Cast : All Hey! Say! JUMP members and others
Chapter sebelumnya :
Satu kejadian lagi…
Membuat Aina semakin tak menyukai Ryosuke.
Seenaknya saja pemuda itu mengaku sebagai mantan
pacarnya dan memeluknya tanpa ijin. Apalagi saat melihat senyuman yang
terealisasi dari wajah tampan seorang Ryosuke, gadis itu malah semakin
bertambah kesal.
Semakin banyak insiden terjadi…
Akankah keduanya akan kembali mengingat jati diri
mereka di waktu mereka masih kecil itu?!
*********************************
Chapter 07 = Say Goodbye
*********************************
Malam itu Ryosuke mengajak Natsumi untuk makan
malam di rumahnya – mengingat ia telah meninggalkan gadis berparas cantik ini
ketika keduanya berjanji makan siang bersama kala itu, bertepatan dengan
insiden penyiraman mie oleh si gadis bisu.
Natsumi sudah begitu dekat dengan kedua orang tua
Ryosuke, bahkan masing-masing dari keluarga mereka sudah tidak sabar untuk
menikahkan keduanya.
Ada sedikit kecanggungan kala itu…
Ketika Yuya merasa begitu tidak nyaman dengan
tingkah isterinya yang entah kenapa selalu terlihat salah di hadapannya.
Ryosuke menyadari itu…
Memang selalu seperti itu…
Sikap ayahnya tak pernah berubah – tak pernah
sedikitpun menunjukkan rasa sayang pada ibunya.
Natsumipun kembali mencoba mencairkan suasana.
Kembali mengajak calon ayah mertuanya itu untuk mengobrol.
Senyumpun kembali terealisasi. Hanya Natsumi
satu-satunya gadis yang mampu sedekat itu dengan Yuya Yamada – pebisnis yang
terkenal tak memiliki hati bahkan pada keluarganya sendiri. Selalu bertindak
atas apa yang ia mau, tak mau mempedulikan komentar dari siapapun.
Ya, seperti itulah kepala keluarga Yamada – Yamada
Yuya.
Hanya mampu bersikap manis pada Natsumi.
Dari awal memang Yuya mendukung hubungan Ryosuke
dengan gadis itu.
Sementara Ryosuke…
Pemuda itupun hanya mampu menggerakkan sumpitnya,
meraih sebuah daging dan meletakkannya di mangkuk sang ibu.
Merasa begitu kasihan pada ibunya yang entah sudah
berapa ribu kali dilihatnya sedih dan murung karena ulah si ayah.
Makan malam bersama itupun akhirnya selesai.
==============
==============
Ryosuke menghubungi taksi untuk mengantarkan gadis
itu pulang, sementara di waktu yang sama, Natsumi berpamitan pada tuan dan
nyonya Yamada.
“Tolong kirimkan taksi…”
Ryosuke mulai bersuara menanggapi jawaban telepon
yang diterimanya.
“0935615446”
…
…
“0935615446”
Angka itu kembali diulanginya untuk kedua kali
karena pihak pelayanan taksi di ujung telepon satunya merasa sedikit kesusahan
saat mencatat nomer yang barusan diucapkan Ryosuke – nomer yang tak lain adalah
nomer handphonenya.
Natsumi yang berdiri tak jauh dari Ryosuke
menelponpun merasa sedikit aneh mendengar nomer yang dipakai oleh pemuda itu.
“Saya benar-benar tak mengerti kenapa Ryosuke
menggunakan nomer handphone yang begitu sulit untuk diingat itu,” gadis itupun
akhirnya merealisasikan pertanyaannya itu pada nyonya Yamada.
“Itu adalah nomer telpon rumah kami yang lama. Saat
kami pindah, ia bilang, ia ingin menggunakan nomer itu karena seorang teman
lama…” itulah jawaban yang didapat Natsumi – jawaban yang membuatnya mengerti
kenapa Ryosuke tak pernah mengganti nomer itu bahkan sejak pertama ia
mengenalnya semasa keduanya masih kuliah di Oxford.
==============
==============
Siang itu hari begitu cerah…
Nampak Ryosuke tengah berduaan dengan Natsumi –
menikmati makan siang mereka.
Yah, mengingat kesibukan Ryosuke, memang teramat
sulit bagi keduanya untuk pergi keluar berdua walaupun hanya sekedar untuk
makan siang.
Tapi tidak untuk saat ini…
“Minggu depan aku akan ke Fukuoka untuk mengurus
pembangunan anak perusahaan baru di sana,” Ryosuke memulai obrolan diiringi
secangkir kopi yang tengah diseruputnya.
Nampak Natsumi segera memasang wajah cemberutnya.
Tak habis pikir kenapa pacarnya yang satu ini selalu saja memiliki kesibukan
yang harus membuat keduanya semakin jauh.
Ryosuke tersenyum kecil…
Ia menyadari apa yang tengah dipikirkan oleh gadis
yang disukainya itu.
“Tapi sebelum itu, aku ingin memberimu sesuatu,”
pemuda itupun segera meraih kotak kecil dari saku celananya – kotak imut
berbalutkan kertas penuh gambar hati – cinta.
“Nona Natsumi, maukah kau menikah denganku?!”
Aauuww…
Gadis itu terperangah…
Benar-benar kejutan yang begitu tiba-tiba…
“Kau melamarku?” Natsumi masih belum percaya,
mendengar kata-kata lamaran yang akhirnya mampu Ryosuke realisasikan di
hadapannya.
Dan pada akhirnya, dengan lengkungan senyum yang
menghiasi wajah keduanya, Ryosukepun membuka kotak kecil di tangannya –
mengeluarkan sebuah cincin dari kotak itu, dan memakaikannya di jari manis Natsumi.
Namun,
Gerakan itu sempat terhenti…
Si pemuda kembali teringat pada gadis kecil dari
kehidupannya 13 tahun lalu. Gadis yang sampai saat ini masih ia tunggu jawaban
atas pernyataan yang ia uangkapkan sebelum keduanya berpisah.
Ironis…
Sayang…
Memandang Natsumi yang masih memajang senyum
bahagianya, Ryosukepun akhirnya kembali menggerakan tangannya – memasang dengan
sempurna cincin itu di jemari gadis di hadapannya ini.
Ryosuke kembali bersuara, “Ini sebagai bukti bahwa
aku akan kembali lagi padamu setelah menyelesaikan pekerjaan di Fukuoka nanti,”
senyum tipispun terealisasi.
“Hm… Fukuoka… Jadi nanti kau bisa bertemu lagi
dengan Yuto, kan?!” Natsumi berkomentar, dan Ryosukepun hanya membalas dengan
senyum indahnya.
“Yah, aku sudah tak melihatnya sejak kelulusan
kita. Ia sudah menjadi dokter terkenal sekarang,” Ryosuke tersenyum mengingat
masa-masa kuliah S2nya dulu dengan Yuto.
==============
==============
Sementara di tempat yang lain…
Di tempat penuh kenangan…
“Apakah ia masih mengingatku dan mengingat janji
kami?!”
“Apakah ia akan benar-benar kembali sesuai janji
yang telah kami buat dulu?!”
Aina terlihat memandangi lubang di dinding itu
yang kini tertutup oleh batu – batu yang ia taruh bersama dengan Yamada Ryosuke
– Martian yang entah berada di mana sekarang.
Gadis itu ingin menyampaikan perpisahan sejenak
pada tempat rahasianya itu sekaligus ingin mengenang kembali anak laki-laki
berbalutkan gibs di kakinya yang sampai saat ini entah kenapa masih selalu
terngiang di kepalanya.
“Kaa-san, ini bukan perasaan cinta, kan?”
Ia menyempatkan diri kembali ke Osaka hanya demi
tempat itu.
Gadis itu harus meninggalkan Tokyo untuk
pengobatannya – pengobatan untuk dapat kembali mengembalikan suaranya yang
telah hilang selama 13 tahun.
Arioka Kei mendapatkan pesangon yang lumayan untuk
mengusahakan pengobatan yang lebih baik bagi gadis yang begitu disayanginya itu
– biarpun sebelumnya pria paruh baya ini mengalami kesulitan untuk membujuk
Aina yang bersikeras tidak ingin menggunakan uang pesangon itu demi dirinya
sendiri karena uang itu adalah hak Kei sepenuhnya.
==============
Kembali pada Aina yang kini berada di Osaka…
Entak takdir atau apalah namanya…
Pemuda itu juga ada di sana sekarang.
Yamada Ryosuke…
Ia berkunjung ke Osaka untuk setidaknya mampir
sebelum melanjutkan perjalanannya ke Fukuoka demi melakukan tinjauan awal atas
tempat yang nantinya akan ia dirikan bangunan anak perusahaannya.
“dr. Okamoto?!”
Ryosuke menyapa dokter paruh baya itu…
“Kau Yamada Ryosuke, kan?” ternyata orang yang
disapanya itu masih ingat padanya.
“Wah, kau terlihat semakin keren saja sekarang…
Aku hampir saja tak mengenalimu andai gadis itu tak mampir ke sini beberapa
saat lalu,” cerita Okamoto Keito yang beberapa saat lalu sempat bertemu dengan
Matsumoto Ainami yang entah ada angin apa mampir ke rumah sakit kecil itu.
“Gadis itu?!” Ryosuke bertanya tak mengerti…
Keito Okamotopun tersenyum, “Iya, gadis yang
begitu dekat denganmu saat kau dirawat di rumah sakit ini dulu. Ia baru saja
menyapaku beberapa menit lalu.”
Ddeegghh…
Tanpa pamit, tanpa komentar…
Ryosuke langsung berlari begitu saja…
Berlari ke luar rumah sakit itu dan menuju tempat
rahasia di bawah gereja tua – tempat yang menjadi rahasia antara dirinya dengan
si gadis – sahabat yang begitu berarti baginya semasa keduanya dirawat di rumah
sakit ini.
Ia terus berlari…
Berharap gadis itu akan berada di tempat itu.
Dan akhirnya, sampailah ia di sana…
Ia terengah-engah…
Dipandangnya ruangan kecil itu…
Tak ada siapapun di sana.
Pemuda itu yakin…
Gadis itu belum jauh dan masih ada di sekitar
tempat itu.
Iapun kembali berlari dan mencari.
Tak pernah tahu, gadis yang begitu ia ingin
temukan ini baru saja berpapasan dengannya namun ia tak menyadari keberadaan
gadis itu yang juga baru saja berjalan melewatinya.
Ia melihat seorang gadis yang baru saja memasuki
mobil.
“Mungkin saja itu adalah dia…,” itulah yang ada di
pikiran Ryosuke yang juga segera berlari ke arah mobilnya sendiri dan langsung
memacu mobil itu cepat demi mengejar mobil yang baru saja dikemudikan oleh
gadis yang baru saja di lihatnya.
Sayang…
Karena begitu berkosentrasi pada mobil di
hadapannya itu, ia tak melihat mobil lain yang melaju dari arah yang berlainan.
Tabrakan klasik hampir saja terjadi…
Ryosuke membanting setirnya dengan kuat – begitu
terkejut menghindari mobil yang hampir saja menubruknya.
Mobil itupun menyelip dan berhenti tepat di ujung
pinggir jalan. Sedikit keberuntungan bagi pemuda itu, mobilnya tak terperosok
jatuh mengingat tak ada pembatas jalan di jalanan itu.
Dan akhirnya…
Mobil itupun mogok tak lagi mau berjalan mengikuti
kemauan si empunya mobil.
Tapi…
Bagaimana bisa ia menyerah…
13 tahun ia terus teringat akan gadis itu…
Dan kini…
Ada kesempatan baginya untuk kembali bersua
dengannya.
Pemuda itupun akhirnya melepaskan jas dan dasinya
dan memutuskan untuk segera berlari mengejar mobil tadi sekuat tenaga. Namun
sayang…
Tentu saja ia tak akan mampu mengejar laju
kendaraan roda empat itu dengan kedua kakinya.
Iapun tertunduk di jalanan itu.
Terengah-engah luar biasa saking lelahnya
mengejar…
Keringatpun mengalir deras…
==============
“Pim… pim…”
Klakson mobil terdengar…
Sebuah mobil baru saja melewati pemuda itu – mobil
yang entah kenapa kembali berjalan mundur setelah sempat melewatinya tadi.
Mobil yang tak lain dikendarai oleh seorang gadis
bisu – mobil yang juga digunakan untuk berjualan mie.
Gadis itu memandangi Ryosuke beberapa saat. Dan
pemuda yang dipandangpun membalas dengan pandangan yang sama.
“Butuh tumpangan?!” sebuah isyarat gerakan
tanganpun terlihat dari sosok gadis bisu itu. Tak lupa diiringi dengan senyum
mengejeknya – mengingat keduanya sempat beberapa kali terlibat insiden yang tak
mengenakan yang membuat keduanya kini bermusuhan.
Dan apakah yang akan terjadi dengan keduanya
selanjutnya?!
==============
Chap. 07 = Owari
==============
Next : Chapter 08
Columbia Titanium Pants - Titsanium Art
ReplyDeleteColor: Black. Type: Cotton. Color: Cotton. ion titanium hair color Type: ridge wallet titanium Titsanium. Color: Titsanium. Color: Cotton. Color: titanium hair straightener Titsanium. used ford fusion titanium Color: Titsanium. Color: 2018 ford ecosport titanium Titsanium.