Saturday, 26 November 2011

Shinning Stars [Inoo Kei's Bithday]


SHINNING STARS
(SPECIAL FOR INOO KEI'S BIRTHDAY)

Author : Rin Jumpers aka Rin Fujiyama
Genre  : Friendship
Type    : One Shot
Rating : SU (Semua Umur) <<<< masih belum paham jenis rating
Pairing : Inoo x Member Jump
Guest   : Nakayama Yuma

TOS (Time of Story)   : 20 Juni 2011 – 22 Juni 2011
POV (Point of View)  : Author

Douzoo…..

==================
==================

20 Juni 2011

Dilupakan…

Satu kata yang mungkin selalu mondar-mandir di kepala pemuda yang tengah duduk diam memandang horison sang surya di kala senja ini.
Raut wajahnya begitu sendu. Iris kedua bola mata sang pemuda tak berhenti terpaku menatap cahaya merah yang memancar terang dari horison di ufuk barat.

Terduduk diam di kursi kamarnya – menghadap jendela yang tengah terbuka dengan sempurna – sejak 40 menit lalu – seorang diri. Suatu hal yang sudah sering ia lakukan namun tetap saja ia tak pernah bisa menahan luapan amarah yang bergejolak di hatinya tiap kali ia melakukan hal itu.

Punggungnya sudah tak lagi bersandar di kursi. Ia berdiri. Terpaku dengan wajah sempurna menahan emosi.
Perlahan namun pasti, kedua tangannya mulai beraktivitas bersama dengan gerakan yang teramat kasar.

“Sreet Brruuk Brruuk Bruuk…”
Semua benda yang ada di meja belajarnya kini telah berpindah tempat. Terbanting dan terjatuh tak beraturan menjadi korban luapan amarah si empunya. Buku-buku kuliah, alat-alat tulis, serta sebuah bingkai foto yang terlentang tertindih buku-buku lainnya.

Langkah kakinya perlahan berjalan menuju tumpukan benda-benda itu. Diraihnya sebuah benda yang tadi tertindih di bawah tumpukan buku-buku – sebuah bingkai foto.

“Kei, ada apa ini?” ibu dari si pemuda yang datang karena mendengar suara barang-barang yang terbanting, terlihat khawatir melihat kamar anak sulungnya yang kini tak lagi rapi seperti biasa.
Sang ibu – Nyonya Inoo – segera menghentikan niatnya tuk memberikan pertanyaan susulan ketika melihat linangan air mata sudah deras membanjiri wajah putra satu-satunya itu.

Si ibu memahami apa yang tengah dipikirkan oleh putranya. Dihampirinya sang pemuda tadi dan uluran tanganpun kini telah sempurna mendarat ringan di bahu kanan Kei.
Nyonya Inoo turut memandangi foto sepuluh pemuda di tangan Kei. Sepuluh wajah yang sangat ia kenal dan salah satu siluetnya adalah pemuda yang tengah berdiri di sampingnya ini – putranya – Inoo Kei.

Si anak, menangis...
Perlahan Kei mencoba mulai bicara dengan kata yang masih terbata-bata karena ia tengah berusaha menghentikan isakan tangisnya.
Kedua tangannya semakin erat menggenggam foto itu.

“Semuanya memiliki kesibukan, kaa-san. Aku bosan menghabiskan waktu tanpa melakukan apapun sementara wajah-wajah sahabatku hampir setiap saat menghiasi layar kaca di acara-acara mereka. Hanya aku… hanya aku yang tak pernah memiliki kesempatan. Kenapa aku tak bisa seperti mereka, kaa-san?! Kenapa?! Kenapa?!”

Sang ibu hanya diam. Tapi tentu saja tak akan diam untuk waktu lama membiarkan putranya terus menangis.
Beberapa detik berikutnya, nyonya Inoo langsung memeluk erat sosok yang masih menangis itu. Sementara pemuda yang tengah dipeluk, kini sudah tak lagi bisa menahan luapan air mata yang tengah berlomba-lomba mengucur keluar dari kedua mata sipitnya. Tangisannya semakin menggema keras menggetarkan dada si anak.

Benar-benar sakit hati yang teramat sangat bagi si pemuda mengingat ia tak pernah bisa mengalahkan kesembilan temannya...

==================

21 Juni 2011

“Kami pergi duluan ya...,” Yamada berpamitan kepada teman-temannya yang tengah duduk santai sehabis latihan di ruang dance Jimusho. Chinen yang berjalan di belakang Yamada, kini segera melambaikan tangan pada kedelapan pemuda lainnya.

Keduanya segera meninggalkan tempat latihan. Mereka berdua harus shooting acara Hey Hey Hey hari ini dengan NYC sebagai guest di acara itu. Nakayama Yuma, Yamada Ryosuke, dan Chinen Yuri...

Sosok yang tengah duduk diam di sudut itu masih saja menenggelamkan wajahnya di antara kedua kakinya. Hanya ia yang tak menggubris kepergian Yamada dan Chinen tadi.

“Inoo-chan, tumben hari ini kau diam saja?!” suara Yuya yang tiba-tiba mengajukan pertanyaan, segera membuat pemuda itu mengangkat wajahnya yang sedari tadi ia sembunyikan. Dengan segera ia melayangkan senyuman pada teman yang tengah menatap lekat ke arahnya itu.
Senyuman yang begitu manis, hingga tak seorangpun pernah menyadari beban mental yang selama ini ditanggungnya.

“Ayo kita lanjutkan latihannya,” ia bangkit dengan tangan terkepal dan suara yang mantap yang sukses membuatnya mendapatkan perhatian penuh dari tujuh orang lainnya di ruangan itu. Lagi-lagi ia tak lupa melayangkan senyuman.

“Gomen ne... Aku dan Hikaru harus pergi sekarang,” pemuda paling tua segera menyela pembicaraan.
“Aku baru saja mendapat email kalau kami berdua harus shooting YY Jumping sekarang yang seharusnya jadwalnya esok sore,” Hikaru segera memberikan penjelasan.

“Wah, kebetulan aku juga harus menjemput Shintaro, jadi aku latihannya hanya sampai di sini saja ya...” Ryutaro segera mengemasi pakaiannya dan kembali memakai atribut penyamaran yang wajib dikenakan para artis agar tidak diserbu para fansunya di luar sana.

Yabu, Hikaru, dan Ryutaro melangkahkan kakinya berurutan meninggalkan ruangan itu. Kini bayangan ketiganya perlahan lenyap dari pandangan kelima pemuda lain yang masih di dalam ruangan.

----------------------------------

Waktu terus berlalu...
Kini hanya tinggal dua sosok yang masih terlihat duduk berdua di ruangan yang tadinya ramai oleh gerak latihan sepuluh pemuda.

Keadaan sedikit tidak mengenakan. Keduanya hanya diam. Salah satu sosok itu ingin berusaha mencairkan suasana, tapi ia selalu mengurungkan niatnya setiap kali melihat wajah murung Kei.

Dentangan jarum jam yang terdengar jelas karena kesunyian ruangan itu, membuat Yuya semakin erat mengepalkan kedua tangannya. Ia tengah mengumpulkan keberanian yang sedari tadi entah hilang kemana meninggalkannya seorang diri.

“Akhir-akhir ini kau terlihat aneh,” akhirnya Yuya berhasil membulatkan tekadnya untuk mengeluarkan kalimat itu biarpun ia hanya berani bersuara lirih yang mungkin orang yang duduk di sebelahnya itu tak mendengar kata-katanya barusan.

“Apa aku begitu payahnya sampai tak bisa seperti mereka?” Inoo terlihat semakin murung. Selama ini ia selalu berusaha menyembunyikan kegelisahan hatinya itu dari yang lain. Tapi tidak kali ini...
Rasanya ia sudah tak lagi kuat menahannya seorang diri. Dia butuh orang tuk berbagi.

“Inoo-chan...”
Entah kenapa perasaan sedih segera menghinggapi pemuda yang selalu tampil dengan mode sangar itu – Yuya. Tidak seperti biasanya, ia benar-benar merasa sedih melihat kemurungan Kei yang baru ia lihat kali ini.

Semenjak mengenal Kei lebih dari 5 tahun yang lalu...
Sejak mereka satu grup bersama saat junior di JJ Express...
Saat keduanya akhirnya debut sebagai Johnny’s dengan label group Hey!Say!JUMP...
Baru sekali ini dilihatnya wajah Kei yang luar biasa menyayat hatinya.

“Aku ingin mereka mati!!”
Kalimat itu mengalir begitu saja yang sukses membuat Yuya kaget luar biasa. Kata-kata yang jelas tak pernah Yuya bayangkan bakal keluar dari mulut seorang Inoo Kei.

“Aku ingin mereka mati!! Aku ingin mendapatkan semua yang mereka miliki. Aku tak peduli... seharusnya mereka tak pernah terlahir di dunia ini. Harusnya aku yang mendapatkan semua... bukan mereka!!”

Kei segera melangkahkan kakinya cepat meninggalkan Yuya. Yuya yang masih tidak memahami maksud perkataan Kei dan alasan kenapa temannya itu sampai mengatakan hal semengerikan barusan, segera menyadarkan kembali dirinya untuk segera meminta penjelasan pada Kei.

Lengan itu berhasil diraihnya sebelum si empunya lengan bisa berlari lebih jauh lagi.

“Lepaskan aku, Takaki!! Biarkan aku pergi,” Kei akhirnya menolehkan wajahnya memandang lekat wajah orang yang tengah menggenggam erat lengannya.

Kini Yuya bisa melihatnya dengan jelas...
Melihat wajah Kei yang sudah penuh oleh linangan air mata.

Kenapa ini?!

Pemuda dengan postur yang lebih tinggi itu – Yuya – tak kuasa menahan air matanya. Ia tak tahu alasan kenapa ia menangis. Tapi...

“Kumohon, Kei... Jangan seperti ini!!” baru kali ini Yuya memanggil nama kecil Kei.
“Critakan padaku. Critakan semuanya...”
“Mungkin aku tak bisa membantu apapun. Tapi aku benar-benar ingin bisa meringankan bebanmu sedikit saja. Ku mohon... jangan seperti ini,” Yuya menangis...

Shinning shinning shinning star...
Fly fly
Make it make it make it
Wo wo wo...

Lantunan ringtone pertanda email masuk, membuat keduanya kini terdiam. Keduanya masih sempurna bermandikan linangan air mata. Perlahan, Kei menggambil handphone di saku celananya.
Detik berikutnya, giliran handphone milik Yuya yang berdering. Berdering dengan nada yang sama dengan kepunyaan orang di sebelahnya itu.

Sedetik kemudian setelah keduanya membaca email yang barusan masuk, tangan mereka menjadi bergetar hebat. Kedua pasang kaki itu serasa lemas. Tatapan kedua pemuda itu kini telah kosong. Tak ada lagi air mata yang mengalir dari kedua bola mata mereka.
Keduanya seakan tak percaya dengan tulisan yang barusan mereka baca.

Tak lama kejadian itu berlangsung, kini Kei dan Yuya hanya bisa saling tatap. Saling tatap yang sedetik kemudian kembali memecahkan tangis di antara keduanya.

Kedua pemuda itu berlari...
Berlari dengan cepatnya...
Berlari untuk segera mencari taksi menuju tempat yang tertulis di email mereka – email yang sama.

Ratusan pasang mata mengarahkan pandangan ke kedua pemuda itu. Kei dan Yuya tak lagi mempedulikan untuk menyembunyikan wajah mereka di depan umum. Teriakan para fansu yang melihat mereka berdua, tidak mereka pedulikan.
Mereka tak peduli...
Mereka harus segera mendapatkan taksi.

==================

Yamada dan Chinen mengalami kecelakaan ketika keduanya tengah dalam perjalanan menuju lokasi shooting. Sebuah mobil yang dikendarai oleh orang yang tengah dalam pengaruh alkohol, menabrak keduanya tepat di depan studio Hey Hey Hey saat mereka tengah menyeberang.

Pemuda-pemuda di depan ruangan itu terlihat jelas ketidaktenangan di wajah mereka. Tak ada seorangpun di antara mereka yang mengeluarkan sepatahkatapun. Semua hanya diam.
Diam menunggu...

Daiki mondar-mandir di depan ruang itu.
Keito duduk di sebelah Ryutaro yang keduanya teramat tegang kali ini. Begitu juga dengan Yabu dan Hikaru, keduanya tak bisa mengeluarkan kata sepatahpun untuk bisa menenangkan teman-teman di depan mereka ini karena keduanya juga tak kalah tegang menanti kabar dari pihak medis.

Yuto terlihat paling syok. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Sekalipun, ia tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi – terjadi pada sahabatnya sedari kecil – terjadi pada dua sahabat yang juga teman sekelasnya selama beberapa tahun terakhir semenjak bergabung dengan talent agensi ini.

Yuma yang duduk di sebelah Yuto, tahu benar apa yang tengah Yuto rasakan. Seharusnya, mungkin Yumalah yang seharusnya paling syok karena kejadian itu terjadi tepat di depan matanya saat ia sempat tersenyum dan melambaikan tangan dari sisi jalan lainnya pada Yamada dan Chinen beberapa detik sebelum kecelakaan itu terjadi.

----------------------------------

TAP TAP TAP...

Dua pemuda berlari dari kejauhan di koridor rumah sakit ini. Siluet yang tidak kalah tegang terpampang jelas dari keduanya.

“Bagaimana keadaan mereka?” Yuya segera menyampaikan hasratnya yang sudah pasti ingin segera tahu.

Tak ada seorangpun yang menjawab. Keduanya segera merebahkan tubuhnya dan duduk di kursi di samping Yuto dan Yuma.

“Aku sangat membenci mereka berdua...,” kalimat yang keluar tiba-tiba dari eksistensi seorang Nakajima Yuto, membuatnya kini mendapatkan tatapan penuh tanda tanya dari semua pasang mata yang ada di tempat itu.

Pemuda itu masih menundukkan kepalanya sementara yang lain masih menatapnya berharap ia akan mengeluarkan kalimat-kalimat susulan.

“Aku membenci ketenaran mereka saat ini. Dulu saat masih junior, mereka berdua tak bisa menyentuhku sedikitpun – menyentuh dalam artian yang lain. Jika boleh jujur, aku ingin sekali saja bisa merasakan ada di posisi mereka. Posisi seorang idola. Tak seorangpun menyangkal kalau mereka berdualah yang memiliki penggemar paling banyak di Hey!Say!JUMP,” Yuto memulai menumpahkan semua perasaannya.

“Kini mereka berdua tampil di banyak acara. Aku semakin iri pada mereka. Apalagi setelah mereka kembali debut bersama Yuma sebagai NYC... Rasanya aku ingin agar mereka mati. Aku sangat membenci mereka. Membenci kepopuleran mereka yang telah semakin jauh melebihiku,” iapun akhirnya menangis...

Semuanya masih terdiam memandang Yuto. Begitu juga dengan seorang pemuda yang hatinya ikut bergetar hebat mendengar setiap kata yang dilontarkan oleh pemuda jangkung barusan.
Inoo Kei...
Kepalan kedua tangannya semakin kuat menahan getaran hebat yang bergejolak di hatinya.

“Tapi...”
Yuto kembali bersuara.
“Mereka berdua adalah sahabatku. Sahabat yang tumbuh besar bersamaku. Dua orang yang aku tahu betul bahwa mereka berusaha dengan segenap kemampuan mereka untuk mendapatkan posisi mereka saat ini. Aku tak bisa menyangkalnya...”

“Melebihi apapun, aku tak ingin kehilangan mereka. Karena, aku akan bersinar bersama mereka, dan akupun akan tenggelam juga bersama keduanya. Karena tak ada yang bisa melebihi arti dari sahabat,” tetesan demi tetesan linangan air mata telah membasahi lantai di bawah kaki pemuda itu – Yuto.

Semuanya kini sempurna menenggelamkan wajahnya. Mengingat kembali kenangan-kenangan yang telah mereka lalui bersama semenjak awal perjumpaan mereka di kala junior.

Kei masih mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Ia berusaha menahan tangis.
Kata-kata Yuto barusan, sukses membuatnya menyadari arti dari persahabatan mereka selama ini.

Bertahun-tahun tumbuh besar bersama. Memulainya bersama dari awal sebagai junior...
Pemuda itu perlahan menyadari. Ia – Inoo Kei – tak ubahnya seperti yang lain. Tumbuh besar bersama sebagai sahabat dan juga rival. Ada kesenangan dikala bersama dan juga perasaan cemburu melihat kesuksesan yang lain. Tapi...
Alasan itu seharusnya tak kan cukup baginya tuk bisa membenci sahabat-sahabatnya. Karena kecemburuannya hanyalah hal biasa yang pastinya juga dirasakan oleh sahabat-sahabat di sampingnya itu. Ada hal pada dirinya yang mungkin juga membuat yang lain cemburu padanya.

Ia sadar...
Tak ada orang yang sempurna.
Ia harus mensyukuri karena ia adalah seorang bintang sekarang. Seorang bintang yang memiliki banyak sahabat yang selalu menyokongnya dari belakang.

Benar apa yang telah dikatakan Yuto. Mereka adalah shinning stars. Bintang yang akan bersinar dan meredup bersama. Karena mereka satu...

Perasaan mereka menyatu. Merasakan juga sakit yang tengah dirasakan oleh Yamada dan Chinen saat ini...

==================

22 Juni 2011

Pemuda itu hampir saja melupakan hari ulang tahunnya. Melupakannya seperti tahun-tahun sebelumnya.

Tahun pertama ia debut sebagai Hey!Say!JUMP, ia hanya mendapatkan ucapan dari Yabu, Hikaru, dan Daiki. Begitu juga dengan tahun-tahun berikutnya, tak ada yang spesial.

Tapi hari ini...

“Otanjoubi Omedetou, Inoo-chan...,” dua pemuda itu memberikan ucapan pada pemuda yang sedang berulang tahun. Keduanya mengembangkan senyum mereka yang paling manis.

Kei menangis...
Menatap kedua sahabat yang mungkin dari awal tidak begitu dekat dengannya karena segi umur. Dua sahabat yang baru saja ia sadari betapa penting arti keduanya bagi dirinya.

“Yama-chan... Chinen...,” suara lirih Kei bergetar mengiringi isak tangisnya.

“Kami tak mungkin mati. Karena kami masih ingin hidup untuk memberi ucapan selamat ulang tahun secara langsung padamu,” Yamada bersuara dengan suara yang cukup jelas sambil mengembangkan senyum di bibirnya.

Pelukan hangat dari ketujuh pemuda lainnya segera diterima oleh Kei.
Kei menangis...
Tahun ini ia tak mendapat kado apapun dari sahabatnya.
Tapi...
Berkumpul bersama di ruang rumah sakit ini bersepuluh, membuatnya mendapatkan hadiah ulang tahun yang tak kan pernah bisa ia lupakan. Hadiah yang selama ini ia inginkan...

Merayakan ulang tahun bersepuluh dengan sahabat-sahabat yang selama ini sulit dilakukan karena kesibukan masing-masing.
Tapi tidak kali ini...

Inoo-chan...
Otanjoubi Omedetou
Keep your smile
We always love you
Gambarimasu ^^

Jika kecelakaan kemarin tak terjadi, mungkin ia masih belum bisa memaknai arti dari persahabatan. Karena kejadian itu juga akhirnya ia menyadari...
Ia salah seorang Jump, salah satu dari 10 shinning stars yang akan terus bersinar terang bersama karena sahabat-sahabatnya itu akan terus menyokongnya.

“Minna... Hountouni Arigatou...,” kalimat terakhir Kei sebelum akhirnya ia memecahkan tangisnya secara luar biasa dalam pelukan sahabat-sahabatnya yang lain.

“Memang benar... Oretachi wa Hey!Say!JUMP... Shinning stars yang akan terus memancarkan sinar menerangi satu sama lain sehingga tak akan ada salah satu di antara kami yang padam. Biarpun akhirnya bintang itu harus padam, mereka akan padam bersama,” sebuah pernyataan yang saat ini mungkin ada di kepala kesepuluh pemuda itu.
Sebuah pemikiran yang sama.



SHINNING STARS

========================
THE END

No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers