Monday, 7 May 2012

Hey! Say! Jump Fanfiction - Crazy Competition Part 28


Part sebelumnya:
Bersamaan dengan rasa panikku ini, kulihat Ryo-chan sudah mulai muntah-muntah…….
“Ya Tuhan……. Lindungi kami……..” doaku dalam hati sambil menepuk-nepuk punggung Ryo-chan tapi mataku masih memandang lekat pada sosok Hinata yang terlihat menatap kami berdua dengan tatapan yang terkesan ingin menyakiti kami……

*****************

[Hikaru’s POV]
“Wah, kemana aku harus mencari Ryo-chan di tempat seramai ini?!” batinku sambil melihat ke sekeliling pasar malam yang sangat ramai ini.

“Hikaru-kun………..” kudengar seseorang memanggil namaku dan akupun segera menoleh mencari keberadaan orang yang memanggilku barusan.
Segera kudapati sosok Megumi yang tengah berjalan ke arahku menggendong Ryo-chan yang terlihat begitu lemas dan pucat namun masih bisa kulihat dirinya yang masih tersadar.
“Kenapa dia?!” tanyaku seketika sambil memindahkan tubuh Ryo-chan ke punggungku.
“Kita pulang saja dulu, ceritanya nanti saja. Aku takut kondisi Ryo-chan semakin memburuk” respon Megumi sambil menarik bajuku tuk segera melangkahkan kakiku.

*****************

[Megumi’s POV]
Aku, Ryo-chan, dan Hikaru-kun terjebak hujan yang begitu lebat. Terpaksa kami bertiga harus berteduh di emperan kedai yang sedang tutup ini. Padahal aku tahu, Ryo-chan sangat butuh kehangatan saat ini. Tubuhnya terlihat menggigil……


Kulihat Hikaru-kun melepas bajunya tiba-tiba…….
“Kyaa………” jeritku histeris sambil menutupi wajahku dan segera memalingkan pandanganku.
“Hikaru-kun, apa yang kau lakukan?!” tanyaku malu-malu masih tetap membelakanginya.
Tapi ia tak merespon apapun. Akupun memberanikan diriku tuk kembali memandangnya.

“Badannya panas sekali. Tapi telapak tangannya begitu dingin” kata Hikka-kun menyelimutkan bajunya ke tubuh Ryo-chan yang sedang berada di pangkuannya.
Aku bisa melihat wajah Hikaru-kun yang begitu khawatir.
Sejak mengenalnya beberapa hari lalu, baru kali ini kulihat raut wajahnya yang begitu lain dari biasanya.

“Telponlah Kei tuk segera menjemput kita” kata Hikaru masih tanpa memandang ke arahku.
“Ah, iya” responku segera sambil mengeluarkan handphone dari sakuku.

Beberapa menit sudah berlalu sejak kuhubungi Kei. Mungkin sebentar lagi ia akan datang menjemput kami.

“Jadi, kenapa Ryo-chan bisa sampai seperti ini?” tanya Hikaru memecahkan keheningan di antara kami.
Ntah kenapa aku sedikit merasa malu tuk melihat wajah Hikaru-kun. Sesekali aku hanya berani meliriknya.

Aku mulai bercerita soal ketakutan Ryo-chan pada ketinggian serta kedatangan Hinata yang sampai saat ini belum kutau alasan kedatangannya tadi. Kebetulan tadi Sasuke datang, dan entah apa yang mereka bicarakan, mereka berduapun langsung menghilang begitu saja.

“Syukurlah kalian tak apa” kata Hikaru menanggapi ceritaku.
“Harusnya tadi kalian tak usah pergi main apalagi sejak kemarin Ryosuke sedang tak enak badan” tambahnya dengan nada penuh perhatian menatap lekat wajah Ryo-chan yang masih terbaring pucat di pangkuannya.

“Kenapa dari tadi kau tak memandangku?!” pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku ntah kenapa aku sampai menanyakan hal seperti itu.
“Nani?!” responnya pendek sambil menundukkan wajahnya yang tadi sempat sesaat kulihat wajahnya yang begitu memerah.
“Eh?!” entah kenapa wajahku ikut-ikutan memerah.
Aku segera memalingkan wajahku. Begitu juga Hikaru…… kami membelakangi satu sama lain…..
Aku tak tahu kenapa kami berdua jadi malu-malu seperti ini.

*****************

[Kei’s POV]
Kak Yuya dan Daiki masih di kamar Ryosuke merawat adik kami yang sedari tadi masih terbaring lemah. Tapi pikiranku masih terbayang pemandangan yang kulihat beberapa jam lalu saat sahabatku tengah mencium pacar adikku sendiri.
Secara tak sengaja kulihat Hikaru mencium Megumi….. Sebuah pemandangan yang sempat membuatku syok dan aku masih bertanya-tanya akan kebenaran apa yang telah kulihat itu…..

“Kenapa kau tak ikut merawat Ryo-chan, Kei?!” tanya Hikaru tiba-tiba mengagetkanku.
Ntah kenapa aku tak tahu apa yang mesti kurespon atas pertanyaannya barusan. Kepalaku masih dipenuhi hal yang belum bisa kupercaya tentang kelakuan sahabatku ini.

“Kau menyukai Megumi?” tanyaku ringan tanpa memandang wajah sahabatku itu namun aku tahu pasti kini ia tengah kaget dengan pertanyaanku itu.
“Jujurlah!” tambahku lembut masih tanpa memandangnya.

Beberapa detik ku nantikan jawaban yang tak kunjung keluar dari mulut Hikaru.
“Jadi ternyata benar” kataku pendek sambil berjalan meninggalkannya.
“Ryo-chan sedang sakit, kuharap kau tak memanfaatkannya tuk merebut pacarnya” tambahku datar dan akupun segera melangkahkan kakiku kembali, meninggalkannya.

Aku masih bisa melihat Hikaru yang terpaku diam di tempatnya berdiri dengan mimik menyesali perbuatannya.

*****************

[Daiki’s POV]
Pagi ini langit begitu kelam. Mungkin karena hujan lebat tadi malam.
Stadion yang luas inipun terasa begitu menyeramkan hari ini. Suasana yang benar-benar tak kusukai.

Aku tak tahu kenapa semua jadi diam. Sejak tadi malam suasana serasa begitu sepi. Tumben juga Yaotome-kun tak buat iseng seperti biasanya. Biarpun aku tak menyukai jika ia iseng padaku, tapi aneh saja melihatnya hanya diam seperti itu.

“Kei, Daiki, ini pertandingan terakhir kita. Berjuanglah semaksimal mungkin di pertandingan terakhir ini” kata Yuya sambil menepuk pundakku dan Kei.
“Karena kondisi Ryo-chan belum membaik, kami mohon bantuan kalian” tambah Yuya sambil membungkuk ke arah Yabu-kun dan Yaotome-kun.

“Megumi, tolong jaga adik kami ya!” kataku pada Megumi sambil mengelus rambut Ryo-chan yang masih terbaring lemah.
Sejak tadi malam kondisinya tak membaik sedikitpun.

“Sudah sejauh ini sampai final, haruskah kita tak mengikutsertakan Ryosuke, kak?” tanya Kei dengan wajah datar namun terkesan seakan ia ingin sekali bisa bertanding di pertandingan akhir ini bersama Ryo-chan.
Yuya dengan tenang membalikan pertanyaan Kei barusan dengan nada yang begitu bijak. “Kau lihat sendiri kan bagaimana kondisinya saat ini?!”
Jawaban itu segera membuat Kei terdiam, menunduk, entah apa yang tengah dipikirkannya.

“Percayalah!! Kami akan berjuang semaksimal mungkin demi bagian Ryosuke” Yabu-kun yang tiba-tiba memotong pembicaraan, merespon dengan begitu mantapnya.
Biasanya Yaotome-kun pasti akan langsung menyambung dengan respon yang lebih semangat, tapi tidak kali ini. Ia masih tertunduk diam terlihat ada sesuatu yang membebani pikirannya. Ada apa dengan orang ini?! Kelakuannya saat ini kurasa sedikit memiliki kesamaan dengan tingkah Kei.
--------------------
“Ryo akan ikut di pertandingan terakhir ini” suara adikku membuat pandanganku langsung tertuju padanya.
Yuya dan Kei segera membantunya berdiri. Anak itu terlihat begitu pucat dan ia benar-benar tak bisa menyembunyikan bahwa badannya masih begitu lemas.
Sesaat adikku itu terhuyung dan Yaotome-kun segera memeganginya.

“Yaotome-kun di sini saja menemani Megumi. Ryo masih sanggup tuk menyelesaikan kejuaraan ini” tambah Ryo-chan masih dengan nada yang begitu lemah.
“Kau ini apaan?! Kau istirahat saja!! Lihat dirimu yang begitu menyedihkan ini!!” kata-kata dengan nada keras langsung terlontar dari mulut Yaotome. Namun dibalik kata-kata itu tersirat kekhawatiran yang begitu mendalam.

Tiba-tiba kulihat Ryo-chan menundukkan kepalanya dengan badan yang masih ditopang oleh sahabat Kei itu.
Ia menangis……
Ryo-chan menangis……
Kenapa dia?!

“Aku melihat apa yang kalian lakukan malam itu” paduan kata tercampur isak tangis mengalir dari mulut adikku.
Aku tak tahu apa yang ia maksud. Tapi detik itu juga kulihat wajah Yaotome-kun yang seketika tersentak kaget, sama halnya dengan Megumi yang berdiri di belakangnya.
Aku hanya bisa menatap mereka bergantian dengan tanda tanya besar di kepalaku ini.

“Jika Megumi memang menyukai Yaotome-kun, Ryo akan mengikhlaskannya tuk melanjutkan hidup bersamamu” tambah Ryosuke yang kini kulihat sedang mencoba membendung air matanya yang sedari tadi berlomba-lomba tuk segera keluar dari tempat mereka berasal.

“Tadi malam saat aku menjemput mereka, kulihat Hikaru sedang berciuman dengan Megumi” Kei memberikan penjelasan seolah menyadari ada tanda tanya besar di kepala kami.
Kulihat Yuya segera berjalan ke arah Ryosuke dan Yaotome. Ditariknya lengan adik kami itu dari Yaotome dengan tarikan yang begitu halus.

“Lebih baik kalian berdua segera pergi dari hadapan kami dulu. Itu akan lebih baik buat kalian dan Ryosuke” kata kakak pertamaku itu yang kini sudah mendekap Ryo-chan dan mengarahkan kata-katanya tadi pada Yaotome dan Megumi.
“Jelaskan semuanya saat kondisi Ryo-chan sudah membaik” tambah Yuya tanpa ekspresi marah sedikitpun.

“Hikaru, kau pergilah dulu!!” ucap Yabu-kun mendukung pemikiran Yuya.

*****************

[Yuya’s POV]
“Kau yakin masih kuat tuk mengikuti pertandingan ini?!” tanya Daiki pada Ryosuke dengan wajah yang begitu cemas.

Kami tahu Ryosuke masih terlalu lemah tuk bertanding. Jangankan tuk itu, berdiripun kami masih harus menopangnya.
Kupandangi guratan wajah adikku itu yang terlihat begitu sendu…..
Aku tak tahu apa yang terjadi padaku, tapi seakan air mataku berdemo meminta untuk segera dikeluarkan.

Hatiku perih melihat Ryosuke yang seakan sudah tak berniat lagi tuk melanjutkan hidupnya.

“Kenapa Megumi tega melakukan itu pada Ryo-chan, kak?” aliran bening yang barusan berhasil ditahannya tuk beberapa saat, kini kembali membasahi pipi adikku itu. Mengalir, menyatu dengan keringatnya yang begitu dingin.
“Hapus air matamu, Ryo-chan!! Kau harus meyakini perasaan Megumi padamu. Percayalah kalau apa yang ia lakukan kemarin hanyalah sekedar kekhilafan” untaian kata yang baru saja terlontar dari mulutku membuat adikku itu segera menghapus air matanya.

“Kakak benar” jawaban lembut terlontar dan kembali dilayangkannya senyuman yang sempat menghilang dari wajah adikku itu sejak kemarin malam.

Tentram……
Hatiku terasa begitu tentram melihat adikku itu kembali tersenyum……
Kei dan Daiki yang ada di hadapan kamipun ikut mengembangkan senyum mereka.

Syukurlah…….

*****************

[Hikaru’s POV]
Sudah 30 menit diriku terduduk diam di samping Megumi di luar stadion ini. Aku benar-benar merasa bersalah, tak bisa menahan nafsuku waktu itu. Jujur, aku menyukai Megumi. Menyukainya sejak pertama kali melihatnya…

Megumi,
Daisuki------
Haruskah aku mengutarakan rasa sukaku ini?!
Genderang perang tertabuh keras dalam hatiku yang saling bersahutan membuatku bingung harus mengatakannya atau tidak……

Haruskah ku lakukan ini?!
Hikaru….. Ryosuke sudah kau anggap sebagai adikmu. Apa mungkin hati ini kan tega melihatnya terlukai?!

“Hikaru-kun, gomenasai” Megumi membungkuk ke arahku.
“Kemarin aku benar-benar tlah khilaf. Aku tak bisa membiarkan Ryo-chan memendam sakit hatinya” langkah cepat mengiringi gadis yang kusukai itu yang kini tlah berlari kembali ke dalam stadion. Meninggalkanku…..

“Kyaaa………..” gelegar teriakan histeris terdengar dari dalam stadion ini beberapa saat setelah Megumi masuk ke dalamnya.

Bukan cuma teriakan satu orang, dua orang, tiga orang, ataupun sepuluh orang. Kuyakini suara itu berasal dari semua mulut yang saat ini tengah ada di stadion.

Apa yang terjadi?!!

Teriakan histeris yang terkesan menyayat hati ini berhasil membuat hatiku tergerak tuk segera melihat apa gerangan yang tengah terjadi.

Kuberlari secepat yang kumampu ke dalam stadion itu……
Kulihat Megumi berdiri tak jauh dari pinggir lapangan stadion yang membuatku segera menangkap sosoknya begitu kumasuki tempat ini.

Ia terpaku diam memandang layar besar yang tergantung di tengah stadion.
Dua sosok yang kukenal, terpampang dalam layar itu membuat hatiku seakan tersayat-sayat…….

“Kakak……… Bangun………” isakan tangis Ryosuke yang tak terbendung menangisi sosok di pangkuannya yang telah bersimbah darah membuatku tak bisa berkata-kata.

Kurasakan jantungku yang berdebar begitu kencang berpacu tuk segera meluncur keluar dari dadaku serta sakitnya hatiku ini hanya bisa memandangi wajah mereka di balik layar itu.

Kei………….
Sahabatku…………
Wajahnya tlah memerah berlumuran darah………….

Apa yang tlah terjadi?!!!



To Be Continue………..

*******************************

No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers