[Yuya’s POV]
Aku segera meraih lengan Ryosuke dan
meletakkan kepalanya di pangkuanku.
“Ryo-chan!! Bangun!! Gomen ne….. Aku tak kan lagi meninggalkanmu.
Jadi buka matamu!!” rengek Megumi sambil menangis terisak-isak.
“Kau tak bohong kan , Meg?!” kata Ryosuke yang langsung
bangun dan memegang kedua pundak pacarnya itu dengan tiba-tiba.
Sesaat suasana menjadi hening. Tak ada
sedikitpun suara. Empat pasang mata kini menatap tajam ke arah adik bungsuku
itu.
Kulihat ia terlihat bingung memandangi kami
bergantian dengan wajah paniknya.
Detik pertama
.
.
Detik kedua
.
.
Detik ketiga
.
.
“Kyaa……. Gomen…….” teriaknya yang langsung
berlari tunggang langgang karena menyadari dirinya dalam bahaya jika tak segera
menjauh dari kami.
Tepat dengan apa yang ia simpulkan, aku dan
kedua adikku segera berlari mengejarnya hendak menghajar adik kami itu karena
berani-beraninya berbohong seperti itu di depan kami.
Harusnya ia tahu kalau ia tak boleh
melakukan itu mengingat kami sudah dua kali kehilangan dirinya.
*****************
[Hikaru’s POV]
“Adududududuh….. Pelan-pelan….. Itai yo!!”
rintih Ryo-chan sambil memegangi luka di wajahnya.
“Makanya jangan suka macam-macam dengan
kakak-kakakmu itu” kata Kota
yang baru saja duduk di sisi Ryo-chan yang lain sambil membawakan kapas dan
perban.
“Ugh… Kakak macam apa mereka?! Masa adik
sendiri dipukuli sampai babak belur seperti ini?! Malah pada gak mau ngobatin
pula. Ckckck…….” oceh Ryosuke sambil mengerutkan keningnya.
“Udah!! Aku mau tidur!!” tambahnya yang
langsung melangkahkan kaki ke kamarnya.
“Wei… aku belum selesai mengobati lukamu…”
teriakku tapi sepertinya ia tak menghiraukanku.
“Hm… keluarga yang sulit dipahami” kata
Kou-chan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Akupun hanya bisa duduk di sampingnya
sambil menyalakan TV dan menontonnya berdua dengan Kota . Tapi aku kepikiran dengan adik temanku
itu. Ryosuke…. Dulu ia masih sangat pendek waktu aku pertama kali mengenalnya.
Saat itu ia kelas 4 SD dan aku kelas 1 SMP.
Sejak pertama bertemu dengan ia dulu, aku
benar-benar menyukainya. Sayang ia tak terlahir jadi adikku.
“Ngapain ngelamun terus?” tanya Kota mengagetkanku dan
membuyarkan lamunanku.
“Bentar! Aku mau ke kamar anak itu dulu.
Paling tidak aku ingin mengobati lukanya tadi” kataku pada Kota dan akupun segera menyusul Ryosuke ke
kamarnya. Aku baru ingat kalau anak itu sering sakit-sakitan hanya karena luka
luar. Seperti saat kubuat ia jatuh dan terluka di lutut kanannya dulu yang
akhirnya membuat semua orang di rumah ini menjaga anak itu semalaman karena
demam.
*****************
[Daiki’s POV]
“Kkrriiingg………” bunyi jam weaker di
sampingku yang begitu nyaring membuatku terjatuh dari ranjangku.
Sesaat kuelus-elus kepalaku yang baru saja
terbentur di lantai. Tapi perhatianku langsung teralihkan oleh aroma makanan
yang tertangkap oleh indera penciumanku. Akupun buru-buru berlari mencari arah
aroma harum ini berasal.
“Ohayou, nii-chan” sapa Ryosuke yang tengah
menata makanan di meja makan.
Akupun segera duduk di kursiku memandangi
wajah adikku yang penuh memar. Apakah itu karena pukulan kami kemarin?!
“Bentar ya kak, Ryo bangunin kak Yuya dan
kak Kei dulu” senyuman dilayangkannya dan iapun berjalan ke lantai dua tuk
membangunkan kakak kami.
“Wei, Dai-chan!!” tiba-tiba seseorang
menubrukku dari belakang.
“Hikaru-kun?!” responku dengan memasang
wajah sebal.
“Ohayou” sapa Yabu-kun yang terlihat
berdiri di belakang Hikaru-kun.
Aku pertama kali mengenal Hikka-kun saat
aku masih SD. Ia teman baik Kei dan sering main ke rumah kami saat itu. Tapi
aku sebal. Dulu ia sering mengataiku gendut. Aku tak suka dikatai seperti itu.
Tapi mungkin berkat itu aku jadi semangat untuk menguruskan badanku.
Jeng jeng…… yah seperti inilah aku
sekarang. Atletis…. Namun pendek >.<
“Ni sapa yang masak, Dai-chan?” tanya Hikka
sambil memelototi makanan di depan kami.
“Ryo-chan” jawabku pendek.
“Eh?! Ryo-chan bisa masak ya?!” tanyanya
terlihat tak percaya.
“Nyam nyam nyam……. Enak……” kulihat Yabu-kun
sudah mulai makan.
“Plakk……” kupukul keras-keras kepala orang
itu.
“Kau tak boleh makan kalau
saudara-saudaraku belum makan” bentakku padanya.
Sesaat kulihat mata Yabu yang berkaca-kaca.
Ia terlihat menahan air matanya. Apakah tadi aku salah ngomong?!
[Yuya’s POV]
Aku berjalan bersama kedua adikku ke meja
makan. Ryo-chan tadi sudah minta maaf pada kami dan berjanji tak akan
mengulangi tindakannya kemarin. Tapi aku malah merasa teramat bersalah melihat
wajahnya saat ini. Aku benar-benar tak habis pikir kenapa diriku bisa memukuli
adik sendiri sampai seperti itu.
“Kou-chan, kau kenapa?” tanyaku sedikit
bingung melihat temanku itu yang sepertinya mau menangis.
“Eh, Yabu-kun kenapa?” giliran Ryo-chan
yang bertanya sambil memandang wajah sahabatku itu.
“Tadi aku memukul kepalanya dan
membentaknya” sambung Daiki.
Sesaat semuanya diam. Tapi jelas saja tawa
kamipun langsung meledak berbarengan….
“Kou-chan… Kau mau nangis hanya karena hal
seperti itu?!” olokku masih dengan tertawa terbahak-bahak.
“Maaf karena tadi tlah membentakmu” sambung
Daiki sambil mengulurkan tisu pada Kota
dan Kotapun segera menghapus air matanya.
“Ssrruutt…….” suara ingus Kota terdengar begitu keras.
“Ish…… Yabu-kun menjijikkan” kata Kei
sambil memalingkan wajahnya.
“Gomen…” respon sahabatku itu dan akupun
segera menepuk pundaknya dan tersenyum ke arahnya agar ia segera melupakan
hatinya yang barusan terlukai.
“Eh, Ryo-chan! Bukannya kau masih demam?”
pertanyaan Hikaru yang barusan terlontar membuatku segera berjalan ke arah
Ryosuke.
“Bodohnya kami sampai tak menyadari kalau
kau sedang demam” kataku sambil memegangi dahi adikku itu.
“Kali ini tak apa kok, kak. Ayo makan dulu.
Ryo sengaja bangun pagi tuk masak ini semua sebagai permintaan maaf Ryo soal
kemarin” kata-kata adikku itu langsung membuatku, Kei, dan Daiki segera
memeluknya.
Sebagai kakak, kami bertigapun hanya bisa
minta maaf padanya.
“Syukurlah kalian sudah baikan” kata Hikaru
yang langsung ikut-ikutan memeluk kami dengan tampang menangis yang dibuat-buat.
“Hus hus….. Kau tak boleh ikut-ikutan
memeluk kami” respon Daiki dan kami berenampun tertawa bersama karena candaan
Dai-chan barusan yang sebelumnya sukses membuat wajah Hikaru merengut.
*****************
[Kei’s POV]
“Ohayou……” suara seorang gadis terdengar
dari arah belakang kami berenam.
“Syukurlah hari ini kalian datang lagi
untuk melanjutkan kompetisi” tambahnya dengan wajah malu-malu.
“Ah… Yatta!! Gadis itu lagi” kata Daiki
dengan wajah yang begitu antusias mendatangi gadis yang kami kenal bernama
Hinata itu.
Yah, seperti biasa… Daikipun langsung
mengeluarkan jurus-jurus rayuan gombalnya. Kali ini kudengar ia berpantun
ria…..
“Satu ditambah satu sama dengan dua, rinduku
padamu terhapus jua” oceh adikku itu sambil bergaya bagai seorang model.
“Gomen ne bang, aye sudah suka sama orang
lain. Adik abang itu” balas gadis itu yang langsung membuat kami menertawai
Daiki.
“Beli cendol di perempatan, berilah daku
kesempatan” respon Dai-chan sambil berlutut mengulurkan tangannya ke arah
Hinata.
“Adikmu itu sudah gila ya Kei?” bisik Hikka
padaku.
“Hinata, maaf kemarin sudah menggodamu.
Tapi maaf, aku sudah punya orang lain yang kusukai” kata Ryo-chan dan iapun
langsung berjalan menuju kursi kami.
“Eh, chotto……” teriak gadis itu sambil
berlari menuju arah Ryosuke. Tapi tiba-tiba ……..
“Hinata!! Cukup!!” Sasuke menggenggam erat
tangan temannya itu.
“Eh, sejak kapan ia di sana ?” tanya Yabu dengan wajah polos.
“Mereka itu ninja. Kau sudah tahu itu kan ? Sudah biasa mereka berpindah
tempat secepat kilat” jawabku padanya dan iapun terlihat mengangguk paham.
“Aku tak akan melepaskanmu. Kau harus jadi
milikku. Harus…….” teriak gadis yang tengah diseret Sasuke kembali ke tempat
mereka itu.
*****************
[Yuya’s POV]
Hari ini aku yang akan bertanding. Jika aku
kalah dalam pertandingan ini, semua akan selesai. Tapi jika aku menang, masih
ada harapan bagi kami tuk bisa menjadi yang terbaik.
“Kita sudah sejauh ini sampai final. Berjuanglah,
kak!!” kata Kei menyemangatiku.
“Syukurlah kami tak terlambat” kata Ryuu
yang terlihat baru saja datang bersama Megumi.
“Ryo-chan, kau baik-baik saja?” Megumipun
langsung menuju ke arah adikku itu.
“Tadi Yuya menelponku dan katanya kau
sedang demam” tambahnya yang kini sudah duduk di samping Ryosuke.
Aku senang melihat kebersamaan mereka.
“Kakak apa-apaan? Ryo tak apa kok. Kenapa
mesti pakai telpon Megumi segala?!” umpat adikku itu.
“Sudah sini bobok di pangkuanku. Aku akan
menjagamu” respon Megumi dengan segera sambil memperlakukan adikku itu layaknya
anak kecil yang sedang sakit.
“Kau beruntung Ryo-chan, mendapat pacar
seperti Megumi” goda Kei yang sukses membuat wajah Ryo dan Megumi memerah.
“Ya, dah. Aku bertanding dulu” kataku pada
mereka.
“Goodluck……..” respon mereka bersamaan
dengan wajah yang penuh senyum.
Aku merasa hari ini akan jadi hari yang
indah…….
Aku sudah berdiri di atas arena menunggu
siapa yang akan menjadi lawanku.
“Yuya….. Berjuanglah!!” teriak Dai-chan
menyemangatiku kembali.
Akhirnya lawanku naik juga ke atas arena.
Seorang anak lelaki dengan rambut putih terurai panjang dan sebuat ikat kepala
yang melingkar di kepalanya.
“Ia Neji Hyuga. Hati-hati dengannya!!” kata
Ryuu mengingatkanku.
Aku mencoba mengingat nama itu. Akhirnya
aku ingat siapa orang itu. Ia tingkat dua sekarang. Aku pernah melihatnya
bertanding di final melawan universitas sihir tahun lalu dan ia berhasil
menang. Sayangnya timnya waktu itu tak cukup hebat untuk bisa mengalahkan
universitas sihir secara keseluruhan.
Wah, aku harus melawan anak ini. Apa yang
harus kulakukan?!
“Teng-teng……..” lonceng pertanda
pertandingan dimulaipun tlah dibunyikan.
Kulihat anak itu langsung berlari cepat ke
arahku. Aku tak tahu apa yang mesti ku lakukan. Aku benar-benar panik saat ini.
“Bbuuugghh………” kukepalkan tanganku dan
meninjunya sambil memejamkan mataku karena takut.
Seketika kudengar sorak sorai dari
penonton. Aku tak tahu apa yang terjadi. Akupun memberanikan diri tuk membuka
mataku. Aku melihat lawanku itu terpental ke luar arena.
“Nani?! Bagaimana bisa aku memukulnya
sampai keluar arena?!” batinku heran dengan kejadian barusan…….
To Be Continue………..
*******************************
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^