Saturday 1 June 2013

[Fanfic - HSJ] SILENCE Chap. 5 : Balas Dendam

Hey!Say!JUMP Fanfiction (Indonesia)

Title : SILENCE


Happy Reading…


*********************

Chapter sebelumnya :

“Dunia ini tidak hanya ditentukan oleh angka-angka yang tertulis itu. Mungkin kau belum pernah merasakan tidak memiliki kesempatan kedua, dan suatu hari, kau pasti akan merasakan rasa sakitnya tak lagi memiliki kesempatan…”

“Dan saat hari itu tiba, kau akan sadar betapa kejamnya dirimu yang sekarang…”

Itulah nasehat terakhir dari Kei sebelum akhirnya pria paruh baya itu meninggalkan ruang tersebut dan kembali ke meja kerjanya untuk membereskan barang-barangnya – ia telah dipecat…


*********************
Chapter 05 = Balas Dendam

*********************

Aina terlihat begitu buru-buru melangkahkan kakinya menuju perusahaan super besar yang memang tak jauh dari lokasinya berjualan. Gadis itu telah mendengar semuanya.

Ia tahu…
Pamannya telah dipecat.

Ia tak mampu menerima pemecatan sepihak itu. Gadis itu yakin, pamannya – Kei – tak layak menerima semua itu.

Dengan sigap, Daiki yang tahu pasti apa yang akan diperbuat gadis itupun dengan segera mengejar si gadis. Sementara Kei, iapun tak mampu berbuat apa-apa menyadari bagaimana sifat kedua anak muda yang selama belasan tahun ini telah ia rawat dan dibesarkannya seorang diri.
“Aku harap tak akan terjadi apapun pada mereka,” Keipun hanya mampu membatin dan berharap.

Dalam batinnya, jelas pria paruh baya itu – Kei – merasa bersalah andai ia tak lagi mampu menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup ketiganya di bawah atap yang sama. Apalagi, keinginan terbesar Kei adalah untuk sekali lagi dapat mendengar suara Aina – dan ia bekerja selama ini memang tak lain untuk mengumpulkan uang demi pengobatan gadis yang sudah ia anggap sebagai anak perempuannya.

Sementara itu…
Kembali pada Daiki dan Aina yang kini tengah mencoba menuntut keadilan.
Hanya membutuhkan waktu 2 menit bagi keduanya – Aina dan Daiki – untuk sampai di tempat tujuan mereka.
Gadis itu tanpa takut memasuki perusahaan tersebut…
Beberapa kali Daiki mencoba merubah pikiran Aina agar tak berbuat nekad, namun semua kata-katanya tak mampu membuat si gadis tenang dan menurut.

Daiki hanya khawatir, mereka akan mendapat masalah lebih besar andai salah bertindak.

“Dimana direkturmu?!” gadis itu bertanya pada dua penjaga yang berada tepat setelah pintu masuk – bertanya tanpa ada sedikitpun keraguan.
Sementara Daiki hanya mampu diam – setidaknya pemuda itu akan tetap diam asal gadis di sampingnya ini tidak mendapat perlakuan yang tidak diinginkannya.

Tapi…
Tak ada jawaban…
Kedua manusia berpakaian security itu masih menatap bingung.

“Ia bertanya di mana direkturmu?” Daikipun segera menjelaskan maksud dari gerakan-gerakan tangan Aina pada kedua penjaga di hadapan mereka itu.

Belum sempat kedua penjaga itu berbicara…

“Ada apa kau mencariku?”

Tanpa disadari, orang yang tengah dicari ternyata ada di dekat mereka – kebetulan tengah lewat bersama para kepala bagian lainnya – tengah mendiskusikan sesuatu.

Aina cukup terkejut mengetahui bahwa orang yang ditemuinya pagi tadi ternyata adalah direktur di perusahaan besar ini – tak pernah menyangka pemuda semuda dirinya memiliki jabatan seprestisius itu. Apalagi, terlihat usia pemuda itu tak jauh berbeda dengan dirinya.

Kedua pandangan mata mereka kembali bertemu…
Pandangan antara seorang pemuda tampan nan kaya raya berlabelkan Yamada Ryosuke dan gadis bisu tanpa pangkat bernama Matsumoto Ainami.

Ryosuke berjalan perlahan mendekati si gadis.

Awalnya, Aina masih diam memandang pemuda yang tengah berjalan ke arahnya itu, namun si gadispun dengan segera kembali memainkan tangan-tangannya membuat pemuda di hadapannya sedikit bingung. Dan alhasil, Daikipun kembali yang harus memberikan penjelasan. “Dia bilang, kau harus terlebih dulu mendengarkan penjelasan sebelum memecat para pegawaimu,” terang Daiki – membuat kedua mata Ryosuke kini beralih memandangnya.

Tapi…
Sekali lagi…
“Oh jadi ternyata hanya para pembuat masalah…” respon Ryosuke dengan nada dinginnya tak mempedulikan kata-kata yang barusan didengarnya. Ia tak memiliki waktu untuk mendengarkan keluhan-keluhan semacam itu.

“Kalian berdua…,” pemuda itu mengarahkan tatapan dinginnya pada dua penjaga tadi, “aku beri kalian waktu 1 menit untuk mengusir para pembuat masalah ini. Jika kalian tidak sanggup, kalian besok tidak perlu kembali ke tempat ini untuk bekerja,” satu perintah tersebut terlontar, dan pemuda itupun kembali melangkah bersama para kepala bagian dan kembali melanjutkan diskusinya yang sempat terpotong tadi.

Tak ada niatan sedikitpun untuk mengurusi masalah seperti itu.

Sebuah perintah yang begitu tegas dan tak mempedulikan orang lain tentunya…

Daiki dan Ainapun tercengang dibuatnya.
Benar-benar pemuda yang sok berkuasa dan begitu menyebalkan – itulah kesan yang mereka terima.

Tapi…
Tentu saja…
Pengusiran ini tak akan mampu membuat si gadis menyerah – menyerah untuk mendapatkan tanggapan atas komplainnya.

Menyadari raut wajah Aina, Daikipun segera berteriak ke arah direktur muda yang sudah beberapa belas meter meninggalkan mereka. “Kami pasti akan mencarimu lagi,” teriak Daiki yang masih dihalang-halangi petugas keamanan yang tadi diperintahkan untuk mengusir mereka.

==============
==============

Di ruangan itu, Ryosuke terlihat asik memainkan laptopnya. Bukan hal yang biasa tentunya melihat seorang Yamada Ryosuke tersenyum memandangi benda persegi panjang itu.

Nampak sebuah imo cemberut di layar itu – sebuah pesan dari seorang wanita yang beberapa tahun terakhir ini menjadi sosok penting dalam kehidupan Ryosuke.

“Apa?!”
Ryosukepun memberikan balasan pesan yang barusan diterimanya.

Tak lama berselang, balasanpun kembali diterima pemuda itu.
“Aku baru saja dimarahi bosku…” itulah yang tertulis di sana.

Ryosukepun masih tersenyum santai dan kembali mengetik pesan balasan, “Aku sudah bilang, lebih baik kau bekerja di sini saja.”
Send…
Ryosuke masih tersenyum – memainkan kembali jemarinya dan mengetik kata-kata yang terkesan menggoda – pemuda itu terlihat begitu nyaman dengan hubungan itu.

Balasan tak kunjung datang…

Wanita di ujung satunya ternyata semakin cemberut dengan segala godaan dari Ryosuke.

“Kau menangis?”
Pesan itu baru saja terpampang di layar komputer si wanita – dapat dipastikan pemuda di ujung satunya tengah khawatir karena tak kunjung jua mendapat balasan.

Bukannya mengetik balasan pesan itu, si wanita malah menghubungkan keduanya dengan panggilan video.

“Jangan berharap aku akan menangis…”
Kini wajah wanita itu nampak di layar laptop Ryosuke – Ryosukepun hanya mampu menahan senyum – karena pemuda itu memang dikenal hampir tak pernah tersenyum kecuali pada ibunya – Yamada Rubi.

“Sekarang pacarmu ini sedang ingin makan banyak!”
Wanita itu kembali berbicara. “Aku akan makan sebanyak-banyaknya sampai aku gila…”

Hahahaha…
Pemuda itu benar-benar ingin tertawa, tapi tentunya tetap ditahannya – ingin tertawa bukan karena kata-kata wanita tersebut, melainkan karena merasa lucu saja setiap melihat wajah pacarnya yang tengah marah – sebuah senyuman tertahan yang menciptakan lesung pipit di pipi kirinya – benar-benar terlihat begitu manis...
Tak sedikitpun nampak kalau pemuda dengan senyum semanis itu adalah seorang direktur yang terkenal dengan sikap keras dan tegasnya, serta tak mentolelir segala jenis kesalahan sekecil apapun.

==============
==============

Ryosuke baru saja turun dari mobil – tentunya setelah sopirnya membukakan pintu untuk pemuda itu.

Dilihat dari sudut manapun, pemuda yang akan merayakan ulang tahunnya yang ke-24 beberapa hari lagi itu memang terlihat begitu sempurna.

Wajah tampan…
Dandanan rapi dan berkelas…
Pakaian bermerek…
Tunggangan nan mewah…
Lulusan Magister dari universitas oxford di usia semuda itu…
Semuapun akan mengakui betapa sempurnanya kehidupan pemuda yang satu ini.

Kembali pada aktivitas Ryosuke.
Pemuda itu memasuki restoran mewah – tempat ia akan makan siang dengan pacarnya yang tadi baru saja marah-marah yang katanya habis dimarahi si bos.

Di sudut yang tak terlihat…
Tanpa diketahui pemuda itu, nampak Daiki dan Aina tengah memata-matainya.

Ainapun menatap Daiki sesaat, dan tersenyum usil pada pemuda itu. Dapat dipastikan, gadis itu tengah memiliki rencana jahil untuk sedikit memberikan balasan pada pemuda sok berkuasa yang telah memecat pamannya.

Alhasil…
Daiki lagi-lagi tak mampu berbuat apapun – menghela nafas pasrah, dan memilih untuk mendukung segala tindakan Aina – sesekali mencuri pandang, karena iapun tak mampu membohongi perasaannya kalau ia sangat merasa bahagia dengan melihat wajah Aina yang tengah tersenyum.

Gadis itu menyiramkan sisa mie yang tak laku hari ini pada mobil direktur muda itu ketika sopir pribadinya tengah asik menelpon.
Seorang gadis seumuran Aina yang melewati tempat itupun hanya mampu menatap tak paham memandangi tingkah Aina – gadis yang tak lain adalah pacar Ryosuke.

“Apa kau telah berbuat salah pada seseorang?”
Itulah kalimat pertama yang keluar dari bibir gadis itu sesaat setelah menyapa Ryosuke.

Ryosukepun tak mengerti maksud dari kata-kata itu.

“Lihatlah…”
Gadis itupun menunjuk pada mobil Ryosuke yang tengah diparkir di luar – menampilkan sebuah pemandangan yang tak pernah diperhitungakannya akan terjadi.

Ryosuke nampak terkejut sekaligus geram. “Tunggu aku, aku akan segera kembali,” itulah kata-kata Ryosuke sebelum beranjak berlari ke arah mobil mewahnya itu.

“Hei!! Apa yang kau lakukan?!” teriakan dari Ryosuke itu membuat Aina segera menghentikan aktivitasnya.
Begitu juga dengan sopir Ryosuke yang segera menutup teleponnya dan sedetik kemudian nampak terkejut tak menyadari apa yang baru saja terjadi hingga membuat mobil di sampingnya itu penuh dengan mie.

Ryosukepun terlihat langsung meraih panci mie itu dan membuangnya – wajahnya terlihat benar-benar marah. Buru-buru ditariknya tangan si gadis…
“Kau dipecat!”
Kata itu dilontarkan Ryosuke pada sopirnya sesaat sebelum menarik paksa Aina dan memasukkannya ke dalam mobilnya.

Pemuda itupun segera mengambil alih kemudi, dan dengan segera memacu kencang mobil mewah itu – meninggalkan sendirian sopir tolol yang telah lalai dalam tugasnya.

Sementara itu…
Daiki benar-benar terkejut – tak sempat menyelamatkan Aina.
Pemuda itupun segera memacu mobil tua yang digunakannya untuk berjualan – memacunya hendak mengejar mobil Ryosuke – untuk menyelamatkan si gadis tentunya.

Daiki benar-benar takut andai pemuda itu akan melukai Aina.
Bagaimana tidak…
Pemuda itu hanya berdua dengan Aina sekarang di mobil mewah yang masih melaju kencang itu…

“Ah, dasar mobil tua… tidak bisakah kau lebih cepat…”

Daikipun semakin panik…

Hingga…
Kepanikannya mencapai puncaknya ketika mobil tua yang selama ini disayanginya itu mogok – benar-benar hal yang sangat tidak ia harapkan terjadi di saat seperti ini…


==============
Chap. 05 = Owari
==============


Next : Chapter 06

No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers