[Yuya’s POV]
Kami sudah sampai di rumah sakit. Aku dan
kedua adikku segera berlari ke kamar yang ditunjukkan oleh suster tadi.
Ryosuke….. Jangan sampai kau tinggalkan kami lagi.
Aku melihat Sasuke berdiri di samping pintu
kamar adikku.
“Bagaimana keadaannya?” tanyaku
terburu-buru pada Sasuke.
“Sebentar lagi dokter keluar, kalian tanya
saja padanya.” jawabnya dengan nada datar.
Sebelum kusempat merespon kalimat Sasuke
tadi, aku melihat dokter sudah keluar dari kamar di sampingku ini. Dokter yang
sama dengan yang kemarin.
“Bagaimana adik kami, dok?” tanya Kei
dengan cepat mendahuluiku.
“Aku benar-benar tak tahu kenapa ia bisa
hidup lagi setelah kepergiaannya kemarin. Tadi ia sudah tak bernafas saat
dibawa kesini. Untung saja jantungnya masih berdetak dan ia dibawa kesini tepat
waktu. Adik kalian selamat. Kami juga sudah berhasil membersihkan darah yang
membeku di otaknya. Suatu mukjizat anak itu bisa kuat mengalami semua ini”
terang dokter itu pada kami.
Hatiku begitu lega mendengar kata-kata
dokter itu kali ini.
“Kami boleh masuk ke dalam, dok?” Daiki
terlihat sangat ingin melihat kondisi Ryo-chan.
“Tentu saja. Tapi jangan berisik. Ia masih
butuh banyak istirahat.” kata dokter itu sambil tersenyum dan berjalan
meninggalkan kami.
[Daiki’s POV]
Aku segera membuka pintu itu dan masuk ke
dalam. Ku lihat adikku sedang terbaring dengan alat bantu pernafasan dan sebuah
perban yang membalut kepalanya. Akupun memperlambat langkahku dan berjalan
mendekatinya perlahan. Begitu juga Yuya dan Kei. Kami bertiga berdiri di
samping Ryo-chan sambil memandanginya.
“Syukurlah kita masih bisa melihatnya
hidup.” kata Yuya dengan lembut.
“Kakak?!” suara Ryo-chan dengan nada
seraknya membuat kami langsung duduk di sampingnya.
“Sudah… Ryo istirahatlah dulu” sambung Kei
sambil mengusap dahi Ryo-chan.
“Maaf, Ryo sudah buat kalian khawatir”
balas Ryo dengan suaranya yang masih begitu lemah.
*****************
[Kei’s POV]
Saat ini kami berempat sudah di rumah. Ryo
meminta kami tuk membawanya pulang. Ia sangat tak menyukai terbaring di rumah
sakit. Tadi Megumi dan yang lain sempat datang, tapi kali ini aku tak
mempersilakan mereka masuk. Tuk saat ini kami sedang ingin berempat saja….
“Kei, belilah makanan di luar. Sejak
kemarin kalian belum makan” kata kak Yuya padaku. Akupun segera menuruti kata
kakakku itu.
[Ryosuke’s POV]
Sebenarnya aku paling tidak ingin membuat
saudaraku khawatir. Aku jadi semakin membenci diriku sendiri yang lemah ini.
Dari dulu aku hanya bisa menyusahkan kakak-kakakku….
“Kenapa Ryo belum tidur?” tanya kak Yuya
padaku….. Iapun segera membelai rambutku dan menemaniku tidur. Aku benar-benar
merasa seperti anak kecil diperlakukan seperti ini oleh kak Yuya. Tapi aku
masih belum bisa mengatakan apapun. Aku hanya bisa tersenyum kecil ke arah
kakakku itu.
“Kringg…..” aku mendengar telepon di
kamarku berdering. Kulihat kak Yuya segera mengangkat telepon itu. Wajah kak
Yuya terlihat begitu serius sejak mengangkat telepon tadi.
“Maaf, kami tak bisa” aku mendengar kak
Yuya mengatakan itu dan segera menutup teleponnya.
Aku ingin menanyakan soal telepon barusan,
tapi sepertinya diriku saat ini memang belum cukup kuat tuk bicara.
“Ayo tidur anak manis” kata kak Yuya
tiba-tiba padaku sambil mengembangkan senyum lebarnya serta menaikkan selimutku
agar ku tak kedinginan.
[Daiki’s POV]
Aku mendengar percakapan Yuya di telepon
tadi. Kebetulan tadi aku juga mengangkat telepon yang ada di kamarku. Telepon
dari panitia kejuaraan. Mereka bilang, universitas ninja masih menunggu kami di
final. Aku paham kenapa Yuya tadi menolaknya. Tentu saja kami tak bisa melakukan
itu apalagi kondisi Ryo-chan masih begitu lemah.
Aku ingin ikut tidur di kamar Ryosuke
sambil menemaninya. Tapi tadi Yuya menyuruhku tuk membiarkan Ryo istirahat
sendiri dulu biar tak terganggu.
Tangisan kami tadi pagi terasa bagaikan
sebuah mimpi. Aku benar-benar takut andai adikku itu benar-benar meninggalkanku
tuk selamanya.
“Dai-chan, ayo makan dulu” kata Kei yang
baru saja masuk ke kamarku sambil membawa nampan berisikan makanan dan segelas
susu hangat. Akupun segera bangun dan memakan makanan itu bersama Kei.
“Kei… Terima kasih tlah menjadi kakak yang
baik bagiku” kataku pada Kei setelah menelan suapan yang terakhir.
“Kau ini bicara apa?! Kita ini satu
keluarga. Sudah sewajarnya kita saling menjaga dan menyayangi” katanya padaku
sambil mengelus kepalaku dan tersenyum kecil.
*****************
[Kei’s POV]
Aku berjalan ke kamar Ryosuke membawakan
makanan tuk kak Yuya. Tapi ternyata kak Yuya sudah tertidur lelap mendekap
Ryo-chan. Aku hanya bisa tersenyum kecil melihatnya. Seandainya tadi Ryo
benar-benar pergi, aku tak tahu akan jadi apa keluarga ini tanpa keberadaannya.
Perlahan aku mendekati adikku yang tengah tertidur itu. Wajahnya masih pucat
seperti tadi pagi.
“Ryo-chan, kau harus tahu seberapa
berharganya dirimu bagi kami” kataku dengan lirih pada adikku yang sudah
tertidur itu.
“Met tidur, Ryo-chan” tambahku sambil
mengecup kening adikku itu dan akupun segera keluar dan kembali ke kamarku.
*****************
[Ryosuke’s POV]
Aku melihat jam weaker di mejaku. Jam 6
pagi. Kak Yuya masih tertidur di sampingku sambil memelukku. Perlahan aku
mencoba tuk bangun tanpa mengusik kakakku yang masih tidur ini. Kulepas infus
di lenganku dan juga oksigen yang masih menempel di wajahku. Akupun berjalan ke
arah jendela di kamarku. Kubuka tirai yang menutupi jendela itu. Hm….. matahari
pagi yang begitu indah.
Pagi ini kepalaku terasa jauh lebih ringan.
“Ryo-chan?!” suara kak Yuya yang baru saja
bangun, mengagetkanku.
“Kenapa kau bangun dari ranjangmu? Kau
masih harus banyak istirahat” kata kak Yuya sambil berjalan cepat ke arahku.
“Ryo lapar, kak. Bisa tolong buatkan Ryo
makanan?” kataku pada kak Yuya agar ia berhenti merisaukanku.
“Iya, kakak kan buatkan. Tapi berbaringlah lagi. Biar
cepet sembuh” jawab kak Yuya padaku dengan suaranya yang lembut.
Aku melihat kak Yuya keluar dari kamar tuk
membuatkanku makanan. Hehe….. Ntah kenapa sifat nakalku muncul lagi. Akupun
segera keluar dari kamar tuk berjalan-jalan.
[Daiki’s POV]
Aku masih sangat ngantuk. Kulihat sekarang
baru jam 6. Akupun melanjutkan tidurku. Tapi tiba-tiba kudengar seseorang
memanggilku dengan suara yang begitu dekat….
“Kak Dai-chan!!” aku mendengar suara
Ryosuke dan melihatnya duduk di ranjangku sambil mengembangkan senyum bodohnya.
Akupun kaget dan buru-buru bangun dari ranjangku.
“Ryo-chan, apa yang kau lakukan?” tanyaku
padanya dengan tampang kaget.
“Temani Ryo main di luar yuk, kak” katanya
ringan masih tetap mengembangkan senyum bodohnya.
Akupun segera mendekati Ryosuke dan
memegang dahinya dengan punggung tanganku. “Kau tak demam, tapi kenapa
bertingkah aneh seperti ini?!” tanyaku heran padanya.
“Gak mau ya sudah. Lalalalala….” jawabnya
pendek dan segera ke luar dari kamarku.
Akupun segera berlari mengejarnya. Kulihat
ia turun ke lantai 1 dan menghidupkan TV.
Ya Tuhan….. Lihatlah sendiri tingkah
makhlukmu yang satu itu. Apa jadinya jika kau benar-benar mengambilnya dari
kami?!
Akupun berjalan ke arah adikku itu dan
duduk di sampingnya sambil nonton TV bersamanya.
[Yuya’s POV]
Aku berjalan ke arah dua adikku yang sedang
nonton TV.
“Ryo… Bukannya tadi kakak menyuruhmu
istirahat?!” tanyaku dengan mata melotot ke arah adikku itu.
“Ah, kak Yuya yang cakep jangan marah gitu
lah. Sini duduk. Kita nonton TV bareng” jawabnya polos tanpa sedikitpun merasa
bersalah.
Ya Tuhan…… Kenapa anak seperti ini bisa
buat kami mrasa ingin mati saat ditinggalkannya. Aku jadi merasa gemes pada
adikku itu. Benar-benar tak bisa dinasehati.
“Eh, lihat berita itu. Itu kan Ryo” kata adikku itu
tiba-tiba sambil menunjuk ke arah TV.
“Wah… Ryo gak nyangka klo Ryo seganteng tu.
Lain kali Ryo kan
lebih sering bercermin, ah…” tambahnya polos membuatku ingin menjitak
kepalanya.
“Nonton TV sambil ngemil, Ryo” kata Daiki
tiba-tiba sambil mengulurkan setoples kentang goreng ke arah Ryo-chan.
Gggrrrr……. Anak-anak ini……. Aku benar-benar merasa ingin menjitak mereka. Tapi aku
hanya bisa menahan amarah itu.
Tiba-tiba perhatianku tertuju pada berita
yang tengah ditonton kedua adikku itu. Berita mengenai kejuaraan nasional yang
ditunda sampai kami kembali.
“Nani?! Mereka menunggui kita?! Uh, aku
terharu” kata Ryosuke dengan mendramatisir suaranya.
“Ayo kita bertanding!!” kata anak itu
sambil mengangkat tinggi-tinggi lengan kanannya.
“Tidak!!” akupun segera merespon cepat.
“Kak Yuya gak mau ya udah. Ryo akan
berangkat sendiri” katanya sambil berjalan ke arah pintu tuk keluar.
“Ryo…… Tunggu aku……” Daiki segera berlari
mengejar Ryo-chan.
Uh… Anak-anak itu…..
Aku segera berlari ke arah mereka berdua
yang sudah membuka pintu. Kujewer telinga mereka dan menariknya masuk kembali
ke dalam rumah.
“Adududuh… Kak Yuya… Sakit…” rengek Ryo-chan
padaku.
“Kenapa kakak menjewer Ryo?!” suara Kei
yang tengah turun dari lantai atas, mengagetkanku.
“Biarpun mereka salah, janganlah menjewer
Ryo-chan seperti itu. Cukup jewer ja Daiki” katanya dengan polos sambil
berjalan ke arahku.
“Wah……. Kei. Kau kakak yang jahat” gerutu
Daiki sambil mengerutkan alisnya.
*****************
[Ryosuke’s POV]
Aku berhasil membujuk kak Yuya tuk
menyelesaikan kejuaraan ini. Kami berempatpun sudah berada di stadion.
“Ryo-chan….. Ganbatte ne…..” kata Megumi
yang tiba-tiba datang dan memelukku.
“Maaf dah buat Megumi menunggu” jawabku
padanya sambil mengembangkan senyum manisku.
“Buat apa kau kesini?! Tidak cukupkah kau
buat kami kehilangan orangtua?! Masih berani-beraninya kau bicara pada adik
kami” kata-kata kak Kei dengan nada tinggi tertuju pada Megumi membuatku
tertegun tuk sesaat.
“Ups. Aku kelepasan bicara” tambah kak Kei
dengan nada lirih. Kulihat ketiga kakakku dan Megumi memandang tajam ke
arahku……
To Be Continue………..
*******************************
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^