Monday 7 May 2012

Hey! Say! Jump Fanfiction - Crazy Competition Part 24


[Kota’s POV]
Aku membaringkan Yuya dan kedua adiknya di kamar Yuya. Dokter bilang, mereka mengalami depresi berat. Jika mereka tidak segera melupakan kepergian adik mereka itu, kemungkinan terburuk, mereka bisa menjadi gila.

“Ini pasti berat bagi kalian” kata gadis yang bernama Hermione itu sambil membelai rambut Yuya yang masih belum sadar.

“Berapa lama kalian saling mengenal?” tanyaku mencoba ngobrol dengan gadis itu.
“Aku sudah menyatakan rasa sukaku pada Yuya 3 tahun lalu, tapi kami baru resmi berpacaran belum ada 1 bulan ini” terangnya tanpa memandang ke arahku.

Selama 3 tahun sekelas dengan Yuya dulu, aku tak pernah menyadari kalau Yuya anak orang kaya. Yuya belum pernah sekalipun mengajakku ke rumahnya. Bahkan ia melarangku datang di hari pemakaman orangtuanya dulu. Aku jadi sedikit iri dengan gadis yang bernama Hermione ini.

“Wei, ada tamu” bisik Hikka yang tiba-tiba masuk ke kamar dengan nada suaranya yang menyeramkan dan sukses membuatku tersentak kaget.
“Siapa?” tanyaku pendek padanya.
“Tiga orang anak laki-laki. Sepertinya mereka seumuran kita” terang Hikka padaku.

“Dasar…… Kalian benar-benar tak becus…… Baru kutinggal sebentar saja kalian tak bisa menjaga adik kalian!!” kata seorang anak berbaju putih berambut hitam legam yang tiba-tiba masuk ke kamar ini dan terlihat marah-marah.

“Sasuke, Harry, Ryuu?!” Hermione segera bangkit dari tempatnya tadi duduk.

*****************

[Yuya’s POV]
Aku mendengar kicauan burung-burung yang melantun indah saling bersahutan. Sepertinya hari sudah pagi.
Kepalaku masih terasa teramat berat. Kulihat Kei dan Daiki terbaring di sampingku. Aku terduduk memandangi wajah kedua adikku itu. Ntah kenapa aku merasakan sakit yang teramat sangat di hatiku ini. Wajah Ryo-chan yang tengah tertidur lelap melintas di kepalaku yang membuatku tak kuasa menahan air mataku.

Aku masih tak percaya adikku itu tlah tiada. Kenapa semua terjadi begitu mendadak? Tidak seharusnya semua ini terjadi pada kami. Dan tidak seharusnya Ryosuke pergi mendahuluiku. Hatiku terasa tersayat-sayat mengingat pemakaman Ryosuke kemarin. Aku tak kan lagi bisa melihatnya tersenyum. Andai waktu bisa diputar kembali, aku rela menukarkan nyawaku dengannya.


Smile egao de ireru
Ano hi nagashita namida ga aru kara
Tooku ni kikoeteru yume ga
Boku wo yonderu


Aku mendengar lantunan lagu dari lantai bawah. Suara yang begitu lembut dan menentramkan hati ini. Aku mengenal suara itu. Akupun buru-buru bangun dari ranjangku dan berlari ke arah suara itu berasal. Mataku tak berkedip melihat sosok di samping jendela di bawah sinar mentari pagi yang begitu bersinar. Ia bernyanyi sambil menatap keluar jendela dengan sebuah gitar yang ia mainkan dengan begitu indahnya.

Me no mae no
Doa hirakou atarashii
Sekai ni ima ai ni yukou
Kimi to boku de
Yume wo tsukami torou

Kokoro nakiwarai onaji toki
Issho ni sugoshita kimi ga iru
Kibou no piece atsumareba
Hikari egao hora peace ni naru yo


Kei dan Daiki sudah berdiri di sampingku memandangi sosok yang sedang bernyanyi itu. Iapun menoleh pada kami bertiga sambil mengembangkan senyumnya yang begitu manis yang membuat kami sentak segera berlari ke arahnya.

Kami bertiga langsung memeluknya. Memeluknya dengan teramat erat sebelum ia menyelesaikan lagu itu.
“Sudah Ryo bilang, Ryo akan baik-baik saja” katanya setelah melihat air mata kami mengalir. Aku, Kei, dan Daiki menangis terisak-isak memeluk adik kami yang telah kami makamkan kemarin itu.

“Tu, jaga adik kalian baik-baik. Jangan sampai ia pergi lagi” kata Sasuke tiba-tiba yang ternyata sedang duduk di ruang keluarga bersama Kota, Hikaru, Harry, Ryuu, Hermione, dan Megumi.

“Maaf sudah membuat kalian bersedih lagi. Hahahaha, wajah kalian lacu” kata adik terkecilku itu dengan sedikit ngakak.


[Ryosuke’s POV]
“Plak plak plak” tiga pukulan mendarat telak di kepalaku. Aku ingin marah pada kakak-kakakku yang tiba-tiba memukulku itu. Tapi aku segera urungkan niatku saat kulihat mata mereka yang berkaca-kaca sedih. Akupun hanya bisa menundukkan kepala.

“Aku tak tahu kenapa kau bisa kembali hidup. Tapi aku tak mau tahu. Apapun alasannya, syukurlah kau kembali lagi, Ryo-chan!” kata kak Daiki yang kembali memelukku erat diikuti kak Kei dan kak Yuya.

“Ini semua berkat bantuan mereka” kataku ringan menunjuk ke arah Sasuke dan yang lain, sambil mendekap ketiga kakakku yang tengah memelukku ini.

“Ayo kita makan dulu. Kebetulan aku dan Megumi sudah memasak untuk kita semua” kata Hermione sambil menepuk punggung kak Yuya.

“Wah…… Ayo makan….. Ayo makan…...” responku cepat menanggapi ajakan gadis yang mungkin akan jadi iparku itu.
Tapi aku melihat ketiga kakakku masih menundukkan kepala mereka dengan wajah yang sedih tak beranjak dari tempat mereka memelukku tadi.
“Sudah… Jangan sedih lagi. Kalian itu tidak pantas menangis. Tu kan…. jadi hilang gantengnya” kataku sambil mengusap air mata kakak-kakakku. Akupun segera merangkul mereka dan mengarahkan kakak-kakakku ke ruang makan.


[Daiki’s POV]
Aku tak menduga bisa melihat senyum Ryo-chan lagi. Apalagi sekarang suasana rumah jadi semakin ramai.
Kami sarapan bersebelas hari ini.

“Wah, kita bisa membuat kesebelasan sepak bola nie” kata Ryo-chan tiba-tiba tuk memecahkan keheningan dan sikapnya itu sentak mendapat tatapan tajam dari semua mata yang saat itu ada di meja makan.

“Nani?! Kenapa kalian menatapku seperti itu?” responnya dengan kengerian yang meliputi wajahnya.
“Mereka itu baru saja merasakan kehilangan sosokmu. Sekarang lebih baik kau jangan buat ulah dulu. Hargai perasaan mereka” terang Ryuu masih dengan menyantap makanan di depannya dengan gaya makan seorang pangeran kerajaan.

“Kau benar-benar tak apa kan Ryo-chan?” tanya Kei lembut sambil memegang pundak Ryosuke.

“Mungkin sebaiknya aku menjelaskan pada kalian alasan Ryosuke masih hidup sehingga kalian bisa yakin kalau ia baik-baik saja” kata si nenek sihir memotong pembicaraan.

“Kami menggunakan arloji ini untuk memutar waktu. Ini pemberian dosenku. Semua ini berkat usul Ryuu yang aku sendiri bahkan tak memikirkannya” terangnya sambil menunjukkan arloji kecil yang dikalungkan di lehernya.
“Ryuu sengaja kembali dari Amerika setelah mendengar berita kematian Ryo-chan. Ia bilang, ia sudah tahu siapa dalang di balik semua ini tapi ia ingin menunggu kalian dulu untuk membuka identitas orang itu” kata Megumi menambahi cerita Hermione.

“Jadi siapa yang telah merencanakan ini semua?!” tanyaku dengan tak sabar ke arah anak yang masih menyantap makanannya itu.
“Awan hitam mulai tersingkap. Ia ada di antara kita saat ini” jawabnya ringan masih dengan melanjutkan makannya.

“SIAPA?!” bentakku bersamaan dengan suara Yuya dan Kei. Kini kamipun hanya bisa saling pandang hampir tak percaya jika dalang dari semua ini ternyata sedang di dekat kami saat ini.


[Megumi’s POV]
Kini semua mata sudah kembali tertuju pada Ryuu. Perasaanku teramat takut mendengar penjelasan apa yang akan Ryuu berikan menyikapi semua ini.

“Modus dari si pelaku adalah balas dendam” kata Ryuu memulai penjelasannya.
Kami bersepuluh tak merespon apapun karena kami masih ingin mendengar penjelasan Ryuu selanjutnya.

“Sssrruuttt……” “Supnya enak” kata Ryuu tiba-tiba yang membuat kami hampir saja memukulinya karena ia tak peka dengan kondisi saat ini.

“Cepat lanjutkan!!” kata anak yang bernama Hikaru itu sambil mencubit kedua pipi Ryuu.
“Iya……..” teriak Ryuu dengan wajahnya yang lucu. Akupun hanya bisa terkikik kecil melihat Ryuu yang terlihat seperti anak kecil itu.

“Semua ini berawal dari kematian Sakura. Pelakunya menaruh hati pada Sakura sehingga ia ingin membalas dendam atas kematian Sakura itu” kata-kata Ryuu itu sentak membuat kami menoleh ke arah Daiki.

“Siapa itu Sakura?” tanya Yabu yang terlihat saling pandang dengan Hikaru.
“Wah, semua mata mengarah pada Daiki. Aku ikut-ikutan aja deh” kata Hikaru lucu yang langsung mendapatkan pukulan dari Yabu.

“Tidak mungkin kak Daiki pelakunya. Aku tahu sebesar apa sayangnya padaku” ucap Ryosuke yang langsung direspon dengan anggukan kepala oleh Yuya dan Kei.
“Sudah pasti bukan aku pelakunya” elak Daiki dengan bibir yang manyun.
“Iya, kami percaya pada kakak” respon Ryosuke sambil tersenyum ke arah kakaknya itu.

“Memang bukan dia!” Ryuu menanggapi dengan segera.


[Hikaru’s POV]
Semua wajah terlihat serius.

“Orang itu adalah……” semua tegang ketika anak yang bernama Ryuu itu terlihat akan menyebutkan nama pelakunya.

“Nani?!” kata itu terlontar dari semua mulut yang ada di meja makan ini ketika Ryuu menunjuk seseorang di antara kami. Aku benar-benar syok melihat arah yang ditunjukkan oleh anak itu.
Jari telunjuk Ryuu menunjuk pada sahabat karibku…..
Kei…….



To Be Continue………..

*******************************

No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers