Friday 4 May 2012

Aliran Pemikiran Islam


Sasaran yang menjadi titik tekan dalam pembahasan ini adalah menurut asal mula pemikiran Islam dan penyebab munculnya warna-warna yang beragam dalam pemikiran islam klasik pada masa selanjutnya yang memberikan pengaruh kepada pemikiran islam di masa sekarang. Sebagaimana yang dikatakan Dr. Muhammad Imarah, bahwa setiap aliran pemikiran islam kontemporer yang ada sekarang masing-masing mempunyai titik tolak yang terdapat pada 'lembaran-lembaran turats' (aliran pemikiran islam klasik).

Definisi
Secara etimologi memiliki arti proses, cara, perbuatan memikir. Ditinjau dari aspek bahasanya pemikiran tidak jauh ubahnya dengan berpikir. Ia mengandung makna yang abstrak. Tetapi ketika "pemikiran" memasuki ranah istilah, seperti filsafat misalnya, ia mengalami perubahan makna. Dalam istilah filsafat, pemikiran  didefinisikan sebagai istilah yang menunjuk baik pada proses kegiatan mental maupun hasilnya yang interpretasinya tergantung pada pandangan seseorang berkenaan dengan metafisika, universalia dan epistemologi. Atau pemikiran juga bisa didefinisikan sebagai sebuah kegiatan mental yang berlandaskan kepada prinsip-prinsip yang dianut untuk sampai kepada hasil yang dicari. Dari definisi tersebut bisa dilihat adanya perluasan makna pemikiran. Pemikiran dari segi terminologi mencakup proses dan hasilnya sekaligus. Dengan demikian istilah pemikiran bukan hanya sekedar digunakan untuk sebuah kegiatan yang bersifat abstrak tetapi ia juga bisa digunakan untuk sesuatu yang kongkret.
Ketika sebuah kata disandarkan kepada kata lain, maka ia akan melahirkan makna baru.  Oleh karena itu ketika kata "pemikiran" digabungkan dengan kata "islam", maka bisa diartikan sebagai kegiatan mental ataupun hasilnya yang berdasarkan kepada prinsip-prinsip islam. Karena setiap pemikiran akan dinamakan sesuai dengan prinsip yang digunakannya. Contohnya seperti pemikiran materialisme, dinamakan demikian karena prinsip yang digunakan dalam proses berpikirnya adalah prinsip materialisme, yaitu bahwa materi dianggap sebagai prinsip awal dan wujud hakiki juga hanya dengan materilah suatu kebenaran bisa ditafsirkan. Maka, pemikiran yang berdasarkan kepada islam sebagai prinsip dinamakan sebagai pemikiran islam.
Islam memiliki Al-Qur`ân (plus Al-Sunnah) sebagai sumber ajarannya yang. Dari Al-Qur`ân itulah prinsip-prinsip islam bersumber, termasuk di antaranya prinsip berpikir. Sehingga Al-Qur`ân, walaupun ia adalah sebuah kitab suci, wahyu dari langit, dan bukan hasil pemikiran manusia, ia merupakan asas pertama yang menjadi inspirasi dan pusat perhatian aliran-aliran dan pemikiran-pemikiran islam, sebagaimana yang dikatakan Dr. Abdul Halim Mahmud.
Perkataan Dr. Abdul Halim Mahmud tersebut, mengisyaratkan bahwa Al-Qur`ân selain sebagai prinsip bagi pemikiran islam sekaligus juga sebagai objek pemikiran islam. Dengan kata lain, pemikiran islam menjadikan islam sebagai prinsip dan objeknya sekaligus.
Definisi yang diberikan Muhammad Husain Abdullah terhadap pemikiran islam, yaitu al-hukmu 'ala-l-wâqi' min wijhati nazhari-l-Islâm (menjawab realitas dari perspektif islam). Sedangkan Ali Syaikh memberikan definisi pemikiran islam yang lebih lengkap lagi, yaitu usaha akal dan hasil berpikir muslim dalam bingkai memberi kontribusi terhadap islam.
Dari dua definisi pemikiran islam tersebut bisa disimpulkan bahwa pemikiran islam ialah pemikiran yang berdasarkan kepada prinsip islam dan menjadikan islam sebagai objeknya dalam menjawab realitas zaman. Dengan mafhûm tersebut maka akan termasuk ke dalamnya mâ-shadaq yang banyak, mulai dari zaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sebagai permulaan lahirnya islam (dan islamisme lainnya seperti, peradaban islam, pemikiran islam dan lain-lainnya) sampai sekarang.
Pemikiran Islam dan Pertumbuhannya?
Pemikiran islam, ia tidak tumbuh berangsur-angsur, sebagaimana yang diisyaratkan Dr. Abdul Halim Mahmud, ia mengatakan:
Sebagian penulis menggambarkan bahwa pemikiran islam muncul secara gradual dan tumbuh sedikit demi sedikit seiring dengan berjalannya waktu sehingga tumbuh menjadi pemikiran yang matang dan mendalam. Dan mereka berusaha—dengan semena-mena—memposisikan aliran pemikiran islam dengan asas tersebut, yaitu periode 'anak-anak', 'remaja', dan 'dewasa'.
Kemudian ia menambahkan dan inilah poin yang harus digarisbawahi:
Sebenarnya pemikiran islam memulai 'hidupnya'—dengan kekuatan yang dahsyat—dari Al-Qur`ân. Ia dijadikan sebagai asas, sebagaimana hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dijadikan juga sebagai penuntun jalan berpikir.
Atau dengan kata lain ketika pertama kali Al-Qur`ân diturunkan itulah cikal bakal lahirnya pemikiran islam. Hal itu sangat jelas sekali terlihat dari 5 ayat yang pertama kali diturunkan berisi tentang perintah 'membaca' kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Maka, mulai dari turunnya wahyu pertama itu sampai kepada wahyu yang terakhir itulah yang menjadi proses pembentukkan pemikiran islam yang sebenarnya.
Dengan demikian, ketika pemikiran islam berprinsipkan kepada Al-Qur`ân, dan Al-Qur`ân telah menjadi sempurna ketika Allah sendiri yang mengumumkannya dengan menurunkan Al-Mâ`idâh ayat 3,  maka segala prinsip yang terkandung di dalamnya pun otomatis telah sempurna.
Warna-warna Pemikiran Islam Klasik
Faktor-faktor penyebab lahirnya aliran-aliran dalam islam bisa dikategorikan menjadi dua. Pertama, faktor internal umat islam yang termasuk di antaranya:
         Fanatisme Arab
Bangsa Arab terkenal dengan sifat fanatisme golongannya. Tetapi penyakit tersebut berhasil diredupkan ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam diutus. Terbukti dengan bersatunya kaum 'Auz dan Khazraj dalam satu sebutan Anshâr. Dan sepeninggal Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, penyakit itu sempat timbul ketika Muhâjirin dan Anshâr berselisih dalam memilih siapakah yang berhak menjadi khalifah, dari Muhâjirîn atau Anshâr. Namun penyakit itu bisa diredupkan kembali dengan merujuk kepada pesan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, bahwa yang berhak menjadi khalifah setelahnya adalah dari kalangan Quraisy, maka Anshâr pun menerima pesan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tersebut. Tetapi pada akhirnya fanatisme tersebut sudah tidak bisa dibendung lagi sepeninggal Utsman Radhiyallahu 'Anhu. Ditandai dengan perselisihan yang terjadi antara Umawiyyîn dan Hâsyimiyyîn.

