Hey!Say!JUMP Fanfiction (Indonesia )
BACK IN TIME (SPECIAL FOR YAMADA
RYOSUKE'S BIRTHDAY)
Author : Rin Fujiyama
Genre : Friendship
Minna,
Cerita ini hanya fiksi belaka, maka jika
ada hal yang kurang berkenan dalam fanfic ini, author hanya bisa cengingisan.
Karena cerita/plot ini murni milik authornya, jadi terserah mau dibawa kemana
cerita ini. ^^
Selamat membaca……
Douzo…...
*****************
Tap tap tap…….
Langkah kaki terdengar begitu terburu-buru
berjalan menuruni anak tangga rumah. Seorang pemuda berperawakan tinggi segera
meraih sepatu di rak – di samping pintu rumah itu, dan iapun tanpa berlama-lama
segera memakainya dan berlari begitu saja meninggalkan rumah tanpa berpamitan
pada keluarga yang sedari tadi menunggunya di meja makan.
“Yuto, tak sarapan dulu?” teriakan dari
sang ibu mengiringi kepergian anak sulungnya yang barusan terlihat begitu
tergesa-gesa. Tapi pastinya sang anak sudah terlalu jauh untuk dapat mendengar
pertanyaan tersebut.
Tak seorangpun menyadari, anak sulung di
keluarga Nakajima itu berlari meninggalkan rumah dengan derai air mata yang
membasahi wajahnya. Pemandangan yang tramat tak biasa terlihat dari sosok
seorang Nakajima Yuto.
*****************
Isakan tangis terdengar begitu memilukan
dengan siluet kepedihan yang begitu mendalam terpancar dari wajah anak
laki-laki berperawakan paling kecil di antara yang lain di tempat itu. “Kenapa
semua ini terjadi begitu tiba-tiba?! Ryutaro…… Kenapa?! Katakan bahwa semua ini
hanya bohong belaka!!” kata-kata yang meluncur dari bibir itu hanya membuatnya
dan ketujuh pemuda lain di sampingnya semakin tak kuasa lagi membendung setiap
tetes derai air mata yang tlah mengucur pilu.
Yuto baru saja datang. Ia datang paling
akhir di antara kedelapan pemuda lainnya yang sudah terpaku diam di tempat itu
sejak beberapa saat lalu.
Ditekuknya lutut itu sehingga membuat
kakinya yang jenjang kini tlah sempurna tertunduk lemas memandangi gundukan
tanah di depannya.
Menangis…….
Menangis tanpa adanya daya yang bisa membuatnya
menghentikan tangisnya itu.
Kedelapan pemuda lainnya masih tak dapat
mengatakan apapun. Yuto masih menangis, terduduk di samping nisan itu. Sebuah
nama yang begitu familier baginya, terukir indah di atas nisan abu-abu yang
terkesan begitu kelam…… Menyakitkan…...
“Bukankah hari ini adalah hari ulang
tahunnya?! Kenapa ia malah melakukan ini pada kita?!” nada bergetar diiringi
isakan tangis melantun serak dari pemuda yang paling chibi di situ. Yuri Chinen.
Sosok pemuda yang lebih tinggi segera
memeluk erat tubuh Chinen. Pemuda yang notabennya lebih muda darinya. Ryutaro
Morimoto…… “Jangan menangis!!” ucapnya lembut tanpa bisa menyembunyikan
kepedihannya namun ia masih berhasil menahan air matanya tuk tak mengalir lebih
deras lagi.
Kesembilannya kini hanya bisa menangis
dalam diam. Banyak hal yang belum sempat mereka utarakan pada sosok yang kini
telah terbaring diam di bawah gundukan tanah itu.
Yabu mengeluarkan secarik kertas kecil dari
sakunya. “Ini amanat terakhir dari Yama-chan sebelum kepergiannya. Kakaknya yang
memberikan padaku pagi ini.”
Yabu mulai membacakan tulisan di atas
kertas itu….
Minna,
Sedih rasanya saat menulis surat ini.
Sebenarnya aku sedikitpun tak berharap
kalian akan membacanya. Karena jika kalian membacanya, berarti aku sudah tak
ada lagi bersama kalian.
Gomen karena keegoisanku yang
meninggalkan kalian tanpa pamit.
Satu pesanku, kuharap kalian jangan
terlalu bersedih karena kepergianku. Kalian harus tetap tersenyum demi para
fansu kita.
Gomen karena kondisiku ini tak
memungkinkanku tuk menulis banyak.
Kalian berjuanglah….
Aku akan tetap mengawasi kalian dari
sini. Kudoakan agar kelak kalian bisa menaklukkan pasar dunia
Sekian dari sahabat kalian.
Ganbatte, minna…..
With Love
(Yamada Ryosuke)
*****************
[Flashback]
“Woe….. Yama-chan!! Tumben gak makan
siang?!” sosok ramah menepuk pundak sahabatnya itu yang sedari tadi melamun di
tempat duduknya. Orang yang merasa ditanyapun segera menyahut, “Sedang
merenungi nasib nih, Yuto!” jawabnya dengan nada tak bersemangat.
“Eh?! Merenungi nasib gimana?!” mimik
antusias segera terpancar dari wajah pemuda jangkung itu.
“Aku iri denganmu dan Chinen yang pandai
dalam semua mata pelajaran. Aku iri, Yuto! Benar-benar iri,” wajah pemuda itu mulai
terlihat serius. “Apapun usaha yang kulakukan selalu saja ku tak pernah mampu
lebih baik dalam pelajaran dibanding kalian,” tambahnya sambil menatap tajam
mata sahabat yang kini sudah duduk di kursi kosong di sampingnya.
Orang yang sedari tadi melamun, kini sudah
mulai berbicara panjang lebar mencurahkan semua rasa di hatinya. “Sudah hampir
7 tahun aku mengenal kalian berdua. Sejak pertama kau menyapaku sepulang
sekolah, sejak pertama aku bisa sepanggung menjadi backdancermu, dan sejak kita
bertiga debut bersama di Hey!Say!7…….. Selama itu juga aku ingin bisa seperti
kalian,” entah kenapa pemuda itu malah mulai menunjukkan wajah ingin
menangisnya. Wajah yang begitu sendu…..
Pemuda lain yang sedaritadi menguping
pembicaraan mereka, kini ikutan nimbrung duduk di kursi depan Yamada dengan
posisi terbalik menghadap kedua teman sekelasnya itu. “Apa yang kau irikan dari
kami?!” Chinen menyambung dengan sedikit nada ketawa dalam kata-katanya
barusan.
Yamada segera menjawab, tapi kali ini
segera dipalingkannya wajahnya itu menghindari tatapan mata kedua sahabat yang
sudah 7 tahun tumbuh besar bersamanya. “Pelajaran!! Barusan sudah kubilang kan kalau aku iri pada
kalian soal pelajaran?!” siluet cemberut terpancar dari wajah yang tengah
dipalingkannya.
Pemuda yang tengah duduk terbalik itu
perlahan mulai mengintip wajah sahabat yang sedaritadi menghindari tatapannya.
Dengan sedikit senyum iblis yang menghiasi wajahnya, ia mulai menggoda
sahabatnya itu. “Ayolah, yama-chan!! Sudah menjadi rahasia umum kalau aku memang
yang terbaik di sekolah ini dan Yuto juga merupakan siswa terbaik di kelas
kita. Tapi itu tak kan merubah persahabatan kita kan?” Yamada masih tak
bergeming.
“Yama-chan………,” suara melengking tinggi nan
berat memanggil salah seorang di antara ketiga pemuda tersebut. Ketiganya
segera menoleh mencari sumber suara yang tentunya mereka tahu siapa pemilik
suara itu.
“Wah, kebetulan Yuto and Chinen juga ada,
come on!!” anak yang baru saja datang mengisyaratkan pada ketiganya tuk
mengikuti dirinya.
“Heh, Ryutaro, memangnya kita mau kemana?”
Yuto segera merespon sebelum mengikuti ajakan anak kelas 1 yang juga segrup
dengannya itu begitu saja.
“Waduh!! Aku lupa…. Tadi aku kesini mau
ngapain ya?!” respon yang tak disangka-sangka keluar dari mulut anak itu yang
seketika langsung disusul dengan rintih kesakitan akibat 2 pukulan yang
mendarat di kepalanya. Yuto memukul duluan disusul Chinen yang sengaja berdiri
di atas kursi memukul kepala adik kelas yang 13 cm lebih tinggi darinya. Ulah
Chinen barusan sedikit membuat Yamada yang sedari tadi masih duduk kini telah
berdiri dari kursinya dengan senyum yang kali ini sudah bisa ia hiaskan kembali
di wajahnya.
“Jika kita hanya berempat seperti ini,
mengingatkanku pada masa-masa junior kita di atas panggung Shounen Club dulu
saat kita masih Jr.,” kata-kata yang meluncur ringan dari mulut Yamada, membuat
keempatnya segera berpelukan haru yang hanya bisa mengundang setiap pasang mata
yang ada tuk menyaksikan persahabatan dari keempat pemuda itu.
*****************
Keempatnya berbaring bersama di atap
sekolah seusai pelajaran yang terakhir. Langit kala itu begitu cerah. Angin
yang berhembus hangat, menambah kenyamanan istirahat mereka saat itu.
“Mengingat apa yang kau katakan tadi siang,
sebenarnya aku juga iri padamu, Yama-chan,” pemuda yang paling tinggi, memulai
pembicaraan di antara mereka. “Dulu akulah yang paling tenar semasa kita masih
Jr.” tambahnya…
“Kalian bertiga masih ingat kan masa-masa dimana
kalian begitu menghormatiku?!” kata Yuto menambahi yang kali ini disusul dengan
lamunan keempatnya mengingat masa-masa mereka masih Jr. dulu.
>>>>>>
Going back in time J.J. Express
Going back in time
But this time…
Future will be found going back in time
Back in time…
I’m going back in time
I’m going back in time we are J.J. Express
Lagu itu sering terlantun setiap minggunya
membuka acara Shounen Club. Tiga bocah kawaii selalu tampil paling depan
menyanyikan lagu itu diiringi junior lainnya.
“Aku dulu selalu berdiri paling tengah.
Tapi kini kau sudah menggantikan posisiku, Yama-chan. Perlahan namun pasti, kau
telah merebutnya dariku,” senyuman masih menghiasi bibir Yuto saat mengatakan
semua itu.
Yamada yang kurang pandai menyikapi hal
yang terjadi begitu tiba-tiba, jelas tak bisa merespon apapun.
“Yuto….”
“Tapi harus kuakui kau layak
mendapatkannya, Yama-chan. Kau memperoleh posisimu yang sekarang dengan usaha
kerasmu sendiri. Bahkan kini kau sudah sejajar dengan para senpai di Johnny’s,”
Yuto menambahi.
“Kau sudah sejajar dengan Matsujun-senpai,
Yamapi-senpai, dan Akajin-senpai, Yama-chan!!” giliran Chinen yang mulai mengutarakan
apa yang ada di kepalanya saat itu. “Kami semua mengakui itu!”
Ryutaropun tak mau hanya diam saja
mendengarkan. “Bahkan kini kaulah yang memiliki fans paling banyak di
Johnny’s,” ujar anak yang baru saja berulang tahun ke-16 bulan lalu.
“Kau sudah mendengar semuanya, kan ?! Jadi jangan
merenungi nasib seserius itu. Setiap orang memiliki kelebihan dan
kekuarangannya masing-masing.” Chinen menoleh ke arah Yamada yang masih
melayangkan pandangannya ke langit biru yang cerah.
*****************
“7 belum pada datang?!” tanya Yabu yang
baru saja masuk ke ruang latihan dan sedikit mengernyitkan dahinya ketika hanya
BEST yang dilihatnya.
Daiki yang masih terlihat serius belajar
gerakan untuk konser mereka lusa, tak merespon apa yang ditanyakan oleh leader
BEST barusan.
Sementara Inoo masih asyik membaca buku
Fisikanya karena merasa bosan menunggu 7 yang tak kunjung datang.
Takakipun hanya berbaring di atas kursi
dengan handuk dingin yang menutupi wajahnya.
“Keito hari ini ijin karena ada kegiatan di
kampusnya, sementara empat anak Horikoshi itu tak tau entah kemana sedari tadi
tak terlihat batang hidungnya,” kata Hikaru mencoba memberi jawaban pada Yabu.
Yabu hampir saja meledakkan amarahnya
sesaat sebelum pintu ruangan itu terbuka dari luar dan keempat sosok yang
dinanti akhirnya datang juga. Kata maaf segera terlontar dari keempat anak itu
bersamaan dengan sedikit membungkukkan badan mereka.
“Sudah, segera ganti baju kalian dan cepat
latihan,” kata Yabu dengan sedikit kesal.
*****************
Delapan pemuda menari bersama diiringi
lantunan lagu Hitomi no Screen. Ini adalah latihan terakhir mereka sebelum
konser besok siang. Namun, latihan kali ini sedikit kurang lancar karena sosok
sentral dalam lagu tersebut belum datang. Ya, Ryosuke Yamada….
“Minna, ohayou…..,” sapa Chinen yang baru
saja datang.
“Yama-chan mana?!” tanya Daiki sedikit
bingung karena hanya Chinen yang dilihatnya.
“Ia tidak latihan hari ini. Ia sedang
sakit… Aku menyuruhnya langsung pulang sehabis pemotretan NYC tadi,” jelas
Chinen. “Tadi wajahnya sangat pucat, jadinya aku memintanya pulang dan
beristirahat. Ia titip salam untuk kalian semua,” terang Chinen dengan segera
sambil melepas bajunya tuk berganti kaos yang lebih nyaman digunakan tuk
latihan.
“Iya juga… Akhir-akhir ini ia memang
terlihat kurang sehat…,” ujar Yuto menanggapi.
Latihanpun berlanjut tanpa adanya sosok
Yamada Ryosuke di sana .
*****************
Teriakan membahana dari setiap sudut
Yokohama Arena mengiringi kesepuluh pemuda yang kembali ke belakang panggung
setelah menyelesaikan pertunjukan konser mereka hari itu. Kesepuluhnya terlihat
langsung berpelukan sambil teriak-teriak gaje di belakang panggung karena
konser barusan berjalan dengan lancar dan sukses.
Namun keceriaan itu tak berlangsung lama.
Salah seorang eksistensi dengan begitu tiba-tiba roboh, tak sadarkan diri.
“Yama-chan?!” teriak Yuto, Chinen, dan
Daiki bersamaan….
[Flashback End]
*****************
Sosok itu masih terus menangis tanpa henti.
“Padahal hari ini kita berencana untuk memberikan kejutan padanya seperti
tahun-tahun sebelumnya di hari ulang tahunnya. Tapi kenapa…...,” Daiki tak
kuasa melanjutkan kata-katanya karena air matanya tlah sempurna menguras segala
dayanya.
Ryutaro sudah tak kuat lagi menahan beban
tubuhnya. Kakinya semakin lama terasa begitu lemas melihat orang-orang di
sampingnya yang sedari tadi tak henti-hentinya mengucurkan air mata. Kini iapun
tlah sempurna terduduk lemas di samping Yuto yang masih terus mengelus nisan di
depannya tetap dengan air mata yang tak sanggup ia bendung sejak tadi.
Langit mendung kala ini seakan mewakili
perasaan hati kesembilan pemuda itu. Tak sedikitpun sinar mentari yang terlihat
pagi ini di negeri Matahari Terbit itu.
Perlahan namun pasti, sebuah cahaya
terpancar dari balik awan. Mentari pagi yang sedari tadi malu tuk keluar, kini
telah dengan pedenya menampakkan sinarnya seakan menyuruh kesembilan pemuda itu
tuk tersenyum.
Sebuah suara merdu terlantun dari belakang
mereka. Suara yang melantunkan lagu Back in Time dengan kata Hey!Say!JUMP
menggantikan setiap lirik yang
seharusnya terisi oleh kata J.J. Express.
Suara yang tak asing bagi kesembilannya
sentak membuat mereka segera menoleh pada orang itu.
Sedetik kemudian kesembilannya sudah tak
lagi meneteskan air mata mereka. Air mata yang sejak tadi keluar kini seakan
membeku dengan begitu tiba-tiba.
“Ini adalah hari ulangtahunku….. Ini
balasan bagi kalian karena suka mengerjaiku tahun-tahun lalu di hari
ulangtahunku. Minna, daisuki desu…….,” ujar pemuda itu dengan senyum yang
menghias bibirnya yang kemudian disusul dengan gelegar tawanya karena berhasil
mengerjai sahabat-sahabatnya itu….. “Wahahaha……. Aku benar-benar tak kan melupakan kejadian
hari ini,” tambahnya dengan tawa kemenangan menghias bibirnya.
Kesembilan pemuda lain hanya bisa terdiam
menatap sosok itu. Kesembilannya tak sanggup mengeluarkan kata-kata mereka.
Entah apa yang sekarang ada di pikiran kesembilan pemuda itu……
??????????
THE END……..
OTANJOUBI OMEDETOU YAMA-CHAN……
WE ALWAYS LOVE YOU…… ^^
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^