[Kota ’s
POV]
Aku membaringkan Yuya dan kedua adiknya di
kamar Yuya. Dokter bilang, mereka mengalami depresi berat. Jika mereka tidak
segera melupakan kepergian adik mereka itu, kemungkinan terburuk, mereka bisa
menjadi gila.
“Ini pasti berat bagi kalian” kata gadis
yang bernama Hermione itu sambil membelai rambut Yuya yang masih belum sadar.
“Berapa lama kalian saling mengenal?”
tanyaku mencoba ngobrol dengan gadis itu.
“Aku sudah menyatakan rasa sukaku pada Yuya
3 tahun lalu, tapi kami baru resmi berpacaran belum ada 1 bulan ini” terangnya
tanpa memandang ke arahku.
Selama 3 tahun sekelas dengan Yuya dulu,
aku tak pernah menyadari kalau Yuya anak orang kaya. Yuya belum pernah
sekalipun mengajakku ke rumahnya. Bahkan ia melarangku datang di hari pemakaman
orangtuanya dulu. Aku jadi sedikit iri dengan gadis yang bernama Hermione ini.
“Wei, ada tamu” bisik Hikka yang tiba-tiba
masuk ke kamar dengan nada suaranya yang menyeramkan dan sukses membuatku
tersentak kaget.
“Siapa?” tanyaku pendek padanya.
“Tiga orang anak laki-laki. Sepertinya
mereka seumuran kita” terang Hikka padaku.
“Dasar…… Kalian benar-benar tak becus……
Baru kutinggal sebentar saja kalian tak bisa menjaga adik kalian!!” kata
seorang anak berbaju putih berambut hitam legam yang tiba-tiba masuk ke kamar
ini dan terlihat marah-marah.
“Sasuke, Harry, Ryuu?!” Hermione segera
bangkit dari tempatnya tadi duduk.
*****************
[Yuya’s POV]
Aku mendengar kicauan burung-burung yang
melantun indah saling bersahutan. Sepertinya hari sudah pagi.
Kepalaku masih terasa teramat berat.
Kulihat Kei dan Daiki terbaring di sampingku. Aku terduduk memandangi wajah
kedua adikku itu. Ntah kenapa aku merasakan sakit yang teramat sangat di hatiku
ini. Wajah Ryo-chan yang tengah tertidur lelap melintas di kepalaku yang membuatku
tak kuasa menahan air mataku.
Aku masih tak percaya adikku itu tlah
tiada. Kenapa semua terjadi begitu mendadak? Tidak seharusnya semua ini terjadi
pada kami. Dan tidak seharusnya Ryosuke pergi mendahuluiku. Hatiku terasa
tersayat-sayat mengingat pemakaman Ryosuke kemarin. Aku tak kan lagi bisa melihatnya tersenyum. Andai
waktu bisa diputar kembali, aku rela menukarkan nyawaku dengannya.
Smile egao de
ireru
Ano hi nagashita namida ga aru kara
Tooku ni kikoeteru yume ga
Boku wo yonderu
Aku mendengar lantunan
lagu dari lantai bawah. Suara yang begitu lembut dan menentramkan hati ini. Aku
mengenal suara itu. Akupun buru-buru bangun dari ranjangku dan berlari ke arah
suara itu berasal. Mataku tak berkedip melihat sosok di samping jendela di
bawah sinar mentari pagi yang begitu bersinar. Ia bernyanyi sambil menatap
keluar jendela dengan sebuah gitar yang ia mainkan dengan begitu indahnya.
Me no mae no
Doa hirakou atarashii
Sekai ni ima ai ni yukou
Kimi to boku de
Yume wo tsukami torou
Kokoro nakiwarai onaji toki
Issho ni sugoshita kimi ga iru
Kibou no piece atsumareba
Hikari egao hora peace ni naru yo
Kei dan Daiki sudah
berdiri di sampingku memandangi sosok yang sedang bernyanyi itu. Iapun menoleh
pada kami bertiga sambil mengembangkan senyumnya yang begitu manis yang membuat
kami sentak segera berlari ke arahnya.
Kami bertiga langsung
memeluknya. Memeluknya dengan teramat erat sebelum ia menyelesaikan lagu itu.
“Sudah Ryo bilang, Ryo
akan baik-baik saja” katanya setelah melihat air mata kami mengalir. Aku, Kei,
dan Daiki menangis terisak-isak memeluk adik kami yang telah kami makamkan
kemarin itu.
“Tu, jaga adik kalian
baik-baik. Jangan sampai ia pergi lagi” kata Sasuke tiba-tiba yang ternyata
sedang duduk di ruang keluarga bersama Kota ,
Hikaru, Harry, Ryuu, Hermione, dan Megumi.
“Maaf sudah membuat
kalian bersedih lagi. Hahahaha, wajah kalian lacu” kata adik terkecilku itu
dengan sedikit ngakak.
[Ryosuke’s POV]
“Plak plak plak” tiga
pukulan mendarat telak di kepalaku. Aku ingin marah pada kakak-kakakku yang
tiba-tiba memukulku itu. Tapi aku segera urungkan niatku saat kulihat mata
mereka yang berkaca-kaca sedih. Akupun hanya bisa menundukkan kepala.
“Aku tak tahu kenapa
kau bisa kembali hidup. Tapi aku tak mau tahu. Apapun alasannya, syukurlah kau
kembali lagi, Ryo-chan!” kata kak Daiki yang kembali memelukku erat diikuti kak
Kei dan kak Yuya.
“Ini semua berkat
bantuan mereka” kataku ringan menunjuk ke arah Sasuke dan yang lain, sambil
mendekap ketiga kakakku yang tengah memelukku ini.
“Ayo kita makan dulu.
Kebetulan aku dan Megumi sudah memasak untuk kita semua” kata Hermione sambil
menepuk punggung kak Yuya.
“Wah…… Ayo makan….. Ayo
makan…...” responku cepat menanggapi ajakan gadis yang mungkin akan jadi iparku
itu.
Tapi aku melihat ketiga
kakakku masih menundukkan kepala mereka dengan wajah yang sedih tak beranjak
dari tempat mereka memelukku tadi.
“Sudah… Jangan sedih
lagi. Kalian itu tidak pantas menangis. Tu kan …. jadi hilang gantengnya” kataku sambil
mengusap air mata kakak-kakakku. Akupun segera merangkul mereka dan mengarahkan
kakak-kakakku ke ruang makan.
[Daiki’s POV]
Aku tak menduga bisa
melihat senyum Ryo-chan lagi. Apalagi sekarang suasana rumah jadi semakin
ramai.
Kami sarapan bersebelas
hari ini.
“Wah, kita bisa membuat
kesebelasan sepak bola nie” kata Ryo-chan tiba-tiba tuk memecahkan keheningan
dan sikapnya itu sentak mendapat tatapan tajam dari semua mata yang saat itu
ada di meja makan.
“Nani?! Kenapa kalian
menatapku seperti itu?” responnya dengan kengerian yang meliputi wajahnya.
“Mereka itu baru saja
merasakan kehilangan sosokmu. Sekarang lebih baik kau jangan buat ulah dulu.
Hargai perasaan mereka” terang Ryuu masih dengan menyantap makanan di depannya
dengan gaya makan
seorang pangeran kerajaan.
“Kau benar-benar tak
apa kan
Ryo-chan?” tanya Kei lembut sambil memegang pundak Ryosuke.
“Mungkin sebaiknya aku
menjelaskan pada kalian alasan Ryosuke masih hidup sehingga kalian bisa yakin
kalau ia baik-baik saja” kata si nenek sihir memotong pembicaraan.
“Kami menggunakan arloji
ini untuk memutar waktu. Ini pemberian dosenku. Semua ini berkat usul Ryuu yang
aku sendiri bahkan tak memikirkannya” terangnya sambil menunjukkan arloji kecil
yang dikalungkan di lehernya.
“Ryuu sengaja kembali
dari Amerika setelah mendengar berita kematian Ryo-chan. Ia
bilang, ia sudah tahu siapa dalang di balik semua ini tapi ia ingin menunggu
kalian dulu untuk membuka identitas orang itu” kata Megumi menambahi cerita
Hermione.
“Jadi siapa yang telah
merencanakan ini semua?!” tanyaku dengan tak sabar ke arah anak yang masih
menyantap makanannya itu.
“Awan hitam mulai
tersingkap. Ia ada di antara kita saat ini” jawabnya ringan masih dengan
melanjutkan makannya.
“SIAPA?!” bentakku
bersamaan dengan suara Yuya dan Kei. Kini kamipun hanya bisa saling pandang
hampir tak percaya jika dalang dari semua ini ternyata sedang di dekat kami
saat ini.
[Megumi’s POV]
Kini semua mata sudah kembali tertuju pada
Ryuu. Perasaanku teramat takut mendengar penjelasan apa yang akan Ryuu berikan
menyikapi semua ini.
“Modus dari si pelaku adalah balas dendam”
kata Ryuu memulai penjelasannya.
Kami bersepuluh tak merespon apapun karena
kami masih ingin mendengar penjelasan Ryuu selanjutnya.
“Sssrruuttt……” “Supnya enak” kata Ryuu tiba-tiba
yang membuat kami hampir saja memukulinya karena ia tak peka dengan kondisi
saat ini.
“Cepat lanjutkan!!” kata anak yang bernama
Hikaru itu sambil mencubit kedua pipi Ryuu.
“Iya……..” teriak Ryuu dengan wajahnya yang
lucu. Akupun hanya bisa terkikik kecil melihat Ryuu yang terlihat seperti anak
kecil itu.
“Semua ini berawal dari kematian Sakura.
Pelakunya menaruh hati pada Sakura sehingga ia ingin membalas dendam atas
kematian Sakura itu” kata-kata Ryuu itu sentak membuat kami menoleh ke arah
Daiki.
“Siapa itu Sakura?” tanya Yabu yang
terlihat saling pandang dengan Hikaru.
“Wah, semua mata mengarah pada Daiki. Aku
ikut-ikutan aja deh” kata Hikaru lucu yang langsung mendapatkan pukulan dari
Yabu.
“Tidak mungkin kak Daiki pelakunya. Aku
tahu sebesar apa sayangnya padaku” ucap Ryosuke yang langsung direspon dengan
anggukan kepala oleh Yuya dan Kei.
“Sudah pasti bukan aku pelakunya” elak
Daiki dengan bibir yang manyun.
“Iya, kami percaya pada kakak” respon
Ryosuke sambil tersenyum ke arah kakaknya itu.
“Memang bukan dia!” Ryuu menanggapi dengan
segera.
[Hikaru’s POV]
Semua wajah terlihat serius.
“Orang itu adalah……” semua tegang ketika
anak yang bernama Ryuu itu terlihat akan menyebutkan nama pelakunya.
“Nani?!” kata itu terlontar dari semua
mulut yang ada di meja makan ini ketika Ryuu menunjuk seseorang di antara kami.
Aku benar-benar syok melihat arah yang ditunjukkan oleh anak itu.
Jari telunjuk Ryuu menunjuk pada sahabat
karibku…..
Kei…….
To Be Continue………..
*******************************
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^