah si orange tadi.
“Kau kira kau bisa seenaknya menyakiti
adikku?!” tambah kakak pertamaku itu sambil melayangkan pukulan ke wajah
Naruto. Aku melihat Yuya yang kali ini tak seperti dirinya yang biasanya.
Kali ini aku melihat kakakku itu kembali
melayangkan puluhan pukulan ke arah anak itu dan anehnya si orange tadi tak
satupun bisa menghindari pukulan Yuya.
“Kageboshi no jutsu” lagi-lagi Naruto
mengeluarkan jurus itu. Tapi tiba-tiba seseorang berlari melewatiku. Ternyata
Kei.
“Aku tak kan pernah memaafkan siapapun yang berani
melukai adikku” teriak Kei dengan lantang sambil menghajar naruto-naruto itu
dengan sangat cepat. Kei tak seperti dirinya saat di atas arena tadi.
[Yuya’s POV]
Aku melihat Kei mulai menghajar
naruto-naruto itu satu per satu. Akupun segera mengikutinya menghajar orang
yang berniat mencelakai Ryo-chan ini. Biarpun kami hanya manusia biasa, tapi
kami tak kan
pernah membiarkan saudara kami disakiti.
“Berikan penawar itu” kataku pada anak yang
saat ini sudah tak berdaya di bawah injakan kakiku ini. Biarpun sebenarnya aku
masih tak paham tentang penawar racun yang dimaksud. Tapi aku tak ingin lagi
membiarkan adikku celaka. Hatiku teramat sakit mendengar seseorang ingin
mencelakai adikku. Aku tak boleh lemah lagi. Ntah kenapa kali ini amarahku
begitu memuncak dan aku tak merasakan rasa takut sedikitpun dalam diriku.
Mungkin Kei juga merasakan hal yang sama denganku.
“Yuya, hentikan. Kau jangan berkelahi lagi”
kata Hermione sambil memeluk pinggangku tiba-tiba.
Akupun segera menyingkirkan kakiku dari
badan anak itu.
[Sasuke’s POV]
Aku tak menyangka Naruto bisa mereka
robohkan. Ntah darimana mereka mendapatkan kekuatan itu, tapi ini benar-benar
menarik untuk ditunggu kelanjutannya. Akupun hanya bisa tersenyum kecil melihat
tontonan yang begitu menarik ini.
[Kei’s POV]
“Naruto, kau jangan suka cari masalah
dengan para singa yang sedang tidur” kata Sasuke sambil membantu temannya itu
tuk berdiri.
“Sudah, berikan padaku penawar itu. Atau
aku yang akan mengambilnya secara paksa darimu” tambahnya sambil mengeluarkan
sharingannya.
Aku tak menyangka ternyata aku bisa
merobohkan orang yang tadi membuatku sangat ketakutan. Ternyata jika aku yakin
pada diriku sendiri dan membuang jauh-jauh rasa takutku, aku bisa juga
melakukan hal yang serasa tak mungkin ini.
“Sudahlah…. Ryo tak apa” suara Ryo-chan
membuatku segera menoleh ke arahnya. Kulihat ia sudah kembali berdiri dibantu oleh
Daiki.
“Yama-chan……..” tiba-tiba kudengar suara
anak gadis melengking tinggi memanggil marga adikku itu.
[Ryosuke’s POV]
Aku terkejut melihat gadis yang memanggil
margaku tadi. Gadis yang selama ini cukup membuatku tak nyaman berada di
dekatnya. Aku tak menyangka ia sudah kembali dari China .
“Yama-chan… Aku kangen sekali….” kata gadis
itu dengan langsung memelukku begitu sampai di dekatku.
“Chinen, lepaskan aku” pintaku padanya
sambil berusaha melepaskan diriku dari pelukannya.
“Yama-chan, jangan panggil aku begitu.
Harus berapa kali aku katakan?! Panggil aku YU – RI. Yuk Mari….” katanya dengan
nada yang sangat tak kusuka sambil memelukku semakin erat.
“Heh, Yuri. Sini ngobrol sama abang Daiki
ja. Lagipula kamu ke China
belum ada pamit ma abang” kata kak Daiki sambil menarik Chinen menjauh dariku.
Kak Dai-chan memang sangat memahamiku kalau aku kurang suka di dekat Chinen.
“Abang Daiki….. Yuri sedang ingin ngobrol
ma Yama-chan” respon Chinen dengan nada yang teramat lebay bagiku dan iapun
segera berjalan kembali ke arahku.
Aku melihat kak Daiki segera mengisyaratkan
padaku bahwa ia minta maaf karena tak bisa membantu menjauhkan Chinen dariku.
“Ryosuke…..” kata Megumi tiba-tiba sambil
memelukku dari belakang dan ia segera merebahkan kepalanya dipunggungku.
“Aouw…..” responku reflek karena kepala
Megumi mengenai pundakku yang sedang terluka karena suriken kemarin.
“Ada
apa Ryo-chan?! Tanyanya sambil sedikit membuka bajuku bagian belakang.
“Woeeiii… Kau… Gadis tak tahu malu…
Berani-beraninya kau memanggil yama-chanku dengan nama depannya. Pakai acara
peluk-peluk and buka-buka baju yama-chan segala. Kurang ajar….” kata Chinen
dengan nada tinggi dan pandangan mata yang teramat tajam memelototi Megumi.
“Kalian….. Diam……” bentak kak Yuya
tiba-tiba dan Chinenpun langsung diam seribu bahasa.
“Hihihi…..” akupun sedikit tertawa melihat
wajah Chinen yang langsung pucat karena dibentak kak Yuya.
“Ryo-chan!! Ngapain ketawa?!” kini
giliranku yang dibentak kak Yuya.
“Kenapa kau tak bilang kalau kau terluka”
tambahnya sambil segera memeriksa luka di balik bajuku ini. Kak Yuya terlihat
begitu mengkhawatirkanku.
“Sepertinya suriken yang mengenaimu kemarin
telah dilumuri racun oleh temanku itu” kata Sasuke sambil mengulurkan sesuatu
padaku.
“Oleskan itu di lukamu. Itu akan
menetralisir racunnya” tambahnya dan iapun langsung pergi bersama temannya yang
tadi dipukuli kak Yuya dan kak Kei.
[Yuya’s POV]
Aku segera mengoleskan obat yang tadi
diberikan Sasuke pada luka Ryo-chan.
“Harusnya kau segera beritahu kakak kalau
kau sedang terluka. Jangan hanya diam” kataku pada adik terkecilku ini.
“Hei cewek jahil, ngapain kau di sini? Sana pergi!!” kata anak
gadis yang bernama Yuri itu pada Megumi.
“Aku ini pacarnya Ryo-chan, wahai cewek
centil” balas Megumi cepat.
“Eeee…. Minta dihajar apa?! Ngarep aja
bisanya” respon Yuri sambil menjambak rambut Megumi yang tengah dikuncirnya
itu.
Akhirnya perkelahianpun tak terelakkan.
Perkelahian sesama cewek. Aku jadi semakin tidak paham dengan sifat wanita.
“Yama-chan itu cuma milikku seorang” kata
Yuri sambil berguling-guling di tanah berkelahi dengan Megumi.
“Sudah, hentikan!!” bentak Kei sambil
memisahkan dua gadis yang sedang berjambak-jambakan sambil berguling-guling di
tanah itu.
Aku sudah selesai mengobati Ryo-chan. Aku
segera membantu Kei meredam perselisihan dua wanita itu.
“Yuri, Megumi, lebih baik kalian tanyakan
baik-baik pada Ryosuke tentang pendapatnya pada kalian” kataku pada kedua gadis
itu.
“Sudah pasti Yama-chan memilih aku” respon
Yuri dengan cepat.
“Chinen, maaf. Megumi itu adalah pacarku”
kata adikku itu dengan segera merespon kalimat Yuri tadi.
“Tidak mungkin!! Gadis ini pasti telah
mengguna-gunaimu” jawab Yuri dengan tegas masih belum percaya dengan kata-kata
Ryosuke barusan.
“Chinen, tolonglah!!” bentak Ryosuke.
“Sejak awal aku tak memiliki perasaan apapun padamu. Lagipula sekarang aku
sudah bukan lagi teman sekelasmu. Tolonglah biarkan aku hidup dengan tenang.
Masih banyak laki-laki di luar sana
yang jauh lebih baik dariku untukmu” terang Ryo-chan dengan nada yang sangat
serius.
“Yama-chan jahat………” teriak anak gadis yang
bernama Yuri itu dengan air mata yang berlinangan di wajahnya sambil berlari
meninggalkan kami.
Bbrruuuggh….!! Aku melihat ia tersandung
bebatuan dan jatuh tersungkur di tanah. Iapun segera bangkit dan menangis
dengan lebih keras…….
“Hahahaha……” aku, Kei, dan Daiki jadi
terkikik sendiri melihat tingkah anak itu.
To Be Continue………..
*******************************
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^