[Yuya’s POV]
Aku segera menyalakan lampu kamar Daiki.
Kini aku bisa melihat wajah anak laki-laki itu dengan jelas. Kulihatnya
wajahnya yang putih pucat. Ia meletakkan jemarinya di depan wajahnya. Auranya
benar-benar membuatku merinding. Kulihat kukunya yang begitu tajam bagaikan
pisau yang slalu di asah. Perasaanku jadi semakin tak enak.
“Siapa kau? Kenapa kau datang kesini? Kami
tak mengenalmu” kataku padanya masih dengan perasaan takut yang menyelimuti
diriku.
“Jjlleeebbb….” aku terkejut melihatnya
menusuk Daiki menggunakan jemarinya itu. Seketika itu juga aku benar-benar
syok. Mataku tak berkedip melihat pemandangan yang mengejutkan ini.
“Dai-chan?!” kataku lirih tak percaya
melihat pemandangan di depan mataku itu. Tubuhku serasa lemas dan aku serasa
tak kuat tuk menggerakkan tubuhku ini.
“Kakak?!” aku melihat Ryosuke berlari
melewatiku dan segera menuju anak yang berambut putih tadi. Kulihat anak yang
tak ku kenal itu segera keluar dari jendela dan menghilang di telan kegelapan
malam. Tapi aku masih syok….
“Dai-chan….. Tak mungkin…...” kataku masih
dengan wajah tak percaya. Tapi tiba-tiba Dai-chan berubah menjadi sebongkah
kayu.
“Tenanglah, kak. Kak Daiki di sana ” kata Ryosuke
menunjukkan keberadaan Daiki yang tengah digendong oleh Sasuke.
“Syukurlah aku tak terlambat menggunakan jurus
bayanganku” kata Sasuke sambil membaringkan kembali Daiki di ranjang.
[Ryosuke’s POV]
“Apa yang dilakukan pembunuh bayaran itu di
sini?” tanyaku berharap akan ada yang menjawabnya. Yang ku tahu, anak itu
adalah Killua.
“Killua Zaoldyeck. Ia akan membunuh siapapun
sesuai permintaan klien. Tapi aku tak tahu siapa yang telah menggunakan
jasanya” kata Sasuke mencoba menerangkan.
“Dai-chan, syukurlah. Aku kira tadi aku
akan kehilanganmu. Jika itu sampai terjadi, aku tak kan pernah bisa memaafkan diriku karena
membiarkan adik sendiri di bunuh di depan mataku” kata kak Yuya sambil menangis
di samping ranjang kak Daiki.
“Sasuke, terima kasih. Lagi-lagi kau tlah
menolong kami” kataku pada Sasuke sambil membungkukkan badanku ke arahnya.
“Sudahlah, tak apa. Lebih baik kalian juga
belajar beladiri atau sejenisnya yang bisa melindungi diri kalian. Aku pulang
dulu” pamitnya pada kami dan iapun langsung keluar lewat jendela kamar kak
Daiki.
“Bagaimana kondisi kak Daiki, kak?” tanyaku
pada kak Yuya.
“Sejak tadi ia belum bangun. Sudah pasti
badannya sakit semua” jawab kakak pertamaku itu padaku.
“Bentar kak, Ryo tahu bagaimana
membangunkan kak Daiki” kataku pada kak Yuya sambil kuberjalan keluar dari
kamar kak Daiki.
*****************
[Kei’s POV]
Anak yang bernama Kyuu itu sudah pulang
sekarang. Ternyata ia asyik juga.
“Tlong bantu Ryo masak, kak” suara Ryo-chan
tiba-tiba mengagetkanku.
“Sejak kapan kamu pulang?” tanyaku heran
dengan keberadaannya yang tiba-tiba.
“Jadi tadi kakak tak mengetahui ada
keributan di atas? Hm, dasar….” katanya padaku sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya.
Melihat sikapnya yang sedikit dingin,
sepertinya ini adalah Ryo-chan versi devil. Jadi aku tak boleh menyinggungnya.
“Masak malam-malam begini?!” tanyaku
padanya.
“Untuk kak Daiki” jawabnya pendek sambil
memotong-motong daging dan sayuran dengan begitu cepat.
Kulihat ia menyelesaikan masakannya hanya
dalam beberapa menit. Semangkuk sup yang terlihat begitu menggiurkan.
“Bagi dong Ryo-chan” rengekku.
“Ini untuk kak Daiki” katanya dengan
singkat dan iapun langsung naik ke lantai 2. Aku segera mengikutinya dari
belakang.
“Huaa…… Makanan……” teriak Daiki yang
tiba-tiba berlari ke arah Ryo-chan yang belum sempat masuk ke kamarnya. Kulihat
Dai-chan segera melahap sup itu cepat-cepat.
“Wuah….. Masih panas….. Tapi tak apalah”
tambahnya masih tetap menyantap sup itu sambil berdiri.
“Dasar Dai-chan. Hidungnya benar-benar
tajam kalau mencium aroma makanan” kata kak Yuya yang baru saja keluar dari
kamar Daiki.
*****************
[Yuya’s POV]
Hari kedua pertandingan final. Pagi ini
cuaca begitu cerah. Aku ingin masak untuk ketiga adikku dulu seperti biasanya.
Tapi ternyata sudah ada orang di dapur.
“Ryo-chan?!” sapaku pada adikku itu.
“Sarapan sudah hampir siap, kak. Tunggu
sebentar ya” katanya padaku sambil mengembangkan senyum polosnya.
“Kakak bangunkan ja kak Kei dan kak Daiki
dulu” tambahnya.
Akupun segera menuruti kata adikku itu.
“Kei, Daiki, sarapan sudah siap” teriakku.
“Wuah……. aku mencium aroma yang sama
seperti sup tadi malam” kata Daiki yang tengah berlari cepat menuju meja makan.
“Cepat juga sembuhmu” kataku sambil nyengir
ke arah adikku yang baru saja bangun tanpa mencuci mukanya dulu itu.
“Asal ada makanan enak, aku pasti akan
baik-baik saja” jawabnya cepat sambil menyiapkan mangkuk di depannya dan juga
sendok garpu yang sudah siap di kedua tangannya.
“Hari ini Ryo yang masak ya? Wah, pasti
enak ni” kata Kei yang baru saja duduk di kursinya.
Sepertinya mereka memang lebih menyukai
masakan Ryo-chan daripada masakanku. Hiks…..
*****************
[Daiki’s POV]
Kami sudah sampai di tempat kejuaraan.
Ternyata kemarin aku memang kalah. Sedih juga rasanya sudah dihajar
habis-habisan masih juga belum bisa memberikan yang terbaik.
“Kali ini siapa yang akan maju?” kak Yuya
menawarkan pada kami.
“Karena kemarin Sasuke sudah maju, berarti
ia tak boleh ikut bertanding hari ini. Jadi aku yang akan maju” kata Kei dengan
mantap menerima tawaran Yuya itu.
“Dasar kau… Memanfaatkan situasi saja”
responku langsung pada Kei.
“Yang penting kali ini kita bisa menang.
Karena aku yang maju, sudah pasti kita akan menang” jawabnya dengan nada
sombong.
Dasar Kei. Sepertinya moodnya hari ini
sedang benar-benar bagus.
[Kei’s POV]
Asal tak melawan Sasuke, siapapun akan
kuhadapi.
“Kei, semoga berhasil” suara Kyuu terdengar
dari sampingku. Kulihat senyum bodohnya kembali menghiasi wajahnya yang bulat
itu.
“Kyuu, jangan tinggalkan aku seperti ini”
teriak Megumi sambil berlari ke arah kami.
“Ryuu dimana?” tanya Ryo-chan pada pacarnya
itu.
“Ia kembali ke Amerika tuk memperdalam ilmu
dan kemampuannya. Sepertinya ia akan lama di sana ” terang Megumi pada adikku itu.
Aku mendengar juri sudah memanggil kami.
Akupun segera naik ke arena tuk menghadapi pertarungan ini. Kira-kira siapa ya
yang akan jadi lawanku?!
“Semoga berhasil, kak” kata Ryo padaku
sambil tersenyum. Akupun segera membalas senyumnya itu.
*****************
Kei vs Naruto
[Ryosuke’s POV]
Aku terkejut melihat lawan yang akan
dihadapi kak Kei. Aku mengenal anak itu.
“Tampangnya terlihat bodoh, aku pasti bisa
mengatasinya” kata kak Kei dengan mantap setelah lawannya naik ke atas arena.
“Dia itu tidak lebih lemah dari Sasuke,
kak” teriakku mencoba tuk memperingatkan kak Kei.
“Nani?!” respon kak Kei sambil menatapku
dengan wajah yang tak percaya.
“Kau tau banyak, ya?!” kata Sasuke yang
tiba-tiba sudah berdiri di sampingku.
“Naruto Uzumaki yang memiliki kyuubi dalam
dirinya. Universitas ninja memang penuh dengan orang-orang hebat” kataku pada
Sasuke tanpa melihat ke arahnya.
“Jika memang ingin menghadapi kami, kalian
harus lebih dari sekedar manusia biasa” respon Sasuke padaku.
Aku melihat pertarungan dimulai. Gara-gara
peringatanku tadi, sepertinya kak Kei terlihat begitu ketakutan. Semangat yang
ia perlihatkan sebelum pertandingan tadi ntah hilang kemana.
[Sasuke’s POV]
Naruto terlihat tak seperti biasanya.
Lagipula, pikiranku masih dibayangi oleh dirinya yang kemarin ingin
mencelakaiku. Tapi sepertinya bukan itu tujuan utamanya. Jika memang ia ingin
mencelakaiku, harusnya ia tahu kalau suriken seperti itu tak kan terlalu berdampak besar bagiku andaipun
berhasil mengenaiku. Dan juga, rasanya tak ada untungnya buat dia jika ia
mencelakaiku.
“Wua… Sasuke Uchiha…. Minta tanda tangan”
kata seorang anak kecil yang tiba-tiba berdiri di depanku.
“Bagaimana kau bisa masuk ke area ini? Kau
terpisah dari ibumu?” tanyaku padanya.
“Dia mahasiswa dari universitas detective”
sambung Ryosuke padaku.
“Kyuu desu. 19 tahun kurang 1 bulan. Bukan
anak kecil” terang anak yang aku kira penonton itu dengan wajah melasnya.
[Daiki’s POV]
Aku serius menyaksikan Kei bertarung
menghadapi anak yang serba orange itu. Daritadi kulihat Kei hanya mencoba
menghindar. Tapi harus kuakui kalau Kei memang lebih gesit dariku dalam urusan
lari dari masalah alias menghindari serangan.
“Kakakmu hebat juga ya” kata Sasuke yang
tengah bicara pada Ryo-chan.
“Kageboshi no Jutsu” aku mendengar si
orange itu meneriakkan sebuah kata. Sepertinya sebuah mantra tuk mengeluarkan
jurus.
“Wuaa….. Ia membelah dirinya menjadi
ratusan. Seperti amoeba…...” kataku dengan sedikit keras menyaksikan lawan Kei
berubah menjadi begitu banyak.
“Matilah aku” aku mendengar Kei mengatakan
itu dengan wajah yang teramat syok.
“Kyaa…….” teriak kakak keduaku itu dengan
begitu keras sambil berlari keluar dari arena dengan gaya lari seorang anak gadis yang hendak
diperkosa seperti di film-film horor yang sering aku tonton dengannya.
“Aku menyerah……” kata saudaraku itu sambil
bersembunyi di balik punggung Yuya.
“Benar-benar mengecewakan bertarung melawan
orang-orang lemah seperti kalian di final ini. Kalian tidak pantas di sini”
kata si rambut orange itu ke arah kami dan iapun segera membalikkan badannya
dan kembali ke habitatnya.
[Yuya’s POV]
2 kali kami kalah. Tapi memang benar kata
anak itu. Tahun ini sepertinya banyak mahasiswa-mahasiswa hebat yang masuk ke
universitas ninja. Sepertinya kami saat ini memang belum pantas tuk melawan
mereka. Biarpun kulihat-lihat, tahun ini mereka hanya mewakilkan mahasiswa
tingkat 1.
“Sebaiknya kalian segera mulai belajar
kilat tuk bisa lebih mengimbangi kami dalam pertarungan” kata Sasuke pada kami.
“Aku lebih suka menang dari orang kuat
daripada menang melawan orang-orang lemah seperti kalian” tambahnya.
Kami berempat hanya diam. Kami menyadari
memang kami bukanlah orang yang bisa disetarakan dengan mereka dalam hal
bertarung. Mungkin memang suatu kebetulan kami bisa masuk final.
“Kak, kenapa semua pada bergoyang?” tanya
Ryo-chan tiba-tiba.
“Bergoyang?!” tanyaku heran karena ku tak
paham maksud adikku itu.
Tiba-tiba kulihat adikku itu langsung terjatuh
dan terduduk di tanah dengan tatapan matanya yang kosong. Seketika itu juga
aku, Kei, dan Daiki langsung panik karena kami teramat takut jika kejadian
beberapa hari yang lalu sampai terulang lagi. Kejadian yang membuat kami harus
menguras air mata kami waktu itu…….
To Be Continue………..
*******************************
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^