         Perebutan kekuasaan
Perebutan kekuasaan ini bersumber dari 'pertanyaan' "siapakah yang berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam". Apakah yang dimaksud dengan pesan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dari Quraisy tersebut secara keseluruhan atau dari keturunan Ali saja.  Sehingga ketika Ali dikudeta oleh Muamiyyah lahirlah Khawarij, Syi'ah dan pendukung Muawiyyah.
         Tenggelam dalam masalah yang samar
Di dalam permasalahan teologi ada permasalahan-permasalahan yang sebenarnya hanya Allah lah yang mengetahuinya secara dzât (baca: samar). Namun sebagian ulama justru tenggelam dalam membahas permasalahan tersebut sehingga bermunculanlah aliran-aliran teologi sebagai ekses dari pembahsana tersebut. Seperti pembahasan mengenai sifat Allah, hakikat perbuatan manusia dan permasalahan samar lainnya.
         Ayat-ayat mutasyâbihât
Adanya ayat-ayat mutasyâbihât melahirkan perselisihan di antara para ulama. Ada di antaranya yang memperbolehkan untuk mentakwilkannya, sedangkan sebagian lagi tidak memperbolehkannya. Sehingga perbedaan pendapat tersebut berubah menjadi madzhab.
         Istinbath hukum-hukum syara'
Nash bersifat terbatas—ketika berakhirnya wahyu—sedangkan kejadian terus menerus terjadi tanpa batas. Oleh karena itu ada persoalan-persoalan yang tidak terdapat dalam nash. Dan ini memerlukan ijtihad dalam mengkorelasikan persoalan yang ada dengan nash yang bersifat kullî. Dalam usaha mengkorelasikan realitas dengan nash inilah bermunculannya perbedaan istinbath hukum para ulama fikih, sehingga tumbuh menjadi madzhab-madzhab fikih yang baku.
Kedua, faktor eksternal yang termasuk di antaranya:
         Pengaruh teologi agama kuno
Semakin luasnya wilayah kekuasaan khilâfah islâmiyyah waktu itu dibarengi dengan masuk islamnya para penduduk pribumi wilayah tersebut yang sebelumnya telah memeluk agama paganisme. Maka ketika mereka telah memeluk islam ternyata ajaran agama paganisme mereka tidak otomatis hilang begitu saja. Ada di antaranya yang mereka masukkan dan disinkretisasikan dengan ajaran islam. Sehingga melahirkan aliran baru dalam islam.
         Penerjemahan filsafat
Filsafat adalah salah satu pengetahuan asing yang ikut diterjemahkan ke dalam bahasa arab ketika gerakan penerjemahan digalakan di zaman Dinasti 'Abbâsiyyah. Sehingga banyak para ulama islam yang konsen di bidang yang bisa dianggap baru ini. Dan hal tersebut menambah aliran baru dalam islam yaitu para filosof islam yang menerjemahkan islam (baca: teologi) melalui filsafat yang mereka pelajari.
         Merebaknya mitos dan isu
Setelah terbunuhnya Khalifah Utsman Radhiyallahu 'Anhu, merebaklah mitos-mitos yang menyesatkan. Terutama di zaman Dinasti Umawiyyah, banyak para pendongeng  yang menyebarkan mitos-mitos yang sebenarnya berasal dari agama kuno paganisme. Mitos-mitos yang menyebar tersebut akhirnya tumbuh menjadi semacam keyakinan sehingga membentuk suatu aliran baru.
Banyaknya aliran-aliran islam, bisa dikembalikan ke dalam tiga kategori saja yang mencerminkan orientasi pemikiran mereka dan penyebab lahirnya aliran tersebut. Ada tiga kategori aliran islam yaitu aliran politik, aliran teologi, dan aliran fikih.
·         Disebut aliran politik karena permasalahan yang menyebabkan munculnya aliran mereka adalah disebabkan perebutan kekuasaan dan perbedaan pendapat tentang pengangkatan khalifah setelah terbunuhnya Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu. Persengketaan tesebut melahirkan aliran Khawarij, Syi'ah dan cikal bakal Murji`ah. Walaupun persengketaan kekuasaan yang menyebabkan munculnya mereka ke atas panggung sejarah umat islam, pada akhirnya kesemua aliran ini terjerembab juga ke dalam permasalahan teologi.
·         Disebut aliran teologi karena lahirnya aliran-aliran ini disebabkan perdebatan masalah teologi. Dan permasalahan yang pertama kali diangkat ke permukaan adalah mengenai pelaku dosa besar, apakah dia kafir atau mukmin? Selain itu juga diangkat permasalahan mengenai apakah perbuatan manusia itu jabr atau ikhtiyar? Maka lahirlah Jabariyah, Qadariyah, Murji`ah (sebagai sebuah aliran yang mempunyai sistem berpikir yang baku), Mu'tazilah, Asyâ'irah, Maturidiyyah, Salafiyah dan juga termasuk ke dalam kelompok ini para filosof islam dan masih banyak lagi kelompok lainnya. Sehingga pada akhirnya secara garis besarnya aliran teologi ini bisa dibagi kepada tiga saja yaitu salafiyah, mutakallimin dan filosof islam.
·         Dari namanya saja, aliran fikih, sudah bisa terlihat yang diperdebatkan dan penyebab lahirnya aliran-aliran ini adalah masâil fiqhiyyah bahtah. Tanpa terpengaruh oleh masalah perebutan kekuasaan ataupun teologi. Di antara madzhab-madzhab yang terkenal dan mu'tabar adalah Madzhab Hanafî, Madzhab Mâlikî, Madzhab Syâfi'î, dan Madzhab Hanbalî.

Warna-warna pemikiran islam ini pada akhirnya merupakan akar atau afiliasi dari aliran-aliran yang ada sekarang ini meramaikan dunia islam abad ini.

No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers