DEATH PHONE CALL
PART 2
Cast : All of membe Jump
Rating : NC – 13
Words : 1.710
================
Kematian Keito menyisakan tanda tanya bagi
semua pihak. Walaupun sudah dipastikan Keito mati dibunuh, namun tak ada
sedikitpun bukti yang mengarah pada orang yang dapat dijadikan tersangka.
Keito ditemukan tewas di dalam rumah yang
masih terkunci rapat. Tak ada sedikitpun tanda-tanda pengrusakan di rumah itu.
Semua ini terasa tak mungkin. Tak mungkin...
================
4 orang itu duduk diam di sudut ruang tamu
kediaman sensei mereka – Yabu sensei – sebuah kediaman mewah di atas pegunungan
yang kali ini tengah tertutup oleh salju musim dingin. Wajah mereka terlihat
sendu. Belum genap 1 bulan sahabat mereka – Inoo Kei – ditemukan mati bunuh
diri, kini giliran Okamoto Keito yang tewas dibunuh dan parahnya tak ada
sedikitpun petunjuk bahwa pembunuhan keji tersebut dilakukan oleh manusia.
“Kalian lihat nomer yang terakhir menelpon
Keito waktu itu kan?!” nada Hikari terdengar bergetar, ngeri mengingat apa yang
kemarin ditemukan oleh polisi – handphone yang tergeletak di samping ranjang
Keito – yang kini dijadikan barang bukti oleh polisi yang sempat membuat mereka
syok ketika polisi menanyakan soal telepon terakhir dengan nama Inoo Kei kepada
mereka.
“Sejak kemarin malam, nomer itu juga
menerorku dengan lantunan melodi Star Time – nomer kepunyaan Inoo Kei,” Yuto
terlihat tegang. Kedua bola matanya membelalak lebar sementara kedua tangannya
erat memegangi kepalanya. Ia begitu ngeri.
Menakutkan...
Yuya ikut bersuara, “Begitu juga denganku.
Semalaman aku tak bisa tidur karena pikiranku dipenuhi ketakutan akibat teror
phone yang sama. Sebenarnya ada apa ini...”
Belum sempat Yuya mendapatkan jawaban atas
pertanyaannya, kini perhatiannya teralih pada sahabatnya yang sedari tadi hanya
diam meremas-remas telapak tangannya dengan wajah yang teramat diselimuti
ketakutan.
“Kei... Inoo Kei... Entah kenapa, semua ini
semakin membuktikan bahwa Kei ingin membunuh kita...,” Ryutaro bersuara masih
dengan wajah yang sempurna dihinggapi ketakutan luar biasa.
“Mungkin ia ingin balas dendam pada
orang-orang yang tlah menghancurkan hidupnya,” Yuya bersuara. Semua pasang mata
mengarah tajam ke arahnya. “Aku juga sangat bersalah padanya...,” tambahnya
melanjutkan perkataannya barusan.
Ketiga temannya terlihat semakin memandangnya
lekat. “Memang salah apa yang kau perbuat padanya?” pertanyaan mengalir dengan
nada penuh tanda tanya dari sosok seorang Nakajima Yuto. Semua terlihat
menunggu jawaban dari Yuya, tapi pemuda berambut acak-acakan itu masih saja
bungkam.
“Ngomong-ngomong, dimana Yuri?!” Hikari
menggerakkan kepalanya perlahan menatap kesekeliling ruang karena daritadi
belum dilihatnya sosok Yuri.
Yuya menanggapi, “Daritadi ia memang belum
datang...”
Tiba-tiba keempatnya langsung memasang wajah
tegang. Sepertinya mereka berempat memikirkan hal yang sama. Ya...
Mereka tengah memikirkan hal yang sama.
Ketakutan andai Yuri juga menerima teror
telpon yang sama dan ialah yang akan menjadi korban berikutnya.
“Ohayou...,” suara Yuri yang baru saja
membuka pintu depan membuat keempat sahabat itu sedikit lega.
“Wah, aku yang terakhir ya?!” Yuri kembali
bicara sambil melangkahkan kakinya menuju 4 sahabatnya itu. Ryutaro hampir saja
berlari dan memeluk Yuri karena senangnya melihat sahabatnya itu. Namun,
niatannya itu urung ia lakukan begitu mengetahui Yuri tak datang sendiri. Ia
datang bersama seorang pemuda yang terlihat masih sangat muda – mungkin lebih
muda dari Yuri.
“Minna, kenalkan, dia tunanganku. Maaf
memberitahu kalian begitu tiba-tiba di suasana duka ini,” Yuri memperkenalkan
pemuda yang kini sudah berdiri di sampingnya itu pada keempat sahabatnya.
“Yamada Ryosuke desu, yoroshiku
onegashimasu,” pemuda itu membungkuk 80 derajat disusul senyuman manis yang
tersungging di wajah kakoinya.
Satu per satu, 4 orang yang tengah duduk di
sofa itu memperkenalkan diri mereka pada Yamada Ryosuke – tunangan Chinen Yuri.
================
“Apakah kau menerima teror phone dari Kei,
Yuri?” buru-buru Hikari bertanya sesaat setelah dua pasang manusia yang baru
saja datang itu merebahkan badan mereka di sofa.
Yuri memandang Hikari tuk sesaat. Perlahan
namun pasti, gadis bertubuh mungil itupun menganggukkan kepalanya dengan raut
wajah lemas tak seperti ketika ia datang barusan.
“Karena itu aku mengajak tunanganku kemari.
Aku begitu takut,” ia tak bisa membohongi raut ketakutan yang ada di wajahnya.
Namun perasaan tak enaknya itu hilang seketika ketika sepasang tangan hangat
menggenggam telapak tangannya dengan begitu erat. “Aku akan selalu melindungimu,
Yuri...,” Ryosuke dengan wajah yakinnya, berusaha menenangkan tunangannya itu.
“By the way, sejak kapan kalian tunangan?”
Ryutaro sedikit heran. Pemuda itu berpikir, tak mungkin sahabatnya itu tak
mengundang dirinya di hari pertunangan mereka. Namun, yang didapatinya hanya
senyuman Yuri yang tersungging dengan cepatnya – merespon pertanyaan Ryutaro.
“Kami baru saja bertunangan kemarin, tapi
hanya dihadiri kerabat dekat saja,” Ryosuke mencoba tuk memberikan jawaban atas
pertanyaan Ryutaro barusan.
================
Keenam orang itu masih mencoba duduk santai
sambil ngobrol saat menunggu keluarnya Yabu sensei. Tapi masih terlihat jelas
wajah kegelisahan di antara kelima murid Yabu sensei yang tersisa itu. Satu per
satu sahabat mereka mati. Apakah mereka juga akan bernasib sama?! ...
Tap tap tap...
Suara orang yang berlari dengan buru-buru
membuat keenam orang itu menghentikan obrolan mereka. Perhatian mereka kini
tertuju pada orang itu.
“Daiki, kenapa kau buru-buru seperti itu?”
Hikari mengajukan protes.
Daiki – si sopir sekaligus pembantu rumah
tangga di kediaman itu – yang masih terlihat terengah-engah segera memberikan
alasan kenapa ia begitu terburu-buru.
“Jalan... Jalan... Jalannya telah tertutup
oleh longsoran salju. Tadi saya ingin ke kota membeli kebutuhan dapur tapi
ternyata jalannya sudah tertutup. Tidak bisa dilalui...” itulah penjelasan yang
keluar dari mulut babu yang berlabelkan Arioka Daiki.
“Coba hubungi seseorang!” kata Yuya
memerintahkan. Kini semua orang di ruangan itu – minus Daiki – segera
mengeluarkan handphone mereka untuk mencoba mencari bantuan. Tapi semuanya
mendapatkan jawaban yang sama. Beberapa ruas jalan ke gunung ini terputus
akibat longsoran salju. Di cuaca yang begitu dingin di luar sana, butuh waktu
setidaknya 1 minggu untuk kembali menfungsikan jalanan.
“Apakah kita terkurung di sini?!” Yuto
terlihat ketakutan. Begitu juga dengan mimik wajah Hikari yang tak kalah
gelisahnya.
“Bukannya saat kita berangkat ke sini tadi
jalanan masih baik-baik saja?” Ryutaro bersuara. “Jangan-jangan semua ini
memang ulah arwah Kei...”
================
Di ruangan yang sama setelah kedatangan Yabu
sensei.
Daiki sambil menekuk kedua lututnya,
menghidangkan minuman hangat dan beberapa kue ke atas meja untuk tuannya dan
juga tamu-tamu yang datang.
“Kalian pasti sudah tau kenapa aku mengundang
kalian ke sini,” sensei mulai bersuara dan kelima murid plus pemuda berlabelkan
Yamada Ryosuke kini memperhatikannya dengan begitu serius.
“Maaf, sepertinya sebaiknya aku tidak turut
mendengarkan pembicaraan kalian,” Ryosuke membungkuk sejenak dan detik
selanjutnya ia melangkahkan kakinya menjauh dari pembicaraan antara guru dan
murid itu. Ryutaro merespon cepat dengan suara lirih, “sukurlah jika kau sadar
kalau kau tak pantas duduk di sini.”
Tak ada seorangpun yang mendengar ucapan
Ryutaro barusan. Sejujurnya, pemuda itu teramat iri pada Ryosuke.
Iri...
Tapi buat apa ia iri pada orang yang baru
saja dikenalnya??
Semua tahu jika Ryutaro menaruh hati pada
Yuri. Tapi kenapa Yuri dengan begitu tiba-tiba mengumumkan bahwa dirinya sudah
tunangan bahkan membawa serta tunangannya kemari? Pastilah itu begitu
menyakitkan bagi Ryutaro.
================
Pemuda itu berdiri di teras rumah memandang
butiran-butiran salju yang masih saja turun dengan cepatnya bagaikan rintik
hujan yang mulai deras.
“Kenapa kau di sini? Di luar dingin lho...,”
seseorang mengagetkan pemuda itu. Tapi kekagetannya itu tak berlangsung lama
begitu menyadari suara barusan milik Daiki – pembantu di rumah ini.
“Kau yang bernama Daiki, kan? Perkenalkan,
aku Yamada Ryosuke – tunangan Chinen Yuri,” pemuda itu mengulurkan tangannya
dan Daikipun segera menjabat uluran tangan pemuda itu.
Daiki cukup tersipu. Baru kali ini ada orang
yang mau menjabat tangan seorang babu seperti dirinya.
“Apa kau menyukai nona Yuri?” Daiki bertanya
ragu-ragu.
“Ya, tentu saja. Bahkan aku rela mati demi
dia dan rela melakukan apapun asal itu membuatnya bahagia,” Ryosuke menjawab
yakin dengan senyum yang menghiasi ketampanan wajahnya.
Daiki sempat tertegun sejenak memandangi
senyum Ryosuke itu. Kenapa ini... Ada suatu perasaan aneh yang menelusup.
“Ayo kutraktir minum soda...,” Daiki
memberanikan diri tuk mengajak Ryosuke. Dan beruntungnya, Ryosuke mengiyakan
ajakannya itu.
Keduanya melangkah beriringan menuju dapur.
Ryosuke sempat berhenti sejenak memandangi beberapa baris botol soda yang ada
di kulkas begitu Daiki membuka kulkas tadi.
“Kenapa ada sebanyak ini botol soda?” pemuda
itu segera menyampaikan hasrat ingin taunya karena merasa cukup tidak wajar melihat
pemandangan itu.
Daiki tersenyum, pemuda itupun segera memberi
penjelasan. “Setelah bercakap-cakap, biasanya murid-murid tuan Yabu suka minum
soda. Jadi aku sengaja menyiapkan banyak botol di sini agar bisa setiap saat
diisi ulang dan beberapa tadi sudah aku isi lagi dengan soda.”
“Oh...,” respon Ryosuke paham sambil membuka
tutup botolnya dan meneguk cairan di dalam botol itu.
Tap tap tap...
Seseorang dengan langkah buru-buru berjalan
ke arah mereka.
Yuto...
Pemuda itu melangkah cepat dengan wajah yang
begitu diselimuti ketakutan dan jelas ia tampak teramat pucat.
“Beri aku soda!!” ia memerintahkan dengan
nada bergetar.
“Nakajima-san...”
“Cepat!!” ia membentak, dan Daikipun hanya
bisa tersentak dan secepat mungkin mengambilkan permintaan pemuda yang kali ini
sudah berdiri tak jauh dari tempatnya berpijak.
Yuto terlihat bergetar ketika menerima botol
soda dari Daiki. Ia mengocok botol itu masih dengan tangan yang bergetar
sementara wajahnya menyiratkan perhatiannya sedang tak sepenuhnya ada di situ.
Buru-buru ia meneguknya cepat. Minuman yang
masih menggumpalkan soda itu segera habis diteguk pemuda itu.
“Nakajima-san... Anda baik-baik saja?” Daiki
terlihat bertanya ragu karena merasa cukup kasian melihat wajah Yuto yang
begitu pucat.
Tiba-tiba nafas pemuda itu terdengar
terputus. Lehernya bagai tercekat mengiringi wajahnya yang membiru dengan
begitu cepat.
“Woe... Kenapa dia?!” Ryosuke panik melihat
kejadian yang begitu tiba-tiba itu.
Suara Ryosuke tadi membuat semua orang –
minus Yabu sensei – buru-buru datang ke tempat itu.
“Kyaa...,” Hikari langsung histeris. Wajah
orang yang begitu dikenalnya kini sudah terbaring tak bernyawa di lantai.
Terbaring dengan wajah membiru dan mata mulut yang membuka lebar...
Mengerikan...
“Kutukan... Ini kutukan...,” Ryutaro
bergumam. Pemuda itu jelas melihat nomer yang beberapa saat lalu menelepon Yuto
tapi tak diangkatnya. Nomer hp Inoo Kei. Hal yang membuat Yuto begitu ketakutan
hingga memutuskan untuk pamit sejenak dari pembicaraan mereka dengan Yabu sensei
tadi.
Kutukan...
Ryutaro masih syok. Ia yang duduk di samping
Yuto tadi benar-benar melihat jelas nama Inoo Kei terpampang ketika Yuto
menerima panggilan. Dirinya yang masih belum sepenuhnya sadar, tiba-tiba
dikagetkan dengan getaran handphone kepunyaannya. Tanpa pikir panjang, pemuda
itu segera mengambil hp disakunya namun dengan tiba-tiba ia kaget dan
melemparkan begitu saja hp itu menjauh darinya – terlempar membentur dinding
dapur dan jatuh ke lantai...
Inoo Kei...
Memanggil...
TBC == To Be Continued
==================
Yak, ternyata korban kali ini adalah Nakajima Yuto.
Selamat bagi yang sudah menerka dengan benar. Ada gak ya yang berpikir kalau
Yuto adalah korban di part ini??
Bagi yang menjawab dengan benar, akan mendapatkan sebuah
bingkisan kumpulan boxer Jump [hanya dalam mimpi]
Siap untuk pertanyaan part ini?
Question:
Siapakah korban selanjutnya? [lho kok pertanyaannya masih
sama?!]
Baca cerita ini jadi inget bagian cerita komik tantei gakuen Q. Ngomong2, aku suka bagian yamachii. Thx
ReplyDeleteGanbare 😃😃
ReplyDeleteGanbare 😃😃
ReplyDeleteBaca cerita ini jadi inget bagian cerita komik tantei gakuen Q. Ngomong2, aku suka bagian yamachii. Thx
ReplyDelete