Monday, 24 June 2013

[Fanfic] SILENCE Chap. 07 : Say Goodbye

Title : Silence
Cast : All Hey! Say! JUMP members and others

Chapter sebelumnya :

Satu kejadian lagi…
Membuat Aina semakin tak menyukai Ryosuke.
Seenaknya saja pemuda itu mengaku sebagai mantan pacarnya dan memeluknya tanpa ijin. Apalagi saat melihat senyuman yang terealisasi dari wajah tampan seorang Ryosuke, gadis itu malah semakin bertambah kesal.

Semakin banyak insiden terjadi…
Akankah keduanya akan kembali mengingat jati diri mereka di waktu mereka masih kecil itu?!


*********************************
Chapter 07 = Say Goodbye

*********************************

Malam itu Ryosuke mengajak Natsumi untuk makan malam di rumahnya – mengingat ia telah meninggalkan gadis berparas cantik ini ketika keduanya berjanji makan siang bersama kala itu, bertepatan dengan insiden penyiraman mie oleh si gadis bisu.

Natsumi sudah begitu dekat dengan kedua orang tua Ryosuke, bahkan masing-masing dari keluarga mereka sudah tidak sabar untuk menikahkan keduanya.

Ada sedikit kecanggungan kala itu…
Ketika Yuya merasa begitu tidak nyaman dengan tingkah isterinya yang entah kenapa selalu terlihat salah di hadapannya.

Ryosuke menyadari itu…
Memang selalu seperti itu…

Sikap ayahnya tak pernah berubah – tak pernah sedikitpun menunjukkan rasa sayang pada ibunya.

Natsumipun kembali mencoba mencairkan suasana. Kembali mengajak calon ayah mertuanya itu untuk mengobrol.

Senyumpun kembali terealisasi. Hanya Natsumi satu-satunya gadis yang mampu sedekat itu dengan Yuya Yamada – pebisnis yang terkenal tak memiliki hati bahkan pada keluarganya sendiri. Selalu bertindak atas apa yang ia mau, tak mau mempedulikan komentar dari siapapun.

Ya, seperti itulah kepala keluarga Yamada – Yamada Yuya.

Hanya mampu bersikap manis pada Natsumi.

Dari awal memang Yuya mendukung hubungan Ryosuke dengan gadis itu.

Sementara Ryosuke…
Pemuda itupun hanya mampu menggerakkan sumpitnya, meraih sebuah daging dan meletakkannya di mangkuk sang ibu.
Merasa begitu kasihan pada ibunya yang entah sudah berapa ribu kali dilihatnya sedih dan murung karena ulah si ayah.

Makan malam bersama itupun akhirnya selesai.

==============
==============

Ryosuke menghubungi taksi untuk mengantarkan gadis itu pulang, sementara di waktu yang sama, Natsumi berpamitan pada tuan dan nyonya Yamada.

“Tolong kirimkan taksi…”
Ryosuke mulai bersuara menanggapi jawaban telepon yang diterimanya.

“0935615446”



“0935615446”
Angka itu kembali diulanginya untuk kedua kali karena pihak pelayanan taksi di ujung telepon satunya merasa sedikit kesusahan saat mencatat nomer yang barusan diucapkan Ryosuke – nomer yang tak lain adalah nomer handphonenya.

Natsumi yang berdiri tak jauh dari Ryosuke menelponpun merasa sedikit aneh mendengar nomer yang dipakai oleh pemuda itu.

“Saya benar-benar tak mengerti kenapa Ryosuke menggunakan nomer handphone yang begitu sulit untuk diingat itu,” gadis itupun akhirnya merealisasikan pertanyaannya itu pada nyonya Yamada.

“Itu adalah nomer telpon rumah kami yang lama. Saat kami pindah, ia bilang, ia ingin menggunakan nomer itu karena seorang teman lama…” itulah jawaban yang didapat Natsumi – jawaban yang membuatnya mengerti kenapa Ryosuke tak pernah mengganti nomer itu bahkan sejak pertama ia mengenalnya semasa keduanya masih kuliah di Oxford.

==============
==============

Siang itu hari begitu cerah…
Nampak Ryosuke tengah berduaan dengan Natsumi – menikmati makan siang mereka.

Yah, mengingat kesibukan Ryosuke, memang teramat sulit bagi keduanya untuk pergi keluar berdua walaupun hanya sekedar untuk makan siang.
Tapi tidak untuk saat ini…

“Minggu depan aku akan ke Fukuoka untuk mengurus pembangunan anak perusahaan baru di sana,” Ryosuke memulai obrolan diiringi secangkir kopi yang tengah diseruputnya.

Nampak Natsumi segera memasang wajah cemberutnya. Tak habis pikir kenapa pacarnya yang satu ini selalu saja memiliki kesibukan yang harus membuat keduanya semakin jauh.

Ryosuke tersenyum kecil…
Ia menyadari apa yang tengah dipikirkan oleh gadis yang disukainya itu.

“Tapi sebelum itu, aku ingin memberimu sesuatu,” pemuda itupun segera meraih kotak kecil dari saku celananya – kotak imut berbalutkan kertas penuh gambar hati – cinta.

“Nona Natsumi, maukah kau menikah denganku?!”

Aauuww…

Gadis itu terperangah…

Benar-benar kejutan yang begitu tiba-tiba…

“Kau melamarku?” Natsumi masih belum percaya, mendengar kata-kata lamaran yang akhirnya mampu Ryosuke realisasikan di hadapannya.

Dan pada akhirnya, dengan lengkungan senyum yang menghiasi wajah keduanya, Ryosukepun membuka kotak kecil di tangannya – mengeluarkan sebuah cincin dari kotak itu, dan memakaikannya di jari manis Natsumi.

Namun,
Gerakan itu sempat terhenti…

Si pemuda kembali teringat pada gadis kecil dari kehidupannya 13 tahun lalu. Gadis yang sampai saat ini masih ia tunggu jawaban atas pernyataan yang ia uangkapkan sebelum keduanya berpisah.
Ironis…

Sayang…
Memandang Natsumi yang masih memajang senyum bahagianya, Ryosukepun akhirnya kembali menggerakan tangannya – memasang dengan sempurna cincin itu di jemari gadis di hadapannya ini.

Ryosuke kembali bersuara, “Ini sebagai bukti bahwa aku akan kembali lagi padamu setelah menyelesaikan pekerjaan di Fukuoka nanti,” senyum tipispun terealisasi.

“Hm… Fukuoka… Jadi nanti kau bisa bertemu lagi dengan Yuto, kan?!” Natsumi berkomentar, dan Ryosukepun hanya membalas dengan senyum indahnya.

“Yah, aku sudah tak melihatnya sejak kelulusan kita. Ia sudah menjadi dokter terkenal sekarang,” Ryosuke tersenyum mengingat masa-masa kuliah S2nya dulu dengan Yuto.

==============
==============

Sementara di tempat yang lain…
Di tempat penuh kenangan…

“Apakah ia masih mengingatku dan mengingat janji kami?!”

“Apakah ia akan benar-benar kembali sesuai janji yang telah kami buat dulu?!”

Aina terlihat memandangi lubang di dinding itu yang kini tertutup oleh batu – batu yang ia taruh bersama dengan Yamada Ryosuke – Martian yang entah berada di mana sekarang.

Gadis itu ingin menyampaikan perpisahan sejenak pada tempat rahasianya itu sekaligus ingin mengenang kembali anak laki-laki berbalutkan gibs di kakinya yang sampai saat ini entah kenapa masih selalu terngiang di kepalanya.

“Kaa-san, ini bukan perasaan cinta, kan?”

Ia menyempatkan diri kembali ke Osaka hanya demi tempat itu.

Gadis itu harus meninggalkan Tokyo untuk pengobatannya – pengobatan untuk dapat kembali mengembalikan suaranya yang telah hilang selama 13 tahun.

Arioka Kei mendapatkan pesangon yang lumayan untuk mengusahakan pengobatan yang lebih baik bagi gadis yang begitu disayanginya itu – biarpun sebelumnya pria paruh baya ini mengalami kesulitan untuk membujuk Aina yang bersikeras tidak ingin menggunakan uang pesangon itu demi dirinya sendiri karena uang itu adalah hak Kei sepenuhnya.

==============

Kembali pada Aina yang kini berada di Osaka…

Entak takdir atau apalah namanya…

Pemuda itu juga ada di sana sekarang.

Yamada Ryosuke…

Ia berkunjung ke Osaka untuk setidaknya mampir sebelum melanjutkan perjalanannya ke Fukuoka demi melakukan tinjauan awal atas tempat yang nantinya akan ia dirikan bangunan anak perusahaannya.

“dr. Okamoto?!”
Ryosuke menyapa dokter paruh baya itu…

“Kau Yamada Ryosuke, kan?” ternyata orang yang disapanya itu masih ingat padanya.

“Wah, kau terlihat semakin keren saja sekarang… Aku hampir saja tak mengenalimu andai gadis itu tak mampir ke sini beberapa saat lalu,” cerita Okamoto Keito yang beberapa saat lalu sempat bertemu dengan Matsumoto Ainami yang entah ada angin apa mampir ke rumah sakit kecil itu.

“Gadis itu?!” Ryosuke bertanya tak mengerti…

Keito Okamotopun tersenyum, “Iya, gadis yang begitu dekat denganmu saat kau dirawat di rumah sakit ini dulu. Ia baru saja menyapaku beberapa menit lalu.”

Ddeegghh…

Tanpa pamit, tanpa komentar…
Ryosuke langsung berlari begitu saja…

Berlari ke luar rumah sakit itu dan menuju tempat rahasia di bawah gereja tua – tempat yang menjadi rahasia antara dirinya dengan si gadis – sahabat yang begitu berarti baginya semasa keduanya dirawat di rumah sakit ini.

Ia terus berlari…
Berharap gadis itu akan berada di tempat itu.

Dan akhirnya, sampailah ia di sana…

Ia terengah-engah…

Dipandangnya ruangan kecil itu…
Tak ada siapapun di sana.

Pemuda itu yakin…
Gadis itu belum jauh dan masih ada di sekitar tempat itu.

Iapun kembali berlari dan mencari.

Tak pernah tahu, gadis yang begitu ia ingin temukan ini baru saja berpapasan dengannya namun ia tak menyadari keberadaan gadis itu yang juga baru saja berjalan melewatinya.

Ia melihat seorang gadis yang baru saja memasuki mobil.

“Mungkin saja itu adalah dia…,” itulah yang ada di pikiran Ryosuke yang juga segera berlari ke arah mobilnya sendiri dan langsung memacu mobil itu cepat demi mengejar mobil yang baru saja dikemudikan oleh gadis yang baru saja di lihatnya.

Sayang…
Karena begitu berkosentrasi pada mobil di hadapannya itu, ia tak melihat mobil lain yang melaju dari arah yang berlainan.

Tabrakan klasik hampir saja terjadi…
Ryosuke membanting setirnya dengan kuat – begitu terkejut menghindari mobil yang hampir saja menubruknya.

Mobil itupun menyelip dan berhenti tepat di ujung pinggir jalan. Sedikit keberuntungan bagi pemuda itu, mobilnya tak terperosok jatuh mengingat tak ada pembatas jalan di jalanan itu.
Dan akhirnya…
Mobil itupun mogok tak lagi mau berjalan mengikuti kemauan si empunya mobil.

Tapi…
Bagaimana bisa ia menyerah…

13 tahun ia terus teringat akan gadis itu…
Dan kini…
Ada kesempatan baginya untuk kembali bersua dengannya.

Pemuda itupun akhirnya melepaskan jas dan dasinya dan memutuskan untuk segera berlari mengejar mobil tadi sekuat tenaga. Namun sayang…
Tentu saja ia tak akan mampu mengejar laju kendaraan roda empat itu dengan kedua kakinya.

Iapun tertunduk di jalanan itu.
Terengah-engah luar biasa saking lelahnya mengejar…

Keringatpun mengalir deras…

==============

“Pim… pim…”

Klakson mobil terdengar…

Sebuah mobil baru saja melewati pemuda itu – mobil yang entah kenapa kembali berjalan mundur setelah sempat melewatinya tadi.

Mobil yang tak lain dikendarai oleh seorang gadis bisu – mobil yang juga digunakan untuk berjualan mie.

Gadis itu memandangi Ryosuke beberapa saat. Dan pemuda yang dipandangpun membalas dengan pandangan yang sama.

“Butuh tumpangan?!” sebuah isyarat gerakan tanganpun terlihat dari sosok gadis bisu itu. Tak lupa diiringi dengan senyum mengejeknya – mengingat keduanya sempat beberapa kali terlibat insiden yang tak mengenakan yang membuat keduanya kini bermusuhan.

Dan apakah yang akan terjadi dengan keduanya selanjutnya?!


==============
Chap. 07 = Owari
==============


Next : Chapter 08

1 comment:

  1. Columbia Titanium Pants - Titsanium Art
    Color: Black. Type: Cotton. Color: Cotton. ion titanium hair color Type: ridge wallet titanium Titsanium. Color: Titsanium. Color: Cotton. Color: titanium hair straightener Titsanium. used ford fusion titanium Color: Titsanium. Color: 2018 ford ecosport titanium Titsanium.

    ReplyDelete

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers