DEATH PHONE CALL
PART 1
Cast : All of membe Jump
Rating : NC – 13
Words : 1.398
================
“Kei... Kei... Kau di mana?” pemuda itu
terlihat panik menyusuri setiap ruang di rumah yang beberapa hari ini teramat
sepi tak seperti biasa.
Kakinya masih terus melangkah dengan
tergesa-gesa. Kedua bola matanya secara beriringan bergerak cepat menyisir
setiap sudut yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan kepunyaannya.
“Kei...,”
Sekali lagi ia memanggil tapi tetap tak ada
jawaban dari si empunya nama.
Pemuda itu mulai frustasi. Ia menangis.
“Kei... Kau di mana?” suara lirih hampir tak
terdengar, keluar dari bibir pemuda yang mulai menyerah atas tindakannya
barusan.
Disela keputusasaannya, ia menangkap genangan
cairan anyir berwarna merah pekat mengalir perlahan dari arah pintu kamar
mandi. Buru-buru ia segera berlari ke tempat yang tak jauh dari keberadaannya
itu.
Pikirannya berkecambuk. Ketakutan luar biasa
menelusup tiba-tiba menggetarkan dadanya dengan begitu kuat. Ia takut...
berharap apa yang akan dilihatnya di balik pintu itu tak kan sesuai dengan apa yang
ada di pikirannya.
“Keeii...,” hanya teriakan tertahan itulah
yang keluar dari mulut si pemuda sesaat setelah dibukanya pintu kamar mandi
tadi.
Ia ternganga...
Kekagetan luar biasa itu telah mengalahkan
logikanya. Menatap tubuh gadis yang amat dicintainya – Kei – dengan kedua bola
matanya yang tak lagi bisa menangkap cahaya karena kekosongan pandangannya itu.
Really...
Really,
DEEPEST SHOCK
================
“Aku tak menyangka ia akan melakukan ini,”
Chinen Yuri mulai bersuara. Gadis dengan tinggi 159 cm itu terlihat sedih
setelah menghadiri pemakaman sahabatnya – Inoo Kei – beberapa saat lalu.
Gadis lain berlabel Yaotome Hikari yang duduk
di samping Yuri dengan segera menyambung kalimat Yuri tadi, “Un, bagaimana
mungkin Kei memutuskan tuk bunuh diri. Aku benar-benar tidak habis pikir.”
“Karirnya telah tamat...,” salah satu pemuda yang
duduk di ruangan itu turut larut dalam pembicaraan.
“Kau benar, Yuya!” Nakajima Yuto turut
menanggapi. Begitu juga dengan Morimoto Ryutaro dan Okamoto Keito yang keduanya
hanya bisa tersenyum simpul yang diikuti oleh lamunan keenam orang itu
mengingat sosok Inoo Kei...
================
[Flashback 1]
Lantunan suara piano mengalir merdu di atas
panggung. Gadis berparas cantik dengan jemari yang menari lincah di atas
tuts-tuts piano itu mengundang decak kagum dari seluruh penonton di hall nan
luas tempat diadakannya pertunjukan musik kali ini.
“Plok plok plok plok...,” tepuk tangan
membahana dari ribuan penonton menyiratkan kepuasan mereka mengiringi si gadis
yang melangkah perlahan ke belakang panggung seusai menyelesaikan permainan
pianonya.
Beberapa detik kemudian di belakang panggung,
gadis itu menerima ucapan selamat dari semua rekannya sesama musisi dan
sealiran.
“Penampilanmu tadi luar biasa Kei. Melodi
Star Time yang kau mainkan benar-benar sempurna. Sensei pasti senang kau
berhasil memainkan melodi ciptaannya dengan begitu indah,” Nakajima Yuto segera
menjabat tangan Inoo Kei. Satu per satu, Yaotome Hikari, Okamoto Keito, Takaki
Yuya, Chinen Yuri dan Morimoto Ryutaro juga melakukan hal yang sama.
[Flashback 1 End]
================
[Flashback 2]
Di hall yang sama, 2 bulan kemudian.
Pertunjukan musik terbesar sepanjang sejarah akan diadakan siang ini.
“Akhirnya Yabu Kota sensei akan menunjukkan
kehebatannya. Yah, biarpun pertunjukan ini adalah sebagai bentuk perpisahan
sang maestro. Kita bertujuh beruntung bisa menjadi murid Yabu sensei,” Ryutaro
dan yang lain terlihat antusias menunggu kedatangan guru mereka.
Yabu Kota adalah musisi luar biasa yang
memainkan piano buatannya sendiri. Piano itu hanya ada satu-satunya di dunia –
Desta de Ryuu. Karena usia sang maestro yang telah menginjak 60 tahun,
pertunjukan kali ini merupakan pertunjukan terakhirnya sebelum ia melepas
karirnya dengan menyerahkan semua pada ketujuh muridnya.
================
“Sudah jam segini kenapa Kei belum datang
juga? Padahal pertunjukan sensei akan dimulai 1 jam lagi,” Yuri berulang kali
melihat jam tangannya.
“Kring... Kring...,” ringtone bunyi pertanda
telepon masuk berdering dari salah satu handphone kepunyaan salah seorang di
antara keenam orang di ruang itu.
Keito segera mengambil handphone di saku
celananya dan dengan gerakan cepat menempelkan ujung handphone itu ke
telinganya setelah melihat nama Yabu sensei terpampang di layar hp
kepunyaannya.
“Moshi-moshi, sensei!!” Keito mulai bersuara
dan kini semua mata tertuju padanya ketika ia menyebut kata sensei. Pemuda
kekar itu dengan serius mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh orang
diujung hp satunya – Yabu sensei.
Pemuda itu tak bersuara. Tetap tak bersuara
walaupun phone tersebut sudah terputus.
“Keito, doushite?” Yuto mencoba
menyadarkannya.
Keito menoleh perlahan. Memandang dengan
tatapan kosong setiap orang di ruangan itu.
Iapun akhirnya bersuara. “Kei... Kei... Inoo
Kei... Ia masuk rumah sakit. Kondisinya kritis,” itulah kalimat yang keluar
secara terputus-putus dari mulut si pemuda.
================
Inoo Kei mengalami kesialan ketika dalam
perjalanan menuju hall tempat pertunjukan. Di cuaca yang begitu dingin karena
badai yang tengah melanda, mobilnya kehabisan bensin di tempat yang teramat
sepi.
Gadis itu begitu ingin menyaksikan
pertunjukan terakhir senseinya hingga rela nekad berjalan kaki di bawah badai
salju lebat. Alih-alih bisa menyaksikan pertunjukan itu, gadis manis itupun
pingsan hingga hampir membeku secara total membuatnya nyaris kehilangan
nyawanya andai mobil Yabu sensei tak melintas di daerah sepi itu.
Beruntung saat itu ada sopir sensei – Arioka
Daiki – yang dengan sigap mengenali gadis yang telah membeku itu dan dengan
segera membawanya ke rumah sakit.
Di rumah sakit, Yabu sensei yang masih
ditemani oleh Arioka Daiki, terlihat begitu tidak tenang menanti kabar dari
Inoo Kei.
Beberapa saat kemudian, Nakajima Yuto datang
bersama kelima sahabatnya yang lain yang juga merupakan murid dari Yabu Kota,
sama halnya dengan Inoo Kei.
Dokter keluar ruangan...
Kabar buruk terlontar dengan nada menyesal.
Inoo Kei...
Ia harus kehilangan kedua tangannya karena
diamputasi. Diamputasi karena tangannya yang telah membeku total karena tak
mengenakan jaket dan sarung tangan di kala itu.
Tangan yang merupakan nyawa dari seorang
pemain piano. Ya... Gadis itu telah berakhir karirnya.
Hal yang membuat gadis berwajah bagai
bidadari itu tak memiliki opsi lain selain mengakhiri hidupnya sendiri beberapa
minggu setelah kejadian itu – bunuh diri di dalam bak mandi dengan memotong
urat nadinya sendiri.
[Flashback 2 End]
================
“Kring... Kring...,” suara dering handphone
di tengah malam memaksa orang itu tuk bangun dari tidurnya.
“Moshi-moshi,” ia bersuara malas. Namun
kemalasannya saat mengangkat telpon itu langsung sirna ketika ia mendengarkan
suara dalam telpon itu.
Sebuah musik mengalun merdu dari ujung
satunya.
Pemuda itu kaget. Ia membelalakkan matanya
tanpa bersuara sepatah katapun.
Star Time...
Melodi Star Time yang dimainkan dengan piano. Itulah
yang didengar oleh pemuda itu.
Cepat-cepat ia melihat layar handphonenya.
Inoo Kei...
Telpon itu dari Inoo Kei.
Orang yang seharusnya sudah mati.
Pemuda itu masih terkejut. Lantunan melodi
Star Time masih jelas melantun ringan dari handphone yang kini sudah terlepas
dari tangannya – terjatuh dan membentur ringan di samping kakinya yang jenjang.
Ia begitu ngeri. Pikirannya kini
melayang-layang tak tentu arah hingga akhirnya ia memaksakan dirinya untuk
kembali sadar begitu menyadari ia sedang tak sendirian di kamarnya ini.
Ya...
Ia sedang tak sendirian. Biarpun samar-samar,
ia bisa menangkap sosok lain yang tengah memandangnya dengan ekspresi yang tak
bisa ia ketahui. Memandangnya di balik jubah hitamnya yang kelam di antara
gelapnya kamar itu.
Sosok itu berjalan mendekatinya. Si pemuda
gemetaran hebat. Keringat dingin mengalir dengan deras begitu tiba-tiba
menunjukkan ketakutan luar biasa yang tengah menghinggapinya.
“Siapa kau? Apa maumu?” ia mencoba
memberanikan diri tuk bicara. Namun sosok yang masih belum bisa ia lihat dengan
jelas itu terus berjalan mendekatinya perlahan tanpa bersuara.
Pemuda itu segera berlari cepat. Menerobos
dan segera keluar dari kamarnya menjauhi sosok itu. Kepanikan membuatnya
berlari tak tentu arah dalam rumahnya yang masih diselimuti gelapnya malam.
Pikirannya terlalu diselimuti ketakutan
hingga membuatnya tak sedikitpun memikirkan tuk menyalakan lampu.
Ia terus berlari.
Berharap sosok yang membuatnya ngeri itu tak
kan bisa menemukannya.
Pikirannya masih dipenuhi oleh lantunan
melodi Star Time tadi.
Ia menoleh ke belakang. Sosok itu masih
mengikutinya secepat langkah yang digunakannya tuk berlari. Ia panik. Begitu
panik. Hingga akhirnya...
Bugh... Bugh... Bugh...
Tubuhnya terpelanting berulang kali –
terjatuh dari tangga dan membentur setiap sudut yang ada dengan begitu
kerasnya.
Ia mengerang sakit. Merasakan beberapa sisi
tubuhnya yang telah terlumur oleh darahnya sendiri.
Namun rasa sakitnya itu tak berlangsung lama.
Sosok yang tadi tengah dijauhinya, kini telah
berdiri sempurna di hadapannya. Si pemuda dengan kondisi setengah sadar itu
sempat melihat sosok di hadapannya tengah menyeringai lebar di balik jubahnya.
Sosok itu menggerakkan tangannya perlahan
namun kuat. Menghantamkan benda di tangannya dengan diselimuti luapan kemarahan
yang sukses membuat pemuda itu kehilangan nyawanya seketika.
Hanya noda darah yang terlempar pasti ke arah
tembok, menjadi saksi betapa tengkorak pemuda itu telah hancur terhantam begitu
kerasnya. Hancur begitu sempurna...
“Selamat tinggal, Keito...,” sosok itu
melangkah pergi. Diiringi lantunan melodi Star Time dari handphone di
genggamannya.
Ia tersenyum keji... “Selanjutnya adalah
giliranmu, manis...”
Tangannya perlahan menekan tuts handphone di
genggamannya hendak kembali menghubungi seseorang – korban selanjutnya.
TBC == To Be Continued
==================
Question:
Siapakah yang akan menjadi korban selanjutnya?
wah lagi seru serunya bersambung,ya bagus deh ceritnya,ini original hasil karya kamu ya?
ReplyDeletelagi seru2nya kok bersambung? ya udah bagus deh ceritanya,ini originalkarya kamu kan?
ReplyDeleteIya, original karya rin ^^ ... makasih lho dah mampir, ini dah tamat kok, ada 4 parts. cek disini sja ^^ http://heibilon.blogspot.com/search/label/Fanfic%20Death%20Phone%20Call ....
ReplyDeletecerita ini tergolong karangan lama rin ^^