Monday, 7 May 2012

Hey! Say! Jump Fanfiction - Crazy Competition Part 17


[Yuya’s POV]
Kami sudah sampai di rumah sakit. Aku dan kedua adikku segera berlari ke kamar yang ditunjukkan oleh suster tadi. Ryosuke….. Jangan sampai kau tinggalkan kami lagi.

Aku melihat Sasuke berdiri di samping pintu kamar adikku.
“Bagaimana keadaannya?” tanyaku terburu-buru pada Sasuke.
“Sebentar lagi dokter keluar, kalian tanya saja padanya.” jawabnya dengan nada datar.

Sebelum kusempat merespon kalimat Sasuke tadi, aku melihat dokter sudah keluar dari kamar di sampingku ini. Dokter yang sama dengan yang kemarin.
“Bagaimana adik kami, dok?” tanya Kei dengan cepat mendahuluiku.

“Aku benar-benar tak tahu kenapa ia bisa hidup lagi setelah kepergiaannya kemarin. Tadi ia sudah tak bernafas saat dibawa kesini. Untung saja jantungnya masih berdetak dan ia dibawa kesini tepat waktu. Adik kalian selamat. Kami juga sudah berhasil membersihkan darah yang membeku di otaknya. Suatu mukjizat anak itu bisa kuat mengalami semua ini” terang dokter itu pada kami.

Hatiku begitu lega mendengar kata-kata dokter itu kali ini.
“Kami boleh masuk ke dalam, dok?” Daiki terlihat sangat ingin melihat kondisi Ryo-chan.
“Tentu saja. Tapi jangan berisik. Ia masih butuh banyak istirahat.” kata dokter itu sambil tersenyum dan berjalan meninggalkan kami.


[Daiki’s POV]
Aku segera membuka pintu itu dan masuk ke dalam. Ku lihat adikku sedang terbaring dengan alat bantu pernafasan dan sebuah perban yang membalut kepalanya. Akupun memperlambat langkahku dan berjalan mendekatinya perlahan. Begitu juga Yuya dan Kei. Kami bertiga berdiri di samping Ryo-chan sambil memandanginya.

“Syukurlah kita masih bisa melihatnya hidup.” kata Yuya dengan lembut.

“Kakak?!” suara Ryo-chan dengan nada seraknya membuat kami langsung duduk di sampingnya.
“Sudah… Ryo istirahatlah dulu” sambung Kei sambil mengusap dahi Ryo-chan.
“Maaf, Ryo sudah buat kalian khawatir” balas Ryo dengan suaranya yang masih begitu lemah.

*****************

[Kei’s POV]
Saat ini kami berempat sudah di rumah. Ryo meminta kami tuk membawanya pulang. Ia sangat tak menyukai terbaring di rumah sakit. Tadi Megumi dan yang lain sempat datang, tapi kali ini aku tak mempersilakan mereka masuk. Tuk saat ini kami sedang ingin berempat saja….

“Kei, belilah makanan di luar. Sejak kemarin kalian belum makan” kata kak Yuya padaku. Akupun segera menuruti kata kakakku itu.


[Ryosuke’s POV]
Sebenarnya aku paling tidak ingin membuat saudaraku khawatir. Aku jadi semakin membenci diriku sendiri yang lemah ini. Dari dulu aku hanya bisa menyusahkan kakak-kakakku….

“Kenapa Ryo belum tidur?” tanya kak Yuya padaku….. Iapun segera membelai rambutku dan menemaniku tidur. Aku benar-benar merasa seperti anak kecil diperlakukan seperti ini oleh kak Yuya. Tapi aku masih belum bisa mengatakan apapun. Aku hanya bisa tersenyum kecil ke arah kakakku itu.

“Kringg…..” aku mendengar telepon di kamarku berdering. Kulihat kak Yuya segera mengangkat telepon itu. Wajah kak Yuya terlihat begitu serius sejak mengangkat telepon tadi.
“Maaf, kami tak bisa” aku mendengar kak Yuya mengatakan itu dan segera menutup teleponnya.

Aku ingin menanyakan soal telepon barusan, tapi sepertinya diriku saat ini memang belum cukup kuat tuk bicara.
“Ayo tidur anak manis” kata kak Yuya tiba-tiba padaku sambil mengembangkan senyum lebarnya serta menaikkan selimutku agar ku tak kedinginan.


[Daiki’s POV]
Aku mendengar percakapan Yuya di telepon tadi. Kebetulan tadi aku juga mengangkat telepon yang ada di kamarku. Telepon dari panitia kejuaraan. Mereka bilang, universitas ninja masih menunggu kami di final. Aku paham kenapa Yuya tadi menolaknya. Tentu saja kami tak bisa melakukan itu apalagi kondisi Ryo-chan masih begitu lemah.

Aku ingin ikut tidur di kamar Ryosuke sambil menemaninya. Tapi tadi Yuya menyuruhku tuk membiarkan Ryo istirahat sendiri dulu biar tak terganggu.

Tangisan kami tadi pagi terasa bagaikan sebuah mimpi. Aku benar-benar takut andai adikku itu benar-benar meninggalkanku tuk selamanya.


“Dai-chan, ayo makan dulu” kata Kei yang baru saja masuk ke kamarku sambil membawa nampan berisikan makanan dan segelas susu hangat. Akupun segera bangun dan memakan makanan itu bersama Kei.
“Kei… Terima kasih tlah menjadi kakak yang baik bagiku” kataku pada Kei setelah menelan suapan yang terakhir.
“Kau ini bicara apa?! Kita ini satu keluarga. Sudah sewajarnya kita saling menjaga dan menyayangi” katanya padaku sambil mengelus kepalaku dan tersenyum kecil.

*****************

[Kei’s POV]
Aku berjalan ke kamar Ryosuke membawakan makanan tuk kak Yuya. Tapi ternyata kak Yuya sudah tertidur lelap mendekap Ryo-chan. Aku hanya bisa tersenyum kecil melihatnya. Seandainya tadi Ryo benar-benar pergi, aku tak tahu akan jadi apa keluarga ini tanpa keberadaannya. Perlahan aku mendekati adikku yang tengah tertidur itu. Wajahnya masih pucat seperti tadi pagi.

“Ryo-chan, kau harus tahu seberapa berharganya dirimu bagi kami” kataku dengan lirih pada adikku yang sudah tertidur itu.
“Met tidur, Ryo-chan” tambahku sambil mengecup kening adikku itu dan akupun segera keluar dan kembali ke kamarku.

*****************

[Ryosuke’s POV]
Aku melihat jam weaker di mejaku. Jam 6 pagi. Kak Yuya masih tertidur di sampingku sambil memelukku. Perlahan aku mencoba tuk bangun tanpa mengusik kakakku yang masih tidur ini. Kulepas infus di lenganku dan juga oksigen yang masih menempel di wajahku. Akupun berjalan ke arah jendela di kamarku. Kubuka tirai yang menutupi jendela itu. Hm….. matahari pagi yang begitu indah.
Pagi ini kepalaku terasa jauh lebih ringan.

“Ryo-chan?!” suara kak Yuya yang baru saja bangun, mengagetkanku.
“Kenapa kau bangun dari ranjangmu? Kau masih harus banyak istirahat” kata kak Yuya sambil berjalan cepat ke arahku.

“Ryo lapar, kak. Bisa tolong buatkan Ryo makanan?” kataku pada kak Yuya agar ia berhenti merisaukanku.
“Iya, kakak kan buatkan. Tapi berbaringlah lagi. Biar cepet sembuh” jawab kak Yuya padaku dengan suaranya yang lembut.

Aku melihat kak Yuya keluar dari kamar tuk membuatkanku makanan. Hehe….. Ntah kenapa sifat nakalku muncul lagi. Akupun segera keluar dari kamar tuk berjalan-jalan.


[Daiki’s POV]
Aku masih sangat ngantuk. Kulihat sekarang baru jam 6. Akupun melanjutkan tidurku. Tapi tiba-tiba kudengar seseorang memanggilku dengan suara yang begitu dekat….

“Kak Dai-chan!!” aku mendengar suara Ryosuke dan melihatnya duduk di ranjangku sambil mengembangkan senyum bodohnya. Akupun kaget dan buru-buru bangun dari ranjangku.
“Ryo-chan, apa yang kau lakukan?” tanyaku padanya dengan tampang kaget.
“Temani Ryo main di luar yuk, kak” katanya ringan masih tetap mengembangkan senyum bodohnya.
Akupun segera mendekati Ryosuke dan memegang dahinya dengan punggung tanganku. “Kau tak demam, tapi kenapa bertingkah aneh seperti ini?!” tanyaku heran padanya.

“Gak mau ya sudah. Lalalalala….” jawabnya pendek dan segera ke luar dari kamarku.
Akupun segera berlari mengejarnya. Kulihat ia turun ke lantai 1 dan menghidupkan TV.
Ya Tuhan….. Lihatlah sendiri tingkah makhlukmu yang satu itu. Apa jadinya jika kau benar-benar mengambilnya dari kami?!

Akupun berjalan ke arah adikku itu dan duduk di sampingnya sambil nonton TV bersamanya.


[Yuya’s POV]
Aku berjalan ke arah dua adikku yang sedang nonton TV.
“Ryo… Bukannya tadi kakak menyuruhmu istirahat?!” tanyaku dengan mata melotot ke arah adikku itu.
“Ah, kak Yuya yang cakep jangan marah gitu lah. Sini duduk. Kita nonton TV bareng” jawabnya polos tanpa sedikitpun merasa bersalah.
Ya Tuhan…… Kenapa anak seperti ini bisa buat kami mrasa ingin mati saat ditinggalkannya. Aku jadi merasa gemes pada adikku itu. Benar-benar tak bisa dinasehati.

“Eh, lihat berita itu. Itu kan Ryo” kata adikku itu tiba-tiba sambil menunjuk ke arah TV.
“Wah… Ryo gak nyangka klo Ryo seganteng tu. Lain kali Ryo kan lebih sering bercermin, ah…” tambahnya polos membuatku ingin menjitak kepalanya.

“Nonton TV sambil ngemil, Ryo” kata Daiki tiba-tiba sambil mengulurkan setoples kentang goreng ke arah Ryo-chan. Gggrrrr……. Anak-anak ini……. Aku benar-benar merasa ingin menjitak mereka. Tapi aku hanya bisa menahan amarah itu.

Tiba-tiba perhatianku tertuju pada berita yang tengah ditonton kedua adikku itu. Berita mengenai kejuaraan nasional yang ditunda sampai kami kembali.

“Nani?! Mereka menunggui kita?! Uh, aku terharu” kata Ryosuke dengan mendramatisir suaranya.
“Ayo kita bertanding!!” kata anak itu sambil mengangkat tinggi-tinggi lengan kanannya.
“Tidak!!” akupun segera merespon cepat.

“Kak Yuya gak mau ya udah. Ryo akan berangkat sendiri” katanya sambil berjalan ke arah pintu tuk keluar.
“Ryo…… Tunggu aku……” Daiki segera berlari mengejar Ryo-chan.

Uh… Anak-anak itu…..
Aku segera berlari ke arah mereka berdua yang sudah membuka pintu. Kujewer telinga mereka dan menariknya masuk kembali ke dalam rumah.

“Adududuh… Kak Yuya… Sakit…” rengek Ryo-chan padaku.

“Kenapa kakak menjewer Ryo?!” suara Kei yang tengah turun dari lantai atas, mengagetkanku.
“Biarpun mereka salah, janganlah menjewer Ryo-chan seperti itu. Cukup jewer ja Daiki” katanya dengan polos sambil berjalan ke arahku.
“Wah……. Kei. Kau kakak yang jahat” gerutu Daiki sambil mengerutkan alisnya.

*****************

[Ryosuke’s POV]
Aku berhasil membujuk kak Yuya tuk menyelesaikan kejuaraan ini. Kami berempatpun sudah berada di stadion.

“Ryo-chan….. Ganbatte ne…..” kata Megumi yang tiba-tiba datang dan memelukku.
“Maaf dah buat Megumi menunggu” jawabku padanya sambil mengembangkan senyum manisku.

“Buat apa kau kesini?! Tidak cukupkah kau buat kami kehilangan orangtua?! Masih berani-beraninya kau bicara pada adik kami” kata-kata kak Kei dengan nada tinggi tertuju pada Megumi membuatku tertegun tuk sesaat.

“Ups. Aku kelepasan bicara” tambah kak Kei dengan nada lirih. Kulihat ketiga kakakku dan Megumi memandang tajam ke arahku……




To Be Continue………..

*******************************

No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers