[Daiki’s POV]
Aku mendengar juri mengumumkan bahwa Yuya
adalah pemenangnya. Biarpun aku sedikit terkejut dengan kejadian di arena tadi,
tapi aku senang kami berhasil menang.
“Dengan begini permainan akan lebih seru”
kata Sasuke yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangku.
“Jangan-jangan………” responku atas kalimat
Sasuke tadi tapi aku tak melanjutkan kalimatku itu karena aku yakin Sasuke
sudah tahu apa yang mau kukatakan.
“Ya. Kami memang sengaja mengalah di
pertandingan hari ini. Aku yang telah menyuruh Neji tuk memanipulasi
pertandingan agar kalian menang” jawaban yang sudah kuduga keluar dari mulut
anak itu.
“Semoga kalian tak kan menyesal karena telah mengalah pada kami
hari ini” suara Ryo-chan membuatku dan Sasuke menoleh padanya.
“Wajahmu pucat! Kau sakit ya?” tanya Sasuke
pada adikku itu.
“Besok adalah pertandingan terakhir.
Jagalah kesehatanmu baik-baik agar esok kalian tak mengecewakanku” tambahnya
sambil melangkahkan kakinya meninggalkan kami.
*****************
[Kei’s POV]
“Juri bilang esok kita wajib mewakilkan 5
orang tuk pertandingan terakhir, tapi kita cuma berempat. Gimana ni, kak?”
tanyaku pada kak Yuya yang tengah menyiapkan makan siang dibantu Megumi.
“Tenang-tenang…… ada aku……” kata Hikaru
yang baru saja nimbrung dan memotong pembicaraan.
“Kalian lupa ya… Kamikan sudah pindah ke
universitas kalian” sambung Yabu sambil menepuk pundakku dari samping.
“Eh?!” aku sedikit kaget dengan kata-kata
mereka berdua. Aku benar-benar lupa kalau mereka berdua sudah pindah ke
universitas kami.
“Jadi sudah tak da masalah lagi. Pilih saja
salah satu dari mereka” kata kak Yuya sambil menuang tumis ke piring.
“Eh, aku saja” kata Hikka.
“Jangan!! Hikka masih suka ngompol kalau
ketakutan!! Lebih baik aku saja!!” pinta Yabu-kun.
“Kau itu ketuaan, Kou-chan” olok Hikaru.
“Aku ini cuma 11 bulan lebih tua darimu”
balas Yabu sambil menjitak kepala Hikka.
“Wei, beraninya jitak kepalaku!!” Hikka
balas menjitak Yabu.
Akhirnya mereka berdua malah ribut
sendiri……
Aku risih mendengar pertengkaran mereka.
Tapi tiba-tiba kulihat Daiki berlari dari lantai atas dengan buru-buru. Dasar
anak itu…… Pasti hidungnya itu sudah mencium bau makanan yang tengah disiapkan
ini. Tapi anggapanku itu langsung pudar saat kulihat wajahnya yang terlihat
begitu panik.
“Yuya, Kei!! Ryo-chan hilang. Ia tak ada di
kamarnya!!” kata Daiki dengan begitu panik.
*****************
[Ryosuke’s POV]
“Kenapa kau bawa aku kesini?” tanyaku pada
Hinata yang tadi memaksaku ikut dengannya.
“Aku tu benar-benar menyukaimu. Kau harus
jadi milikku” jawabnya penuh antusias.
“Memangnya apa yang kau suka dariku?”
responku dengan wajah sedikit malas meladeni gadis ini.
“Bukannya kau suka Naruto?” tambahku.
“Naruto tu hanya punya semangat…… Tapi kau
lebih semangat darinya. Selain itu kau juga jauh lebih tampan dan pandai. Juga
berkarisma dan penuh talenta” jelasnya dengan bersemangat.
Aku tak tahu apa yang harus kukatakan pada
gadis ini. Harusnya ia sudah paham dengan penjelasanku tadi pagi kalau aku tak
mungkin menjadi pacarnya.
Lagipula sekarang aku benar-benar merasa
pusing dan sedang ingin tidur…..
“Bisakah tolong kita bahas hal ini lain
kali saja?” pintaku padanya.
“Kamu sedang sakit, kah? Wajahmu pucat”
katanya sambil mengulurkan tangan hendak memegang dahiku.
Aku segera menepis tangannya lembut.
“Aku mohon, tolong hormati keputusanku. Aku
tak mungkin mencintaimu sekarang. Karena sudah ada wanita lain di hatiku” aku
coba menjelaskan padanya sekali lagi.
“Ryo-chan…..” tiba-tiba kudengar Megumi
memanggilku dan ia segera berlari ke arahku.
“Ya Tuhan, sepertinya kau benar-benar sakit.
Lihat wajahmu sekarang!!” tambahnya sambil memegang wajahku.
“Aku hanya butuh istirahat” kataku padanya
sambil mengembangkan senyumku.
“Bagaimana kau tahu aku di sini?” tanyaku
pada Megumi.
“Kau lupa ya, aku kan detective. Lagipula,
kita kan
punya ikatan batin” jawabnya sambil tersenyum manis dan akupun segera membalas
senyumnya itu.
“Woe…… Jangan bermesraan di depanku!!”
teriak Hinata mengagetkan kami berdua.
“Eh, neng Hinata di sini juga rupanya” kata
kak Daiki yang baru saja datang sambil mengembangkan senyum bodohnya.
“Kau ini apa-apaan sih?! Aku itu tidak suka
padamu!!” bentak Hinata pada kak Daiki.
Kak Daiki terlihat sedih atas kata-kata
Hinata barusan. Ia tertunduk lesu dengan aura yang begitu kelam……
[Daiki’s POV]
“Tolong jangan bicara seperti itu pada kak
Daiki. Hargailah perasaannya biarpun hanya sedikit” kudengar Ryo membelaku.
“Menghargai perasaannya?! Aku tidak salah
dengar?! Kau saja tak menghargai perasaanku padamu” respon Hinata yang membuat
Ryosuke langsung terdiam.
“Dai-chan, Ryo-chan, ayo kita pulang” kata
Kei yang terlihat tengah berjalan bersama Yuya, Yabu, dan Hikka ke arah kami.
“Kalian tak boleh membawa pergi Ryosuke!!
Tinggalkan ia berdua denganku!!” teriak Hinata yang terlihat marah.
“Megumi, malam ini kita jalan-jalan ke
pasar malam yuk!! Kita belum pernah jalan berdua sebelumnya kan ?” ajak Ryosuke pada Megumi tanpa
mempedulikan omongan Hinata barusan.
“Ah, Ryo-chan…… Kau so sweet……” respon
Megumi malu-malu sambil menempelkan kepalanya di badan adikku itu.
“Kita jalan sekarang yuk…….” ajak adikku
itu yang langsung berjalan berdua dengan Megumi meninggalkan kami.
“Woee….. Ryo sayang….. Kenapa kau lakukan
ini padaku?!” teriak Hinata dengan wajah cengeng.
“Hinata!! Adikku itu orang yang sangat
teguh pada pendiriannya!! Mending kau sama aku. Aku cuma kalah tipis ma
ketampanan adikku itu. Cuma tipis kok!!” kataku penuh pengharapan berharap
Hinata akan merespon positif.
“Pulang yuk Kei!!” ajak kak Yuya dan Keipun
segera mengikutinya. Begitu juga dengan Yabu dan Hikaru.
Kini tinggal diriku berdua dengan Hinata.
“Sampai kapanpun adikku tak kan bisa mencintaimu.
Bahkan Sakura yang rela mati demi dia pun tak menggoyahkan sedikitpun perasaan
cintanya pada Megumi. Kau sudah tak ada harapan, Hinata!!” terangku padanya.
Kulihat ia menatapku tajam.
“Kau juga sudah tak da harapan!! Karena aku
tak mungkin mencintaimu!!” respon Hinata sambil berjalan meninggalkanku
sendirian di tempat sepi ini.
“Hiks….. Kenapa perjuangan cintaku begitu
berat?!” batinku menangis tersedu-sedu dalam hati.
[Yuya’s POV]
“Aku mau menyusul Dai-chan dulu, kak” kata
Kei padaku dan iapun segera melangkahkan kakinya ke arah pintu keluar.
Tapi ternyata Daiki sudah kembali sebelum
sempat Kei keluar rumah. Kulihat wajah adikku itu begitu murung.
“Patah hati ya Dai-chan?!” pertanyaan Kei
yang aku yakin pastinya langsung mengena di lubuk hati Daiki yang paling dalam.
Tapi Daiki tak merespon apapun dan langsung
berjalan naik ke kamarnya.
“Kau tak makan dulu, Daiki?” teriakku pada
adikku itu tapi ia tak merespon.
“Ada
ketupat kesukaanmu nie……..” tambah Kei berharap Daiki akan meresponnya.
“Sejak kapan Daiki suka ketupat!!” responku
manyun sambil menjitak kepala adikku ini.
“Sini kak, bagian Daiki. Biar aku yang
mengantarkannya ke kamar dan membujuknya tuk makan” kata Kei sambil mengulurkan
tangannya.
Akupun segera menyiapkan sepiring nasi
penuh lauk pauk dan segelas besar jus jeruk.
“Tolong bujuk dia ya!” kataku pada Kei dan
Keipun mengangguk paham.
Diantara adik-adikku, Keilah yang paling
normal. Syukurlah masih ada yang normal di antara mereka bertiga……
“Ryo-chan tadi kemana, kak?!” tanya Hikka
yang baru saja selesai nonton TV.
“Bukannya ia harus istirahat dulu, kak?!”
tambahnya yang membuatku ingat kalau Ryo-chan sedang kurang enak badan hari
ini.
“Udah… Biar aku saja yang mencarinya”
responnya sebelum sempat ku keluarkan kata-kata.
Akupun segera memasang senyum pada teman
Kei itu dan iapun segera keluar mencari adik bungsuku yang harusnya tak
main-main keluar dulu dengan badannya yang demam seperti itu.
Aku senang dengan Hikaru. Ia selalu sopan
di hadapanku. Apalagi ia begitu dekat dengan adik-adikku dan aku sangat suka
dengan sifatnya yang selalu bisa membuat orang lain tertawa. Syukurlah anak itu
kini tinggal di rumah ini. Semoga suasana rumah ini jadi semakin ramai……
*****************
[Megumi’s POV]
Ini pertama kalinya aku jalan berdua dengan
Ryosuke. Biarpun aku tahu ia sedang kurang enak badan, tapi ia selalu bisa
meyakinkanku bahwa ia sehat-sehat saja.
“Ryo-chan…… ayo naik jet coaster itu…….”
pintaku sambil merengek-rengek padanya.
“Nani?! Jangan yang itu lah….. Kita makan
saja dulu” responnya sambil tersenyum.
“Ayolah……..” rengekku sekali lagi kali ini
kukeluarkan jurus mata berkaca-kacaku……
“Iyalah…..” finally jawaban itu keluar juga
dari mulut Ryo-chan.
“Yatta, Yatta!!” responku girang sambil
segera menarik lengan Ryosuke ke arah jet coaster itu.
Kami berdua duduk paling depan bersiap-siap
tuk segera meluncur bersama jet ini.
“Dia pacarmu ya?!” tanya seorang gadis yang
duduk di belakangku.
“Iya!!” Ryosuke segera menyerobot pertanyaan
itu dengan memasang senyum hipnotisnya.
“Kyaaa……..” gadis itupun langsung menjerit
histeris dengan wajah yang benar-benar merah padam.
“Kok kamu gitu sih, yank?!” tanya seorang
anak laki-laki yang duduk di samping gadis itu dan sepertinya mereka berdua adalah
sepasang kekasih.
“Kau beruntung mendapat pacar sekeren
dia……” bisik gadis itu padaku dan akupun hanya bisa tersenyum kecil.
Jet coaster ini mulai bergerak secara
perlahan namun pasti menuju kecepatan maksimumnya.
Aku mulai tegang sejak awal benda ini
bergerak…….
“Jangan takut…… Ada aku” kata Ryosuke sambil tersenyum ke
arahku. Aku sangat menyukai senyumannya itu. Senyum itu benar-benar menenangkan
hatiku. Aku berharap ia akan tersenyum seperti itu terus sampai benda ini
berhenti meluncur.
Tapi dibalik senyumnya itu, kulihat
wajahnya yang semakin memucat.
“Ryo-chan…..” tanganku menggenggam tangan
Ryosuke yang begitu dingin.
“Aku benar-benar takut dengan ketinggian”
katanya dengan nada bergetar masih mencoba tetap memasang senyumnya.
“Nani?! Kau takut ketinggian?!” responku
tak percaya.
Aku mengira sakitnya semakin parah karena
wajahnya yang pucat itu. Tapi ternyata, itu karena ia teramat takut dengan
ketinggian.
“Bertahanlah….. Sebentar lagi jet coaster
ini akan berhenti” kataku menenangkannya.
Lho lho….. Kok malah jadi aku yang
menenangkan Ryosuke ya?! Padahal dari awal ia yang selalu sok menenangkanku.
Uh…. Dasar Ryo-chan……
Tiba-tiba perhatian kami tertuju pada
sesosok manusia yang berdiri terbalik di atas lintasan jet coaster yang di atas
sana . Jet ini
bergerak menuju arah sosok itu. Dekat….. dan semakin dekat……
Kami bisa melihat jelas sosok itu dan
mengenalinya sebagai Hinata.
“Apa yang ia lakukan di sana ?!” kataku dengan nada panik karena ku
takut jet ini akan menabraknya.
“Wooeee…….. Apaan tu……..” teriak anak
lelaki di belakang kami.
Seketika terdengar suara panik dari para
penumpang lainnya.
“Tuhan……..!! Apa yang akan dilakukan gadis
itu?!...............”
Bersamaan dengan rasa panikku ini, kulihat
Ryo-chan sudah mulai muntah-muntah…….
“Ya Tuhan……. Lindungi kami……..” doaku dalam
hati sambil menepuk-nepuk punggung Ryo-chan tapi mataku masih memandang lekat
pada sosok Hinata yang terlihat menatap kami berdua dengan tatapan yang
terkesan ingin menyakiti kami……
To Be Continue………..
*******************************
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^