Part sebelumnya:
Bersamaan dengan rasa panikku ini, kulihat
Ryo-chan sudah mulai muntah-muntah…….
“Ya Tuhan……. Lindungi kami……..” doaku dalam
hati sambil menepuk-nepuk punggung Ryo-chan tapi mataku masih memandang lekat
pada sosok Hinata yang terlihat menatap kami berdua dengan tatapan yang terkesan
ingin menyakiti kami……
*****************
[Hikaru’s POV]
“Wah, kemana aku harus mencari Ryo-chan di
tempat seramai ini?!” batinku sambil melihat ke sekeliling pasar malam yang
sangat ramai ini.
“Hikaru-kun………..” kudengar seseorang
memanggil namaku dan akupun segera menoleh mencari keberadaan orang yang
memanggilku barusan.
Segera kudapati sosok Megumi yang tengah
berjalan ke arahku menggendong Ryo-chan yang terlihat begitu lemas dan pucat
namun masih bisa kulihat dirinya yang masih tersadar.
“Kenapa dia?!” tanyaku seketika sambil
memindahkan tubuh Ryo-chan ke punggungku.
“Kita pulang saja dulu, ceritanya nanti
saja. Aku takut kondisi Ryo-chan semakin memburuk” respon Megumi sambil menarik
bajuku tuk segera melangkahkan kakiku.
*****************
[Megumi’s POV]
Aku, Ryo-chan, dan Hikaru-kun terjebak
hujan yang begitu lebat. Terpaksa kami bertiga harus berteduh di emperan kedai
yang sedang tutup ini. Padahal aku tahu, Ryo-chan sangat butuh kehangatan saat
ini. Tubuhnya terlihat menggigil……
Kulihat Hikaru-kun melepas bajunya
tiba-tiba…….
“Kyaa………” jeritku histeris sambil menutupi
wajahku dan segera memalingkan pandanganku.
“Hikaru-kun, apa yang kau lakukan?!”
tanyaku malu-malu masih tetap membelakanginya.
Tapi ia tak merespon apapun. Akupun
memberanikan diriku tuk kembali memandangnya.
“Badannya panas sekali. Tapi telapak
tangannya begitu dingin” kata Hikka-kun menyelimutkan bajunya ke tubuh Ryo-chan
yang sedang berada di pangkuannya.
Aku bisa melihat wajah Hikaru-kun yang
begitu khawatir.
Sejak mengenalnya beberapa hari lalu, baru
kali ini kulihat raut wajahnya yang begitu lain dari biasanya.
“Telponlah Kei tuk segera menjemput kita”
kata Hikaru masih tanpa memandang ke arahku.
“Ah, iya” responku segera sambil mengeluarkan
handphone dari sakuku.
Beberapa menit sudah berlalu sejak
kuhubungi Kei. Mungkin sebentar lagi ia akan datang menjemput kami.
“Jadi, kenapa Ryo-chan bisa sampai seperti
ini?” tanya Hikaru memecahkan keheningan di antara kami.
Ntah kenapa aku sedikit merasa malu tuk
melihat wajah Hikaru-kun. Sesekali aku hanya berani meliriknya.
Aku mulai bercerita soal ketakutan Ryo-chan
pada ketinggian serta kedatangan Hinata yang sampai saat ini belum kutau alasan
kedatangannya tadi. Kebetulan tadi Sasuke datang, dan entah apa yang mereka
bicarakan, mereka berduapun langsung menghilang begitu saja.
“Syukurlah kalian tak apa” kata Hikaru
menanggapi ceritaku.
“Harusnya tadi kalian tak usah pergi main
apalagi sejak kemarin Ryosuke sedang tak enak badan” tambahnya dengan nada
penuh perhatian menatap lekat wajah Ryo-chan yang masih terbaring pucat di
pangkuannya.
“Kenapa dari tadi kau tak memandangku?!”
pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku ntah kenapa aku sampai
menanyakan hal seperti itu.
“Nani?!” responnya pendek sambil
menundukkan wajahnya yang tadi sempat sesaat kulihat wajahnya yang begitu
memerah.
“Eh?!” entah kenapa wajahku ikut-ikutan
memerah.
Aku segera memalingkan wajahku. Begitu juga
Hikaru…… kami membelakangi satu sama lain…..
Aku tak tahu kenapa kami berdua jadi
malu-malu seperti ini.
*****************
[Kei’s POV]
Kak Yuya dan Daiki masih di kamar Ryosuke
merawat adik kami yang sedari tadi masih terbaring lemah. Tapi pikiranku masih
terbayang pemandangan yang kulihat beberapa jam lalu saat sahabatku tengah
mencium pacar adikku sendiri.
Secara tak sengaja kulihat Hikaru mencium
Megumi….. Sebuah pemandangan yang sempat membuatku syok dan aku masih
bertanya-tanya akan kebenaran apa yang telah kulihat itu…..
“Kenapa kau tak ikut merawat Ryo-chan,
Kei?!” tanya Hikaru tiba-tiba mengagetkanku.
Ntah kenapa aku tak tahu apa yang mesti
kurespon atas pertanyaannya barusan. Kepalaku masih dipenuhi hal yang belum
bisa kupercaya tentang kelakuan sahabatku ini.
“Kau menyukai Megumi?” tanyaku ringan tanpa
memandang wajah sahabatku itu namun aku tahu pasti kini ia tengah kaget dengan
pertanyaanku itu.
“Jujurlah!” tambahku lembut masih tanpa
memandangnya.
Beberapa detik ku nantikan jawaban yang tak
kunjung keluar dari mulut Hikaru.
“Jadi ternyata benar” kataku pendek sambil
berjalan meninggalkannya.
“Ryo-chan sedang sakit, kuharap kau tak
memanfaatkannya tuk merebut pacarnya” tambahku datar dan akupun segera
melangkahkan kakiku kembali, meninggalkannya.
Aku masih bisa melihat Hikaru yang terpaku
diam di tempatnya berdiri dengan mimik menyesali perbuatannya.
*****************
[Daiki’s POV]
Pagi ini langit begitu kelam. Mungkin
karena hujan lebat tadi malam.
Stadion yang luas inipun terasa begitu
menyeramkan hari ini. Suasana yang benar-benar tak kusukai.
Aku tak tahu kenapa semua jadi diam. Sejak
tadi malam suasana serasa begitu sepi. Tumben juga Yaotome-kun tak buat iseng
seperti biasanya. Biarpun aku tak menyukai jika ia iseng padaku, tapi aneh saja
melihatnya hanya diam seperti itu.
“Kei, Daiki, ini pertandingan terakhir
kita. Berjuanglah semaksimal mungkin di pertandingan terakhir ini” kata Yuya
sambil menepuk pundakku dan Kei.
“Karena kondisi Ryo-chan belum membaik,
kami mohon bantuan kalian” tambah Yuya sambil membungkuk ke arah Yabu-kun dan
Yaotome-kun.
“Megumi, tolong jaga adik kami ya!” kataku
pada Megumi sambil mengelus rambut Ryo-chan yang masih terbaring lemah.
Sejak tadi malam kondisinya tak membaik
sedikitpun.
“Sudah sejauh ini sampai final, haruskah
kita tak mengikutsertakan Ryosuke, kak?” tanya Kei dengan wajah datar namun terkesan
seakan ia ingin sekali bisa bertanding di pertandingan akhir ini bersama
Ryo-chan.
Yuya dengan tenang membalikan pertanyaan
Kei barusan dengan nada yang begitu bijak. “Kau lihat sendiri kan bagaimana kondisinya saat ini?!”
Jawaban itu segera membuat Kei terdiam,
menunduk, entah apa yang tengah dipikirkannya.
“Percayalah!! Kami akan berjuang semaksimal
mungkin demi bagian Ryosuke” Yabu-kun yang tiba-tiba memotong pembicaraan,
merespon dengan begitu mantapnya.
Biasanya Yaotome-kun pasti akan langsung menyambung
dengan respon yang lebih semangat, tapi tidak kali ini. Ia masih tertunduk diam
terlihat ada sesuatu yang membebani pikirannya. Ada apa dengan orang ini?! Kelakuannya saat
ini kurasa sedikit memiliki kesamaan dengan tingkah Kei.
--------------------
“Ryo akan ikut di pertandingan terakhir
ini” suara adikku membuat pandanganku langsung tertuju padanya.
Yuya dan Kei segera membantunya berdiri.
Anak itu terlihat begitu pucat dan ia benar-benar tak bisa menyembunyikan bahwa
badannya masih begitu lemas.
Sesaat adikku itu terhuyung dan Yaotome-kun
segera memeganginya.
“Yaotome-kun di sini saja menemani Megumi.
Ryo masih sanggup tuk menyelesaikan kejuaraan ini” tambah Ryo-chan masih dengan
nada yang begitu lemah.
“Kau ini apaan?! Kau istirahat saja!! Lihat
dirimu yang begitu menyedihkan ini!!” kata-kata dengan nada keras langsung
terlontar dari mulut Yaotome. Namun dibalik kata-kata itu tersirat kekhawatiran
yang begitu mendalam.
Tiba-tiba kulihat Ryo-chan menundukkan
kepalanya dengan badan yang masih ditopang oleh sahabat Kei itu.
Ia menangis……
Ryo-chan menangis……
Kenapa dia?!
“Aku melihat apa yang kalian lakukan malam
itu” paduan kata tercampur isak tangis mengalir dari mulut adikku.
Aku tak tahu apa yang ia maksud. Tapi detik
itu juga kulihat wajah Yaotome-kun yang seketika tersentak kaget, sama halnya
dengan Megumi yang berdiri di belakangnya.
Aku hanya bisa menatap mereka bergantian dengan
tanda tanya besar di kepalaku ini.
“Jika Megumi memang menyukai Yaotome-kun,
Ryo akan mengikhlaskannya tuk melanjutkan hidup bersamamu” tambah Ryosuke yang
kini kulihat sedang mencoba membendung air matanya yang sedari tadi
berlomba-lomba tuk segera keluar dari tempat mereka berasal.
“Tadi malam saat aku menjemput mereka,
kulihat Hikaru sedang berciuman dengan Megumi” Kei memberikan penjelasan seolah
menyadari ada tanda tanya besar di kepala kami.
Kulihat Yuya segera berjalan ke arah
Ryosuke dan Yaotome. Ditariknya lengan adik kami itu dari Yaotome dengan
tarikan yang begitu halus.
“Lebih baik kalian berdua segera pergi dari
hadapan kami dulu. Itu akan lebih baik buat kalian dan Ryosuke” kata kakak
pertamaku itu yang kini sudah mendekap Ryo-chan dan mengarahkan kata-katanya
tadi pada Yaotome dan Megumi.
“Jelaskan semuanya saat kondisi Ryo-chan
sudah membaik” tambah Yuya tanpa ekspresi marah sedikitpun.
“Hikaru, kau pergilah dulu!!” ucap Yabu-kun
mendukung pemikiran Yuya.
*****************
[Yuya’s POV]
“Kau yakin masih kuat tuk mengikuti
pertandingan ini?!” tanya Daiki pada Ryosuke dengan wajah yang begitu cemas.
Kami tahu Ryosuke masih terlalu lemah tuk
bertanding. Jangankan tuk itu, berdiripun kami masih harus menopangnya.
Kupandangi guratan wajah adikku itu yang
terlihat begitu sendu…..
Aku tak tahu apa yang terjadi padaku, tapi
seakan air mataku berdemo meminta untuk segera dikeluarkan.
Hatiku perih melihat Ryosuke yang seakan
sudah tak berniat lagi tuk melanjutkan hidupnya.
“Kenapa Megumi tega melakukan itu pada
Ryo-chan, kak?” aliran bening yang barusan berhasil ditahannya tuk beberapa
saat, kini kembali membasahi pipi adikku itu. Mengalir, menyatu dengan
keringatnya yang begitu dingin.
“Hapus air matamu, Ryo-chan!! Kau harus
meyakini perasaan Megumi padamu. Percayalah kalau apa yang ia lakukan kemarin
hanyalah sekedar kekhilafan” untaian kata yang baru saja terlontar dari mulutku
membuat adikku itu segera menghapus air matanya.
“Kakak benar” jawaban lembut terlontar dan
kembali dilayangkannya senyuman yang sempat menghilang dari wajah adikku itu sejak
kemarin malam.
Tentram……
Hatiku terasa begitu tentram melihat adikku
itu kembali tersenyum……
Kei dan Daiki yang ada di hadapan kamipun
ikut mengembangkan senyum mereka.
Syukurlah…….
*****************
[Hikaru’s POV]
Sudah 30 menit diriku terduduk diam di
samping Megumi di luar stadion ini. Aku benar-benar merasa bersalah, tak bisa
menahan nafsuku waktu itu. Jujur, aku menyukai Megumi. Menyukainya sejak
pertama kali melihatnya…
Megumi,
Daisuki------
Haruskah aku mengutarakan rasa sukaku ini?!
Genderang perang tertabuh keras dalam
hatiku yang saling bersahutan membuatku bingung harus mengatakannya atau
tidak……
Haruskah ku lakukan ini?!
Hikaru….. Ryosuke sudah kau anggap sebagai
adikmu. Apa mungkin hati ini kan
tega melihatnya terlukai?!
“Hikaru-kun, gomenasai” Megumi membungkuk
ke arahku.
“Kemarin aku benar-benar tlah khilaf. Aku
tak bisa membiarkan Ryo-chan memendam sakit hatinya” langkah cepat mengiringi
gadis yang kusukai itu yang kini tlah berlari kembali ke dalam stadion.
Meninggalkanku…..
“Kyaaa………..” gelegar teriakan histeris
terdengar dari dalam stadion ini beberapa saat setelah Megumi masuk ke
dalamnya.
Bukan cuma teriakan satu orang, dua orang,
tiga orang, ataupun sepuluh orang. Kuyakini suara itu berasal dari semua mulut
yang saat ini tengah ada di stadion.
Apa yang terjadi?!!
Teriakan histeris yang terkesan menyayat
hati ini berhasil membuat hatiku tergerak tuk segera melihat apa gerangan yang
tengah terjadi.
Kuberlari secepat yang kumampu ke dalam
stadion itu……
Kulihat Megumi berdiri tak jauh dari
pinggir lapangan stadion yang membuatku segera menangkap sosoknya begitu
kumasuki tempat ini.
Ia terpaku diam memandang layar besar yang
tergantung di tengah stadion.
Dua sosok yang kukenal, terpampang dalam
layar itu membuat hatiku seakan tersayat-sayat…….
“Kakak……… Bangun………” isakan tangis Ryosuke yang
tak terbendung menangisi sosok di pangkuannya yang telah bersimbah darah
membuatku tak bisa berkata-kata.
Kurasakan jantungku yang berdebar begitu
kencang berpacu tuk segera meluncur keluar dari dadaku serta sakitnya hatiku
ini hanya bisa memandangi wajah mereka di balik layar itu.
Kei………….
Sahabatku…………
Wajahnya tlah memerah berlumuran darah………….
Apa yang tlah terjadi?!!!
To Be Continue………..
*******************************
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^