Saturday, 26 November 2011

Fanfic Death Phone Call - Hey! Say! JUMP Part 01



DEATH PHONE CALL
PART 1

Cast : All of membe Jump
Rating : NC – 13
Words : 1.398

================

“Kei... Kei... Kau di mana?” pemuda itu terlihat panik menyusuri setiap ruang di rumah yang beberapa hari ini teramat sepi tak seperti biasa.

Kakinya masih terus melangkah dengan tergesa-gesa. Kedua bola matanya secara beriringan bergerak cepat menyisir setiap sudut yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan kepunyaannya.

“Kei...,”
Sekali lagi ia memanggil tapi tetap tak ada jawaban dari si empunya nama.

Pemuda itu mulai frustasi. Ia menangis.
“Kei... Kau di mana?” suara lirih hampir tak terdengar, keluar dari bibir pemuda yang mulai menyerah atas tindakannya barusan.

Disela keputusasaannya, ia menangkap genangan cairan anyir berwarna merah pekat mengalir perlahan dari arah pintu kamar mandi. Buru-buru ia segera berlari ke tempat yang tak jauh dari keberadaannya itu.

Pikirannya berkecambuk. Ketakutan luar biasa menelusup tiba-tiba menggetarkan dadanya dengan begitu kuat. Ia takut... berharap apa yang akan dilihatnya di balik pintu itu tak kan sesuai dengan apa yang ada di pikirannya.

“Keeii...,” hanya teriakan tertahan itulah yang keluar dari mulut si pemuda sesaat setelah dibukanya pintu kamar mandi tadi.

Ia ternganga...
Kekagetan luar biasa itu telah mengalahkan logikanya. Menatap tubuh gadis yang amat dicintainya – Kei – dengan kedua bola matanya yang tak lagi bisa menangkap cahaya karena kekosongan pandangannya itu.

Really...
Really,
DEEPEST SHOCK

================

“Aku tak menyangka ia akan melakukan ini,” Chinen Yuri mulai bersuara. Gadis dengan tinggi 159 cm itu terlihat sedih setelah menghadiri pemakaman sahabatnya – Inoo Kei – beberapa saat lalu.
Gadis lain berlabel Yaotome Hikari yang duduk di samping Yuri dengan segera menyambung kalimat Yuri tadi, “Un, bagaimana mungkin Kei memutuskan tuk bunuh diri. Aku benar-benar tidak habis pikir.”

“Karirnya telah tamat...,” salah satu pemuda yang duduk di ruangan itu turut larut dalam pembicaraan.

“Kau benar, Yuya!” Nakajima Yuto turut menanggapi. Begitu juga dengan Morimoto Ryutaro dan Okamoto Keito yang keduanya hanya bisa tersenyum simpul yang diikuti oleh lamunan keenam orang itu mengingat sosok Inoo Kei...

================

[Flashback 1]

Lantunan suara piano mengalir merdu di atas panggung. Gadis berparas cantik dengan jemari yang menari lincah di atas tuts-tuts piano itu mengundang decak kagum dari seluruh penonton di hall nan luas tempat diadakannya pertunjukan musik kali ini.

“Plok plok plok plok...,” tepuk tangan membahana dari ribuan penonton menyiratkan kepuasan mereka mengiringi si gadis yang melangkah perlahan ke belakang panggung seusai menyelesaikan permainan pianonya.

Beberapa detik kemudian di belakang panggung, gadis itu menerima ucapan selamat dari semua rekannya sesama musisi dan sealiran.

“Penampilanmu tadi luar biasa Kei. Melodi Star Time yang kau mainkan benar-benar sempurna. Sensei pasti senang kau berhasil memainkan melodi ciptaannya dengan begitu indah,” Nakajima Yuto segera menjabat tangan Inoo Kei. Satu per satu, Yaotome Hikari, Okamoto Keito, Takaki Yuya, Chinen Yuri dan Morimoto Ryutaro juga melakukan hal yang sama.

[Flashback 1 End]

================

[Flashback 2]

Di hall yang sama, 2 bulan kemudian. Pertunjukan musik terbesar sepanjang sejarah akan diadakan siang ini.

“Akhirnya Yabu Kota sensei akan menunjukkan kehebatannya. Yah, biarpun pertunjukan ini adalah sebagai bentuk perpisahan sang maestro. Kita bertujuh beruntung bisa menjadi murid Yabu sensei,” Ryutaro dan yang lain terlihat antusias menunggu kedatangan guru mereka.

Yabu Kota adalah musisi luar biasa yang memainkan piano buatannya sendiri. Piano itu hanya ada satu-satunya di dunia – Desta de Ryuu. Karena usia sang maestro yang telah menginjak 60 tahun, pertunjukan kali ini merupakan pertunjukan terakhirnya sebelum ia melepas karirnya dengan menyerahkan semua pada ketujuh muridnya.

================

“Sudah jam segini kenapa Kei belum datang juga? Padahal pertunjukan sensei akan dimulai 1 jam lagi,” Yuri berulang kali melihat jam tangannya.

“Kring... Kring...,” ringtone bunyi pertanda telepon masuk berdering dari salah satu handphone kepunyaan salah seorang di antara keenam orang di ruang itu.

Keito segera mengambil handphone di saku celananya dan dengan gerakan cepat menempelkan ujung handphone itu ke telinganya setelah melihat nama Yabu sensei terpampang di layar hp kepunyaannya.

“Moshi-moshi, sensei!!” Keito mulai bersuara dan kini semua mata tertuju padanya ketika ia menyebut kata sensei. Pemuda kekar itu dengan serius mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh orang diujung hp satunya – Yabu sensei.

Pemuda itu tak bersuara. Tetap tak bersuara walaupun phone tersebut sudah terputus.

“Keito, doushite?” Yuto mencoba menyadarkannya.

Keito menoleh perlahan. Memandang dengan tatapan kosong setiap orang di ruangan itu.
Iapun akhirnya bersuara. “Kei... Kei... Inoo Kei... Ia masuk rumah sakit. Kondisinya kritis,” itulah kalimat yang keluar secara terputus-putus dari mulut si pemuda.

================

Inoo Kei mengalami kesialan ketika dalam perjalanan menuju hall tempat pertunjukan. Di cuaca yang begitu dingin karena badai yang tengah melanda, mobilnya kehabisan bensin di tempat yang teramat sepi.
Gadis itu begitu ingin menyaksikan pertunjukan terakhir senseinya hingga rela nekad berjalan kaki di bawah badai salju lebat. Alih-alih bisa menyaksikan pertunjukan itu, gadis manis itupun pingsan hingga hampir membeku secara total membuatnya nyaris kehilangan nyawanya andai mobil Yabu sensei tak melintas di daerah sepi itu.

Beruntung saat itu ada sopir sensei – Arioka Daiki – yang dengan sigap mengenali gadis yang telah membeku itu dan dengan segera membawanya ke rumah sakit.

Di rumah sakit, Yabu sensei yang masih ditemani oleh Arioka Daiki, terlihat begitu tidak tenang menanti kabar dari Inoo Kei.

Beberapa saat kemudian, Nakajima Yuto datang bersama kelima sahabatnya yang lain yang juga merupakan murid dari Yabu Kota, sama halnya dengan Inoo Kei.

Dokter keluar ruangan...
Kabar buruk terlontar dengan nada menyesal.

Inoo Kei...
Ia harus kehilangan kedua tangannya karena diamputasi. Diamputasi karena tangannya yang telah membeku total karena tak mengenakan jaket dan sarung tangan di kala itu.

Tangan yang merupakan nyawa dari seorang pemain piano. Ya... Gadis itu telah berakhir karirnya.
Hal yang membuat gadis berwajah bagai bidadari itu tak memiliki opsi lain selain mengakhiri hidupnya sendiri beberapa minggu setelah kejadian itu – bunuh diri di dalam bak mandi dengan memotong urat nadinya sendiri.

[Flashback 2 End]

================

“Kring... Kring...,” suara dering handphone di tengah malam memaksa orang itu tuk bangun dari tidurnya.

“Moshi-moshi,” ia bersuara malas. Namun kemalasannya saat mengangkat telpon itu langsung sirna ketika ia mendengarkan suara dalam telpon itu.
Sebuah musik mengalun merdu dari ujung satunya.
Pemuda itu kaget. Ia membelalakkan matanya tanpa bersuara sepatah katapun.

Star Time...
Melodi  Star Time yang dimainkan dengan piano. Itulah yang didengar oleh pemuda itu.

Cepat-cepat ia melihat layar handphonenya.

Inoo Kei...
Telpon itu dari Inoo Kei.
Orang yang seharusnya sudah mati.

Pemuda itu masih terkejut. Lantunan melodi Star Time masih jelas melantun ringan dari handphone yang kini sudah terlepas dari tangannya – terjatuh dan membentur ringan di samping kakinya yang jenjang.
Ia begitu ngeri. Pikirannya kini melayang-layang tak tentu arah hingga akhirnya ia memaksakan dirinya untuk kembali sadar begitu menyadari ia sedang tak sendirian di kamarnya ini.
Ya...
Ia sedang tak sendirian. Biarpun samar-samar, ia bisa menangkap sosok lain yang tengah memandangnya dengan ekspresi yang tak bisa ia ketahui. Memandangnya di balik jubah hitamnya yang kelam di antara gelapnya kamar itu.

Sosok itu berjalan mendekatinya. Si pemuda gemetaran hebat. Keringat dingin mengalir dengan deras begitu tiba-tiba menunjukkan ketakutan luar biasa yang tengah menghinggapinya.

“Siapa kau? Apa maumu?” ia mencoba memberanikan diri tuk bicara. Namun sosok yang masih belum bisa ia lihat dengan jelas itu terus berjalan mendekatinya perlahan tanpa bersuara.

Pemuda itu segera berlari cepat. Menerobos dan segera keluar dari kamarnya menjauhi sosok itu. Kepanikan membuatnya berlari tak tentu arah dalam rumahnya yang masih diselimuti gelapnya malam.
Pikirannya terlalu diselimuti ketakutan hingga membuatnya tak sedikitpun memikirkan tuk menyalakan lampu.

Ia terus berlari.
Berharap sosok yang membuatnya ngeri itu tak kan bisa menemukannya.
Pikirannya masih dipenuhi oleh lantunan melodi Star Time tadi.

Ia menoleh ke belakang. Sosok itu masih mengikutinya secepat langkah yang digunakannya tuk berlari. Ia panik. Begitu panik. Hingga akhirnya...

Bugh... Bugh... Bugh...
Tubuhnya terpelanting berulang kali – terjatuh dari tangga dan membentur setiap sudut yang ada dengan begitu kerasnya.

Ia mengerang sakit. Merasakan beberapa sisi tubuhnya yang telah terlumur oleh darahnya sendiri.
Namun rasa sakitnya itu tak berlangsung lama.
Sosok yang tadi tengah dijauhinya, kini telah berdiri sempurna di hadapannya. Si pemuda dengan kondisi setengah sadar itu sempat melihat sosok di hadapannya tengah menyeringai lebar di balik jubahnya.

Sosok itu menggerakkan tangannya perlahan namun kuat. Menghantamkan benda di tangannya dengan diselimuti luapan kemarahan yang sukses membuat pemuda itu kehilangan nyawanya seketika.

Hanya noda darah yang terlempar pasti ke arah tembok, menjadi saksi betapa tengkorak pemuda itu telah hancur terhantam begitu kerasnya. Hancur begitu sempurna...

“Selamat tinggal, Keito...,” sosok itu melangkah pergi. Diiringi lantunan melodi Star Time dari handphone di genggamannya.

Ia tersenyum keji... “Selanjutnya adalah giliranmu, manis...”
Tangannya perlahan menekan tuts handphone di genggamannya hendak kembali menghubungi seseorang – korban selanjutnya.


TBC == To Be Continued
==================
Question:
Siapakah yang akan menjadi korban selanjutnya?

3 comments:

  1. wah lagi seru serunya bersambung,ya bagus deh ceritnya,ini original hasil karya kamu ya?

    ReplyDelete
  2. lagi seru2nya kok bersambung? ya udah bagus deh ceritanya,ini originalkarya kamu kan?

    ReplyDelete
  3. Iya, original karya rin ^^ ... makasih lho dah mampir, ini dah tamat kok, ada 4 parts. cek disini sja ^^ http://heibilon.blogspot.com/search/label/Fanfic%20Death%20Phone%20Call ....
    cerita ini tergolong karangan lama rin ^^

    ReplyDelete

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers