Hey!Say!JUMP Fanfiction
(Indonesia)
Title : SILENCE
Happy Reading…
*********************
Chapter sebelumnya :
“Dunia ini tidak hanya ditentukan oleh angka-angka
yang tertulis itu. Mungkin kau belum pernah merasakan tidak memiliki kesempatan
kedua, dan suatu hari, kau pasti akan merasakan rasa sakitnya tak lagi memiliki
kesempatan…”
“Dan saat hari itu tiba, kau akan sadar betapa
kejamnya dirimu yang sekarang…”
Itulah nasehat terakhir dari Kei sebelum akhirnya
pria paruh baya itu meninggalkan ruang tersebut dan kembali ke meja kerjanya
untuk membereskan barang-barangnya – ia telah dipecat…
*********************
Chapter 05 = Balas Dendam
*********************
Aina terlihat begitu buru-buru melangkahkan
kakinya menuju perusahaan super besar yang memang tak jauh dari lokasinya
berjualan. Gadis itu telah mendengar semuanya.
Ia tahu…
Pamannya telah dipecat.
Ia tak mampu menerima pemecatan sepihak itu. Gadis
itu yakin, pamannya – Kei – tak layak menerima semua itu.
Dengan sigap, Daiki yang tahu pasti apa yang akan
diperbuat gadis itupun dengan segera mengejar si gadis. Sementara Kei, iapun
tak mampu berbuat apa-apa menyadari bagaimana sifat kedua anak muda yang selama
belasan tahun ini telah ia rawat dan dibesarkannya seorang diri.
“Aku harap tak akan terjadi apapun pada mereka,”
Keipun hanya mampu membatin dan berharap.
Dalam batinnya, jelas pria paruh baya itu – Kei –
merasa bersalah andai ia tak lagi mampu menghasilkan uang untuk mencukupi
kebutuhan hidup ketiganya di bawah atap yang sama. Apalagi, keinginan terbesar
Kei adalah untuk sekali lagi dapat mendengar suara Aina – dan ia bekerja selama
ini memang tak lain untuk mengumpulkan uang demi pengobatan gadis yang sudah ia
anggap sebagai anak perempuannya.
Sementara itu…
Kembali pada Daiki dan Aina yang kini tengah
mencoba menuntut keadilan.
Hanya membutuhkan waktu 2 menit bagi keduanya –
Aina dan Daiki – untuk sampai di tempat tujuan mereka.
Gadis itu tanpa takut memasuki perusahaan
tersebut…
Beberapa kali Daiki mencoba merubah pikiran Aina
agar tak berbuat nekad, namun semua kata-katanya tak mampu membuat si gadis
tenang dan menurut.
Daiki hanya khawatir, mereka akan mendapat masalah
lebih besar andai salah bertindak.
“Dimana direkturmu?!” gadis itu bertanya pada dua
penjaga yang berada tepat setelah pintu masuk – bertanya tanpa ada sedikitpun
keraguan.
Sementara Daiki hanya mampu diam – setidaknya
pemuda itu akan tetap diam asal gadis di sampingnya ini tidak mendapat
perlakuan yang tidak diinginkannya.
Tapi…
Tak ada jawaban…
Kedua manusia berpakaian security itu masih
menatap bingung.
“Ia bertanya di mana direkturmu?” Daikipun segera
menjelaskan maksud dari gerakan-gerakan tangan Aina pada kedua penjaga di
hadapan mereka itu.
Belum sempat kedua penjaga itu berbicara…
“Ada apa kau mencariku?”
Tanpa disadari, orang yang tengah dicari ternyata
ada di dekat mereka – kebetulan tengah lewat bersama para kepala bagian lainnya
– tengah mendiskusikan sesuatu.
Aina cukup terkejut mengetahui bahwa orang yang ditemuinya
pagi tadi ternyata adalah direktur di perusahaan besar ini – tak pernah
menyangka pemuda semuda dirinya memiliki jabatan seprestisius itu. Apalagi,
terlihat usia pemuda itu tak jauh berbeda dengan dirinya.
Kedua pandangan mata mereka kembali bertemu…
Pandangan antara seorang pemuda tampan nan kaya
raya berlabelkan Yamada Ryosuke dan gadis bisu tanpa pangkat bernama Matsumoto
Ainami.
Ryosuke berjalan perlahan mendekati si gadis.
Awalnya, Aina masih diam memandang pemuda yang
tengah berjalan ke arahnya itu, namun si gadispun dengan segera kembali
memainkan tangan-tangannya membuat pemuda di hadapannya sedikit bingung. Dan
alhasil, Daikipun kembali yang harus memberikan penjelasan. “Dia bilang, kau
harus terlebih dulu mendengarkan penjelasan sebelum memecat para pegawaimu,”
terang Daiki – membuat kedua mata Ryosuke kini beralih memandangnya.
Tapi…
Sekali lagi…
“Oh jadi ternyata hanya para pembuat masalah…”
respon Ryosuke dengan nada dinginnya tak mempedulikan kata-kata yang barusan
didengarnya. Ia tak memiliki waktu untuk mendengarkan keluhan-keluhan semacam
itu.
“Kalian berdua…,” pemuda itu mengarahkan tatapan
dinginnya pada dua penjaga tadi, “aku beri kalian waktu 1 menit untuk mengusir
para pembuat masalah ini. Jika kalian tidak sanggup, kalian besok tidak perlu
kembali ke tempat ini untuk bekerja,” satu perintah tersebut terlontar, dan
pemuda itupun kembali melangkah bersama para kepala bagian dan kembali
melanjutkan diskusinya yang sempat terpotong tadi.
Tak ada niatan sedikitpun untuk mengurusi masalah
seperti itu.
Sebuah perintah yang begitu tegas dan tak
mempedulikan orang lain tentunya…
Daiki dan Ainapun tercengang dibuatnya.
Benar-benar pemuda yang sok berkuasa dan begitu
menyebalkan – itulah kesan yang mereka terima.
Tapi…
Tentu saja…
Pengusiran ini tak akan mampu membuat si gadis
menyerah – menyerah untuk mendapatkan tanggapan atas komplainnya.
Menyadari raut wajah Aina, Daikipun segera
berteriak ke arah direktur muda yang sudah beberapa belas meter meninggalkan
mereka. “Kami pasti akan mencarimu lagi,” teriak Daiki yang masih
dihalang-halangi petugas keamanan yang tadi diperintahkan untuk mengusir
mereka.
==============
==============
Di ruangan itu, Ryosuke terlihat asik memainkan
laptopnya. Bukan hal yang biasa tentunya melihat seorang Yamada Ryosuke
tersenyum memandangi benda persegi panjang itu.
Nampak sebuah imo cemberut di layar itu – sebuah
pesan dari seorang wanita yang beberapa tahun terakhir ini menjadi sosok
penting dalam kehidupan Ryosuke.
“Apa?!”
Ryosukepun memberikan balasan pesan yang barusan
diterimanya.
Tak lama berselang, balasanpun kembali diterima
pemuda itu.
“Aku baru saja dimarahi bosku…” itulah yang
tertulis di sana.
Ryosukepun masih tersenyum santai dan kembali
mengetik pesan balasan, “Aku sudah bilang, lebih baik kau bekerja di sini
saja.”
Send…
Ryosuke masih tersenyum – memainkan kembali
jemarinya dan mengetik kata-kata yang terkesan menggoda – pemuda itu terlihat
begitu nyaman dengan hubungan itu.
Balasan tak kunjung datang…
Wanita di ujung satunya ternyata semakin cemberut
dengan segala godaan dari Ryosuke.
“Kau menangis?”
Pesan itu baru saja terpampang di layar komputer
si wanita – dapat dipastikan pemuda di ujung satunya tengah khawatir karena tak
kunjung jua mendapat balasan.
Bukannya mengetik balasan pesan itu, si wanita
malah menghubungkan keduanya dengan panggilan video.
“Jangan berharap aku akan menangis…”
Kini wajah wanita itu nampak di layar laptop
Ryosuke – Ryosukepun hanya mampu menahan senyum – karena pemuda itu memang
dikenal hampir tak pernah tersenyum kecuali pada ibunya – Yamada Rubi.
“Sekarang pacarmu ini sedang ingin makan banyak!”
Wanita itu kembali berbicara. “Aku akan makan
sebanyak-banyaknya sampai aku gila…”
Hahahaha…
Pemuda itu benar-benar ingin tertawa, tapi tentunya
tetap ditahannya – ingin tertawa bukan karena kata-kata wanita tersebut,
melainkan karena merasa lucu saja setiap melihat wajah pacarnya yang tengah
marah – sebuah senyuman tertahan yang menciptakan lesung pipit di pipi kirinya
– benar-benar terlihat begitu manis...
Tak sedikitpun nampak kalau pemuda dengan senyum
semanis itu adalah seorang direktur yang terkenal dengan sikap keras dan
tegasnya, serta tak mentolelir segala jenis kesalahan sekecil apapun.
==============
==============
Ryosuke baru saja turun dari mobil – tentunya
setelah sopirnya membukakan pintu untuk pemuda itu.
Dilihat dari sudut manapun, pemuda yang akan
merayakan ulang tahunnya yang ke-24 beberapa hari lagi itu memang terlihat
begitu sempurna.
Wajah tampan…
Dandanan rapi dan berkelas…
Pakaian bermerek…
Tunggangan nan mewah…
Lulusan Magister dari universitas oxford di usia
semuda itu…
Semuapun akan mengakui betapa sempurnanya
kehidupan pemuda yang satu ini.
Kembali pada aktivitas Ryosuke.
Pemuda itu memasuki restoran mewah – tempat ia
akan makan siang dengan pacarnya yang tadi baru saja marah-marah yang katanya
habis dimarahi si bos.
Di sudut yang tak terlihat…
Tanpa diketahui pemuda itu, nampak Daiki dan Aina
tengah memata-matainya.
Ainapun menatap Daiki sesaat, dan tersenyum usil
pada pemuda itu. Dapat dipastikan, gadis itu tengah memiliki rencana jahil
untuk sedikit memberikan balasan pada pemuda sok berkuasa yang telah memecat
pamannya.
Alhasil…
Daiki lagi-lagi tak mampu berbuat apapun –
menghela nafas pasrah, dan memilih untuk mendukung segala tindakan Aina –
sesekali mencuri pandang, karena iapun tak mampu membohongi perasaannya kalau
ia sangat merasa bahagia dengan melihat wajah Aina yang tengah tersenyum.
Gadis itu menyiramkan sisa mie yang tak laku hari
ini pada mobil direktur muda itu ketika sopir pribadinya tengah asik menelpon.
Seorang gadis seumuran Aina yang melewati tempat
itupun hanya mampu menatap tak paham memandangi tingkah Aina – gadis yang tak
lain adalah pacar Ryosuke.
“Apa kau telah berbuat salah pada seseorang?”
Itulah kalimat pertama yang keluar dari bibir
gadis itu sesaat setelah menyapa Ryosuke.
Ryosukepun tak mengerti maksud dari kata-kata itu.
“Lihatlah…”
Gadis itupun menunjuk pada mobil Ryosuke yang
tengah diparkir di luar – menampilkan sebuah pemandangan yang tak pernah
diperhitungakannya akan terjadi.
Ryosuke nampak terkejut sekaligus geram. “Tunggu
aku, aku akan segera kembali,” itulah kata-kata Ryosuke sebelum beranjak
berlari ke arah mobil mewahnya itu.
“Hei!! Apa yang kau lakukan?!” teriakan dari
Ryosuke itu membuat Aina segera menghentikan aktivitasnya.
Begitu juga dengan sopir Ryosuke yang segera
menutup teleponnya dan sedetik kemudian nampak terkejut tak menyadari apa yang
baru saja terjadi hingga membuat mobil di sampingnya itu penuh dengan mie.
Ryosukepun terlihat langsung meraih panci mie itu
dan membuangnya – wajahnya terlihat benar-benar marah. Buru-buru ditariknya
tangan si gadis…
“Kau dipecat!”
Kata itu dilontarkan Ryosuke pada sopirnya sesaat
sebelum menarik paksa Aina dan memasukkannya ke dalam mobilnya.
Pemuda itupun segera mengambil alih kemudi, dan
dengan segera memacu kencang mobil mewah itu – meninggalkan sendirian sopir
tolol yang telah lalai dalam tugasnya.
Sementara itu…
Daiki benar-benar terkejut – tak sempat menyelamatkan
Aina.
Pemuda itupun segera memacu mobil tua yang
digunakannya untuk berjualan – memacunya hendak mengejar mobil Ryosuke – untuk
menyelamatkan si gadis tentunya.
Daiki benar-benar takut andai pemuda itu akan
melukai Aina.
Bagaimana tidak…
Pemuda itu hanya berdua dengan Aina sekarang di
mobil mewah yang masih melaju kencang itu…
“Ah, dasar mobil tua… tidak bisakah kau lebih
cepat…”
Daikipun semakin panik…
Hingga…
Kepanikannya mencapai puncaknya ketika mobil tua
yang selama ini disayanginya itu mogok – benar-benar hal yang sangat tidak ia
harapkan terjadi di saat seperti ini…
==============
Chap. 05 = Owari
==============
Next : Chapter 06
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^