Monday, 7 May 2012

Hey! Say! Jump Fanfiction - Crazy Competition Part 21


[Daiki’s POV]
Aku sangat panik melihat adikku yang tiba-tiba terduduk di tanah. Mungkin aku masih trauma dengan apa yang pernah kurasakan saat kepergian anak itu beberapa hari yang lalu.
“Ryo-chan, kau tak apa?!” tanyaku pada adikku itu hampir bersamaan dengan kedua saudaraku yang lain.
“Tolong kalian diamlah dulu” kata adikku itu yang terlihat sedang mencoba menenangkan dirinya.

“Itu balasan untukmu karena tlah membuat Sakuraku mati” kata seseorang tiba-tiba dari belakang kami. Ternyata ia si orange yang tadi melawan Kei.

Aku melihat Sasuke langsung berjalan ke arah temannya itu dan langsung menghajar wajah si orange itu dengan sangat keras sampai terpelanting beberapa kali.
“Apa yang kau lakukan ini, Naruto?! Tak sepantasnya kau melakukan ini” kata Sasuke dengan nada tinggi ke arah anak yang bernama Naruto itu.
“Sekarang serahkan penawar racunnya pada mereka” tambah Sasuke.
“Nani?! Racun?!” kataku sambil bertukar pandang dengan kedua saudaraku.

“Tidak! Anak itu pantas mati!” kata Naruto sambil mengembangkan senyum yang membuatku teramat muak melihatnya.
“Kenapa kau jadi begini? Apa yang telah merasukimu dasar bodoh!!” respon Sasuke sambil kembali menghajar anak itu.
“Anak itu yang seharusnya mati!! Bukan Sakura!!” jawab si orange sambil kembali bangkit.
“Harusnya aku yang bertanya…… Apa yang telah merasukimu, Sasuke?! Padahal kau tau, Sakura mati karenanya!! Kenapa kau membiarkan Sakura menukarkan nyawanya dengan nyawa anak itu?!!” tambahnya dengan suara yang sangat lantang.

“Kalian berdua….. Hentikan……” teriak Yuya dengan suara yang begitu menggelegar sampai menggema di seluruh stadion yang luas ini.
“Hei, kau Naruto….. Apa yang sudah kau perbuat pada adikku?!” tanya Yuya dengan wajah yang terlihat teramat marah sambil menuju ke arah si orange tadi.
“Kau kira kau bisa seenaknya menyakiti adikku?!” tambah kakak pertamaku itu sambil melayangkan pukulan ke wajah Naruto. Aku melihat Yuya yang kali ini tak seperti dirinya yang biasanya.
Kali ini aku melihat kakakku itu kembali melayangkan puluhan pukulan ke arah anak itu dan anehnya si orange tadi tak satupun bisa menghindari pukulan Yuya.


“Kageboshi no jutsu” lagi-lagi Naruto mengeluarkan jurus itu. Tapi tiba-tiba seseorang berlari melewatiku. Ternyata Kei.
“Aku tak kan pernah memaafkan siapapun yang berani melukai adikku” teriak Kei dengan lantang sambil menghajar naruto-naruto itu dengan sangat cepat. Kei tak seperti dirinya saat di atas arena tadi.


[Yuya’s POV]
Aku melihat Kei mulai menghajar naruto-naruto itu satu per satu. Akupun segera mengikutinya menghajar orang yang berniat mencelakai Ryo-chan ini. Biarpun kami hanya manusia biasa, tapi kami tak kan pernah membiarkan saudara kami disakiti.

“Berikan penawar itu” kataku pada anak yang saat ini sudah tak berdaya di bawah injakan kakiku ini. Biarpun sebenarnya aku masih tak paham tentang penawar racun yang dimaksud. Tapi aku tak ingin lagi membiarkan adikku celaka. Hatiku teramat sakit mendengar seseorang ingin mencelakai adikku. Aku tak boleh lemah lagi. Ntah kenapa kali ini amarahku begitu memuncak dan aku tak merasakan rasa takut sedikitpun dalam diriku. Mungkin Kei juga merasakan hal yang sama denganku.

“Yuya, hentikan. Kau jangan berkelahi lagi” kata Hermione sambil memeluk pinggangku tiba-tiba.
Akupun segera menyingkirkan kakiku dari badan anak itu.


[Sasuke’s POV]
Aku tak menyangka Naruto bisa mereka robohkan. Ntah darimana mereka mendapatkan kekuatan itu, tapi ini benar-benar menarik untuk ditunggu kelanjutannya. Akupun hanya bisa tersenyum kecil melihat tontonan yang begitu menarik ini.


[Kei’s POV]
“Naruto, kau jangan suka cari masalah dengan para singa yang sedang tidur” kata Sasuke sambil membantu temannya itu tuk berdiri.
“Sudah, berikan padaku penawar itu. Atau aku yang akan mengambilnya secara paksa darimu” tambahnya sambil mengeluarkan sharingannya.

Aku tak menyangka ternyata aku bisa merobohkan orang yang tadi membuatku sangat ketakutan. Ternyata jika aku yakin pada diriku sendiri dan membuang jauh-jauh rasa takutku, aku bisa juga melakukan hal yang serasa tak mungkin ini.

“Sudahlah…. Ryo tak apa” suara Ryo-chan membuatku segera menoleh ke arahnya. Kulihat ia sudah kembali berdiri dibantu oleh Daiki.

“Yama-chan……..” tiba-tiba kudengar suara anak gadis melengking tinggi memanggil marga adikku itu.


[Ryosuke’s POV]
Aku terkejut melihat gadis yang memanggil margaku tadi. Gadis yang selama ini cukup membuatku tak nyaman berada di dekatnya. Aku tak menyangka ia sudah kembali dari China.

“Yama-chan… Aku kangen sekali….” kata gadis itu dengan langsung memelukku begitu sampai di dekatku.
“Chinen, lepaskan aku” pintaku padanya sambil berusaha melepaskan diriku dari pelukannya.
“Yama-chan, jangan panggil aku begitu. Harus berapa kali aku katakan?! Panggil aku YU – RI. Yuk Mari….” katanya dengan nada yang sangat tak kusuka sambil memelukku semakin erat.

“Heh, Yuri. Sini ngobrol sama abang Daiki ja. Lagipula kamu ke China belum ada pamit ma abang” kata kak Daiki sambil menarik Chinen menjauh dariku. Kak Dai-chan memang sangat memahamiku kalau aku kurang suka di dekat Chinen.

“Abang Daiki….. Yuri sedang ingin ngobrol ma Yama-chan” respon Chinen dengan nada yang teramat lebay bagiku dan iapun segera berjalan kembali ke arahku.
Aku melihat kak Daiki segera mengisyaratkan padaku bahwa ia minta maaf karena tak bisa membantu menjauhkan Chinen dariku.

“Ryosuke…..” kata Megumi tiba-tiba sambil memelukku dari belakang dan ia segera merebahkan kepalanya dipunggungku.
“Aouw…..” responku reflek karena kepala Megumi mengenai pundakku yang sedang terluka karena suriken kemarin.
Ada apa Ryo-chan?! Tanyanya sambil sedikit membuka bajuku bagian belakang.

“Woeeiii… Kau… Gadis tak tahu malu… Berani-beraninya kau memanggil yama-chanku dengan nama depannya. Pakai acara peluk-peluk and buka-buka baju yama-chan segala. Kurang ajar….” kata Chinen dengan nada tinggi dan pandangan mata yang teramat tajam memelototi Megumi.

“Kalian….. Diam……” bentak kak Yuya tiba-tiba dan Chinenpun langsung diam seribu bahasa.
“Hihihi…..” akupun sedikit tertawa melihat wajah Chinen yang langsung pucat karena dibentak kak Yuya.
“Ryo-chan!! Ngapain ketawa?!” kini giliranku yang dibentak kak Yuya.
“Kenapa kau tak bilang kalau kau terluka” tambahnya sambil segera memeriksa luka di balik bajuku ini. Kak Yuya terlihat begitu mengkhawatirkanku.

“Sepertinya suriken yang mengenaimu kemarin telah dilumuri racun oleh temanku itu” kata Sasuke sambil mengulurkan sesuatu padaku.
“Oleskan itu di lukamu. Itu akan menetralisir racunnya” tambahnya dan iapun langsung pergi bersama temannya yang tadi dipukuli kak Yuya dan kak Kei.


[Yuya’s POV]
Aku segera mengoleskan obat yang tadi diberikan Sasuke pada luka Ryo-chan.
“Harusnya kau segera beritahu kakak kalau kau sedang terluka. Jangan hanya diam” kataku pada adik terkecilku ini.

“Hei cewek jahil, ngapain kau di sini? Sana pergi!!” kata anak gadis yang bernama Yuri itu pada Megumi.
“Aku ini pacarnya Ryo-chan, wahai cewek centil” balas Megumi cepat.
“Eeee…. Minta dihajar apa?! Ngarep aja bisanya” respon Yuri sambil menjambak rambut Megumi yang tengah dikuncirnya itu.

Akhirnya perkelahianpun tak terelakkan. Perkelahian sesama cewek. Aku jadi semakin tidak paham dengan sifat wanita.

“Yama-chan itu cuma milikku seorang” kata Yuri sambil berguling-guling di tanah berkelahi dengan Megumi.
“Sudah, hentikan!!” bentak Kei sambil memisahkan dua gadis yang sedang berjambak-jambakan sambil berguling-guling di tanah itu.

Aku sudah selesai mengobati Ryo-chan. Aku segera membantu Kei meredam perselisihan dua wanita itu.
“Yuri, Megumi, lebih baik kalian tanyakan baik-baik pada Ryosuke tentang pendapatnya pada kalian” kataku pada kedua gadis itu.
“Sudah pasti Yama-chan memilih aku” respon Yuri dengan cepat.
“Chinen, maaf. Megumi itu adalah pacarku” kata adikku itu dengan segera merespon kalimat Yuri tadi.
“Tidak mungkin!! Gadis ini pasti telah mengguna-gunaimu” jawab Yuri dengan tegas masih belum percaya dengan kata-kata Ryosuke barusan.

“Chinen, tolonglah!!” bentak Ryosuke. “Sejak awal aku tak memiliki perasaan apapun padamu. Lagipula sekarang aku sudah bukan lagi teman sekelasmu. Tolonglah biarkan aku hidup dengan tenang. Masih banyak laki-laki di luar sana yang jauh lebih baik dariku untukmu” terang Ryo-chan dengan nada yang sangat serius.

“Yama-chan jahat………” teriak anak gadis yang bernama Yuri itu dengan air mata yang berlinangan di wajahnya sambil berlari meninggalkan kami.

Bbrruuuggh….!! Aku melihat ia tersandung bebatuan dan jatuh tersungkur di tanah. Iapun segera bangkit dan menangis dengan lebih keras…….
“Hahahaha……” aku, Kei, dan Daiki jadi terkikik sendiri melihat tingkah anak itu.



To Be Continue………..

*******************************


No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers