Saturday 26 November 2011

Back in Time


Hey!Say!JUMP Fanfiction (Indonesia)


BACK IN TIME (SPECIAL FOR YAMADA RYOSUKE'S BIRTHDAY)

Author : Rin Fujiyama
Genre : Friendship

Minna,
Cerita ini hanya fiksi belaka, maka jika ada hal yang kurang berkenan dalam fanfic ini, author hanya bisa cengingisan. Karena cerita/plot ini murni milik authornya, jadi terserah mau dibawa kemana cerita ini. ^^

Selamat membaca……
Douzo…...


*****************

Tap tap tap…….

Langkah kaki terdengar begitu terburu-buru berjalan menuruni anak tangga rumah. Seorang pemuda berperawakan tinggi segera meraih sepatu di rak – di samping pintu rumah itu, dan iapun tanpa berlama-lama segera memakainya dan berlari begitu saja meninggalkan rumah tanpa berpamitan pada keluarga yang sedari tadi menunggunya di meja makan.

“Yuto, tak sarapan dulu?” teriakan dari sang ibu mengiringi kepergian anak sulungnya yang barusan terlihat begitu tergesa-gesa. Tapi pastinya sang anak sudah terlalu jauh untuk dapat mendengar pertanyaan tersebut.


Tak seorangpun menyadari, anak sulung di keluarga Nakajima itu berlari meninggalkan rumah dengan derai air mata yang membasahi wajahnya. Pemandangan yang tramat tak biasa terlihat dari sosok seorang Nakajima Yuto.

Ada apa gerangan?!

*****************

Isakan tangis terdengar begitu memilukan dengan siluet kepedihan yang begitu mendalam terpancar dari wajah anak laki-laki berperawakan paling kecil di antara yang lain di tempat itu. “Kenapa semua ini terjadi begitu tiba-tiba?! Ryutaro…… Kenapa?! Katakan bahwa semua ini hanya bohong belaka!!” kata-kata yang meluncur dari bibir itu hanya membuatnya dan ketujuh pemuda lain di sampingnya semakin tak kuasa lagi membendung setiap tetes derai air mata yang tlah mengucur pilu.

Yuto baru saja datang. Ia datang paling akhir di antara kedelapan pemuda lainnya yang sudah terpaku diam di tempat itu sejak beberapa saat lalu.

Ditekuknya lutut itu sehingga membuat kakinya yang jenjang kini tlah sempurna tertunduk lemas memandangi gundukan tanah di depannya.
Menangis…….
Menangis tanpa adanya daya yang bisa membuatnya menghentikan tangisnya itu.

Kedelapan pemuda lainnya masih tak dapat mengatakan apapun. Yuto masih menangis, terduduk di samping nisan itu. Sebuah nama yang begitu familier baginya, terukir indah di atas nisan abu-abu yang terkesan begitu kelam…… Menyakitkan…...

“Bukankah hari ini adalah hari ulang tahunnya?! Kenapa ia malah melakukan ini pada kita?!” nada bergetar diiringi isakan tangis melantun serak dari pemuda yang paling chibi di situ. Yuri Chinen.
Sosok pemuda yang lebih tinggi segera memeluk erat tubuh Chinen. Pemuda yang notabennya lebih muda darinya. Ryutaro Morimoto…… “Jangan menangis!!” ucapnya lembut tanpa bisa menyembunyikan kepedihannya namun ia masih berhasil menahan air matanya tuk tak mengalir lebih deras lagi.

Kesembilannya kini hanya bisa menangis dalam diam. Banyak hal yang belum sempat mereka utarakan pada sosok yang kini telah terbaring diam di bawah gundukan tanah itu.

Yabu mengeluarkan secarik kertas kecil dari sakunya. “Ini amanat terakhir dari Yama-chan sebelum kepergiannya. Kakaknya yang memberikan padaku pagi ini.”

Yabu mulai membacakan tulisan di atas kertas itu….

Minna,
Sedih rasanya saat menulis surat ini.
Sebenarnya aku sedikitpun tak berharap kalian akan membacanya. Karena jika kalian membacanya, berarti aku sudah tak ada lagi bersama kalian.

Gomen karena keegoisanku yang meninggalkan kalian tanpa pamit.
Satu pesanku, kuharap kalian jangan terlalu bersedih karena kepergianku. Kalian harus tetap tersenyum demi para fansu kita.

Gomen karena kondisiku ini tak memungkinkanku tuk menulis banyak.
Kalian berjuanglah….
Aku akan tetap mengawasi kalian dari sini. Kudoakan agar kelak kalian bisa menaklukkan pasar dunia

Sekian dari sahabat kalian.
Ganbatte, minna…..

With Love
(Yamada Ryosuke)

*****************

[Flashback]

“Woe….. Yama-chan!! Tumben gak makan siang?!” sosok ramah menepuk pundak sahabatnya itu yang sedari tadi melamun di tempat duduknya. Orang yang merasa ditanyapun segera menyahut, “Sedang merenungi nasib nih, Yuto!” jawabnya dengan nada tak bersemangat.

“Eh?! Merenungi nasib gimana?!” mimik antusias segera terpancar dari wajah pemuda jangkung itu.

“Aku iri denganmu dan Chinen yang pandai dalam semua mata pelajaran. Aku iri, Yuto! Benar-benar iri,” wajah pemuda itu mulai terlihat serius. “Apapun usaha yang kulakukan selalu saja ku tak pernah mampu lebih baik dalam pelajaran dibanding kalian,” tambahnya sambil menatap tajam mata sahabat yang kini sudah duduk di kursi kosong di sampingnya.

Orang yang sedari tadi melamun, kini sudah mulai berbicara panjang lebar mencurahkan semua rasa di hatinya. “Sudah hampir 7 tahun aku mengenal kalian berdua. Sejak pertama kau menyapaku sepulang sekolah, sejak pertama aku bisa sepanggung menjadi backdancermu, dan sejak kita bertiga debut bersama di Hey!Say!7…….. Selama itu juga aku ingin bisa seperti kalian,” entah kenapa pemuda itu malah mulai menunjukkan wajah ingin menangisnya. Wajah yang begitu sendu…..

Pemuda lain yang sedaritadi menguping pembicaraan mereka, kini ikutan nimbrung duduk di kursi depan Yamada dengan posisi terbalik menghadap kedua teman sekelasnya itu. “Apa yang kau irikan dari kami?!” Chinen menyambung dengan sedikit nada ketawa dalam kata-katanya barusan.

Yamada segera menjawab, tapi kali ini segera dipalingkannya wajahnya itu menghindari tatapan mata kedua sahabat yang sudah 7 tahun tumbuh besar bersamanya. “Pelajaran!! Barusan sudah kubilang kan kalau aku iri pada kalian soal pelajaran?!” siluet cemberut terpancar dari wajah yang tengah dipalingkannya.

Pemuda yang tengah duduk terbalik itu perlahan mulai mengintip wajah sahabat yang sedaritadi menghindari tatapannya. Dengan sedikit senyum iblis yang menghiasi wajahnya, ia mulai menggoda sahabatnya itu. “Ayolah, yama-chan!! Sudah menjadi rahasia umum kalau aku memang yang terbaik di sekolah ini dan Yuto juga merupakan siswa terbaik di kelas kita. Tapi itu tak kan merubah persahabatan kita kan?” Yamada masih tak bergeming.

“Yama-chan………,” suara melengking tinggi nan berat memanggil salah seorang di antara ketiga pemuda tersebut. Ketiganya segera menoleh mencari sumber suara yang tentunya mereka tahu siapa pemilik suara itu.
“Wah, kebetulan Yuto and Chinen juga ada, come on!!” anak yang baru saja datang mengisyaratkan pada ketiganya tuk mengikuti dirinya.
“Heh, Ryutaro, memangnya kita mau kemana?” Yuto segera merespon sebelum mengikuti ajakan anak kelas 1 yang juga segrup dengannya itu begitu saja.

“Waduh!! Aku lupa…. Tadi aku kesini mau ngapain ya?!” respon yang tak disangka-sangka keluar dari mulut anak itu yang seketika langsung disusul dengan rintih kesakitan akibat 2 pukulan yang mendarat di kepalanya. Yuto memukul duluan disusul Chinen yang sengaja berdiri di atas kursi memukul kepala adik kelas yang 13 cm lebih tinggi darinya. Ulah Chinen barusan sedikit membuat Yamada yang sedari tadi masih duduk kini telah berdiri dari kursinya dengan senyum yang kali ini sudah bisa ia hiaskan kembali di wajahnya.

“Jika kita hanya berempat seperti ini, mengingatkanku pada masa-masa junior kita di atas panggung Shounen Club dulu saat kita masih Jr.,” kata-kata yang meluncur ringan dari mulut Yamada, membuat keempatnya segera berpelukan haru yang hanya bisa mengundang setiap pasang mata yang ada tuk menyaksikan persahabatan dari keempat pemuda itu.

*****************

Keempatnya berbaring bersama di atap sekolah seusai pelajaran yang terakhir. Langit kala itu begitu cerah. Angin yang berhembus hangat, menambah kenyamanan istirahat mereka saat itu.

“Mengingat apa yang kau katakan tadi siang, sebenarnya aku juga iri padamu, Yama-chan,” pemuda yang paling tinggi, memulai pembicaraan di antara mereka. “Dulu akulah yang paling tenar semasa kita masih Jr.” tambahnya…
“Kalian bertiga masih ingat kan masa-masa dimana kalian begitu menghormatiku?!” kata Yuto menambahi yang kali ini disusul dengan lamunan keempatnya mengingat masa-masa mereka masih Jr. dulu.

>>>>>> 

Going back in time J.J. Express
Going back in time
But this time…
Future will be found going back in time
Back in time…

I’m going back in time
I’m going back in time we are J.J. Express

Lagu itu sering terlantun setiap minggunya membuka acara Shounen Club. Tiga bocah kawaii selalu tampil paling depan menyanyikan lagu itu diiringi junior lainnya.

“Aku dulu selalu berdiri paling tengah. Tapi kini kau sudah menggantikan posisiku, Yama-chan. Perlahan namun pasti, kau telah merebutnya dariku,” senyuman masih menghiasi bibir Yuto saat mengatakan semua itu.
Yamada yang kurang pandai menyikapi hal yang terjadi begitu tiba-tiba, jelas tak bisa merespon apapun.

“Yuto….”

“Tapi harus kuakui kau layak mendapatkannya, Yama-chan. Kau memperoleh posisimu yang sekarang dengan usaha kerasmu sendiri. Bahkan kini kau sudah sejajar dengan para senpai di Johnny’s,” Yuto menambahi.
“Kau sudah sejajar dengan Matsujun-senpai, Yamapi-senpai, dan Akajin-senpai, Yama-chan!!” giliran Chinen yang mulai mengutarakan apa yang ada di kepalanya saat itu. “Kami semua mengakui itu!”
Ryutaropun tak mau hanya diam saja mendengarkan. “Bahkan kini kaulah yang memiliki fans paling banyak di Johnny’s,” ujar anak yang baru saja berulang tahun ke-16 bulan lalu.

“Kau sudah mendengar semuanya, kan?! Jadi jangan merenungi nasib seserius itu. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekuarangannya masing-masing.” Chinen menoleh ke arah Yamada yang masih melayangkan pandangannya ke langit biru yang cerah.

*****************

“7 belum pada datang?!” tanya Yabu yang baru saja masuk ke ruang latihan dan sedikit mengernyitkan dahinya ketika hanya BEST yang dilihatnya.
Daiki yang masih terlihat serius belajar gerakan untuk konser mereka lusa, tak merespon apa yang ditanyakan oleh leader BEST barusan.
Sementara Inoo masih asyik membaca buku Fisikanya karena merasa bosan menunggu 7 yang tak kunjung datang.
Takakipun hanya berbaring di atas kursi dengan handuk dingin yang menutupi wajahnya.

“Keito hari ini ijin karena ada kegiatan di kampusnya, sementara empat anak Horikoshi itu tak tau entah kemana sedari tadi tak terlihat batang hidungnya,” kata Hikaru mencoba memberi jawaban pada Yabu.
Yabu hampir saja meledakkan amarahnya sesaat sebelum pintu ruangan itu terbuka dari luar dan keempat sosok yang dinanti akhirnya datang juga. Kata maaf segera terlontar dari keempat anak itu bersamaan dengan sedikit membungkukkan badan mereka.

“Sudah, segera ganti baju kalian dan cepat latihan,” kata Yabu dengan sedikit kesal.

*****************

Delapan pemuda menari bersama diiringi lantunan lagu Hitomi no Screen. Ini adalah latihan terakhir mereka sebelum konser besok siang. Namun, latihan kali ini sedikit kurang lancar karena sosok sentral dalam lagu tersebut belum datang. Ya, Ryosuke Yamada….

“Minna, ohayou…..,” sapa Chinen yang baru saja datang.
“Yama-chan mana?!” tanya Daiki sedikit bingung karena hanya Chinen yang dilihatnya.

“Ia tidak latihan hari ini. Ia sedang sakit… Aku menyuruhnya langsung pulang sehabis pemotretan NYC tadi,” jelas Chinen. “Tadi wajahnya sangat pucat, jadinya aku memintanya pulang dan beristirahat. Ia titip salam untuk kalian semua,” terang Chinen dengan segera sambil melepas bajunya tuk berganti kaos yang lebih nyaman digunakan tuk latihan.
“Iya juga… Akhir-akhir ini ia memang terlihat kurang sehat…,” ujar Yuto menanggapi.

Latihanpun berlanjut tanpa adanya sosok Yamada Ryosuke di sana.

*****************

Teriakan membahana dari setiap sudut Yokohama Arena mengiringi kesepuluh pemuda yang kembali ke belakang panggung setelah menyelesaikan pertunjukan konser mereka hari itu. Kesepuluhnya terlihat langsung berpelukan sambil teriak-teriak gaje di belakang panggung karena konser barusan berjalan dengan lancar dan sukses.

Namun keceriaan itu tak berlangsung lama. Salah seorang eksistensi dengan begitu tiba-tiba roboh, tak sadarkan diri.
“Yama-chan?!” teriak Yuto, Chinen, dan Daiki bersamaan….

[Flashback End]

*****************

Sosok itu masih terus menangis tanpa henti. “Padahal hari ini kita berencana untuk memberikan kejutan padanya seperti tahun-tahun sebelumnya di hari ulang tahunnya. Tapi kenapa…...,” Daiki tak kuasa melanjutkan kata-katanya karena air matanya tlah sempurna menguras segala dayanya.

Ryutaro sudah tak kuat lagi menahan beban tubuhnya. Kakinya semakin lama terasa begitu lemas melihat orang-orang di sampingnya yang sedari tadi tak henti-hentinya mengucurkan air mata. Kini iapun tlah sempurna terduduk lemas di samping Yuto yang masih terus mengelus nisan di depannya tetap dengan air mata yang tak sanggup ia bendung sejak tadi.

Langit mendung kala ini seakan mewakili perasaan hati kesembilan pemuda itu. Tak sedikitpun sinar mentari yang terlihat pagi ini di negeri Matahari Terbit itu.

Perlahan namun pasti, sebuah cahaya terpancar dari balik awan. Mentari pagi yang sedari tadi malu tuk keluar, kini telah dengan pedenya menampakkan sinarnya seakan menyuruh kesembilan pemuda itu tuk tersenyum.

Sebuah suara merdu terlantun dari belakang mereka. Suara yang melantunkan lagu Back in Time dengan kata Hey!Say!JUMP  menggantikan setiap lirik yang seharusnya terisi oleh kata J.J. Express.
Suara yang tak asing bagi kesembilannya sentak membuat mereka segera menoleh pada orang itu.
Sedetik kemudian kesembilannya sudah tak lagi meneteskan air mata mereka. Air mata yang sejak tadi keluar kini seakan membeku dengan begitu tiba-tiba.

“Ini adalah hari ulangtahunku….. Ini balasan bagi kalian karena suka mengerjaiku tahun-tahun lalu di hari ulangtahunku. Minna, daisuki desu…….,” ujar pemuda itu dengan senyum yang menghias bibirnya yang kemudian disusul dengan gelegar tawanya karena berhasil mengerjai sahabat-sahabatnya itu….. “Wahahaha……. Aku benar-benar tak kan melupakan kejadian hari ini,” tambahnya dengan tawa kemenangan menghias bibirnya.

Kesembilan pemuda lain hanya bisa terdiam menatap sosok itu. Kesembilannya tak sanggup mengeluarkan kata-kata mereka. Entah apa yang sekarang ada di pikiran kesembilan pemuda itu……

??????????




THE END……..



OTANJOUBI OMEDETOU YAMA-CHAN……
WE ALWAYS LOVE YOU…… ^^

No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers