Friday, 21 June 2013

[Fanfic] SILENCE Chap. 6 = Balas Dendam Part 2

Chapter sebelumnya :

Daikipun semakin panik…

Hingga…
Kepanikannya mencapai puncaknya ketika mobil tua yang selama ini disayanginya itu mogok – benar-benar hal yang sangat tidak ia harapkan terjadi di saat seperti ini…


*********************
Chapter 06 = Balas Dendam Part 2

*********************

Ryosuke nampak begitu malu kali ini. Tiap kali berhenti di lampu merah, pengendara lain selalu memandangi mobilnya dan terlihat menertawakannya.
Tak habis pikir, mobil mewah seperti itu terlihat tak karuan dengan hiasan mie di sekujur badan mobil – akibat ulah Aina beberapa waktu lalu tentunya.

Tak ada pilihan lain…
Ia harus segera mencuci bersih mobil itu.

“Awas kau ya… Setelah ini kau akan menerima pembalasanku.” Ryosuke semakin geram saja memandangi wajah si gadis yang terlihat cekikikan di kursi sampingnya.
Sementara gadis yang diajak bicara, sejak tadi sibuk memainkan tangan-tangannya – mengatakan banyak hal – tentang keputusan salah pemuda itu saat memecat pamannya.

Sayang…
Sekeras apapun gadis itu mengajukan protes, tetap saja direktur muda itu tak akan memahami maksud dari bahasa non verbal yang digunakannya.

Perjalanan keduanyapun masih berlanjut…

Kini, mobil itu telah memasuki tempat pencucian umum.

Aina mengeluarkan handphonenya – mengetik kata-kata dengan handphone itu dan mengarahkannya ke wajah Ryosuke.
“Untung kau mencuci mobil ini sekarang, jika tidak, akan sangat susah untuk membersihkannya saat mie ini telah mengering…” itulah kata-kata yang terpampang di sana.

Suasana menjadi agak aneh sekarang…
Ada suatu kecanggungan tertentu.

Dua anak manusia berbeda jenis kelamin tengah berada dalam satu mobil. Ditambah guyuran air dari mesin pembersih mobil, seakan menciptakan kesan, keduanya tengah berteduh bersama dalam guyuran hujan.

Tak ada sedikitpun kata-kata yang terealisasi.

Sementara di tempat yang berbeda, entah apa yang ada di pikiran Daiki. Pemuda itu memilih untuk tetap berlari, berharap akan dapat menemukan Aina dan direktur menyebalkan itu.
Ia tinggalkan mobilnya yang tengah mogok begitu saja. Daiki terlalu menyayangi Aina hingga tak mungkin ia berdiam diri menyadari gadis itu tengah bersama dengan manusia paling berbahaya yang pernah dikenalnya.
Ia benar-benar khawatir.

Kembali pada Ryosuke dan Aina…

Gadis itu kembali mengarahkan layar handphone kepunyaannya ke arah Ryosuke. Tertulis di situ, “mobilmu telah bersih, kini kau tak bisa pergi ke kantor polisi karena bukti sudah hilang…”

Yah…
Benar-benar gadis yang cerdas.

Tak ada lagi tumpahan mie di sana. Hal ini berarti, tak ada lagi bukti yang bisa digunakan pemuda itu untuk menuntutnya. Si gadispun akhirnya tersenyum penuh kepuasan…

Tapi…
Sayang…
Bukan itu niatan Ryosuke yang sebenarnya saat menggandeng gadis itu dan memasukkannya dengan paksa ke dalam mobilnya.

Si gadis yang sudah merasa bebas itu, akhirnya dengan segera hendak turun dari mobil. Sayang seribu sayang, ia kalah cepat dengan jemari Ryosuke yang mengunci rapat pintu itu – evil smilepun kini terpampang di wajah si pemuda, membuat Aina kini dipenuhi tanda tanya.

Ada apakah gerangan…
Mimik gadis itupun berubah seketika.

“Siapa bilang kita akan ke kantor polisi?” Ryosuke tersenyum dingin.
Sekali lagi…
Ia kembali memacu mobilnya. Entah akan dibawa kemana gadis itu – keisengan Ryosuke kini kembali muncul – teramat jarang ia bersikap seperti itu, karena dalam kondisi yang biasa, ia pasti telah menyiksa ataupun sekedar menyakiti gadis itu dan menganggapnya hanya sebagai hukuman ringan pada orang yang telah membuatnya marah.

Dan alhasil, sampailah kini mereka di jalanan sepi – jalan sepi di area gunung fuji.

“Dddrrrttt… dddrrrttt…”
Nampak getaran dari handphone Aina. Sebuah panggilan dari Daiki ternyata.

Gadis itu terlihat senang dan buru-buru mengangkat panggilan itu. Tapi… lagi-lagi… ia kalah cepat dengan Ryosuke.
Pemuda itu baru saja merebut handphone itu dan melemparkannya ke kursi belakang.

Gadis itu lagi-lagi tak berdaya.
Ingin berteriak memarahi pemuda itu, tapi apa daya, sekeras apapun ia mencoba, tak kan ada sedikitpun suara yang dapat direalisasikannya.

Ainapun akhirnya hanya bisa memajang wajah sebalnya – nampak cemberut dan benar-benar tak menyukai tampang pemuda di hadapannya itu – tak habis pikir, ada manusia semenjengkelkan itu di dunia ini.

“Suasananya sepi…” Ryosuke kembali berbicara – masih dengan senyum iseng yang menghias wajahnya. “Pemandangannya juga indah.”

“Benar-benar waktu yang sangat tepat untuk berhubungan seks,” tak henti-hentinya pemuda itu terus menggoda.

Aina yang tak tahan dengan pemuda genit itupun buru-buru keluar dari mobil – pastinya ia tak ingin membuat pemuda itu merealisasikan kata-katanya barusan – membuatnya berakhir sebagai gadis yang tak lagi suci.

Sedetik kemudian, Ryosuke mengikuti tindakan gadis itu dengan menuruni mobilnya dan segera melangkah cepat menghalangi arah jalan si gadis. “Hei, aku belum selesai bicara…”

Aina tetap tak ingin memandang wajah pemuda itu…
Masih kesal tentunya.

“Aku tak peduli andai kau membenciku. Tapi tidak bisakah kita hanya melupakan saja apa yang telah terjadi kemarin?”

Kedua tangan Ryosuke meraih kedua pundak Aina dan mengarahkan badan gadis itu tepat menghadap badannya. “Hei, tatap aku! Bagaimana kau tahu apa yang kukatakan jika kau tak mengikuti gerakan bibirku?” kini giliran pemuda itu yang kesal.

Orang yang terlahir bisu pastinya juga tuli. Dan pemuda itu paling tidak menyukai orang yang tak memperhatikannya saat ia tengah bicara.

Semakin jengkellah pemuda itu.

Diangkatnya wajah si gadis.

“Hei, perhatiakan saat aku sedang bicara!”

Ddeegghh…

Pandangan mereka bertemu untuk sekali lagi dan entah sudah yang keberapa kali.

Ada jeda beberapa saat ketika Ryosuke memandagi wajah gadis itu – sebuah perasaan aneh menelusup ke dalam hatinya seketika saat dilihatnya wajah Aina yang terkesan familier.

Tangan Ryosuke perlahan melepaskan sentuhannya di wajah Aina.

Sebuah perasaan yang sama…

Kedua mata gadis itu masih menatap tatapan Ryosuke – memandangi wajah pemuda itu kali ini membuatnya merasakan suatu perasaan yang dirindukannya.

Adegan itu masih berlangsung…

Sedetik…

Dua detik…

Sepuluh detik…

Hanya saling tatap tanpa adanya kata-kata yang menyusul di antara keduanya.

SILENCE…

Hingga…

“Pppiiimmm…”
Sebuah mobil melewati mereka. Membuat kesadaran keduanya kini kembali ke realita.

Klakson itu membuat Aina sedikit tersentak kaget – membuat Ryosuke kini menatapnya heran.

“Eh, kau bisa mendengar ya?!”
Ryosukepun baru menyadari sekarang bahwa gadis di hadapannya itu bukanlah gadis tuli – menunjukkan bahwa si gadis tidaklah bisu sejak dilahirkan – melainkan kehilangan suaranya karena suatu hal.

Ainapun tak menghiraukan pertanyaan itu.

Dan pada akhirnya, gadis itu lebih memilih untuk jalan kaki dan menolak tawaran Ryosuke untuk kembali memberinya tumpangan.

Mobil itupun akhirnya melaju…
Meninggalkan si gadis bisu seorang diri di jalanan sepi itu.

Aina tak pernah tahu – pemuda yang begitu tak disukainya itu ternyata tak seburuk dugaannya. Pemuda bermarga Yamada ini ternyata berbaik hati menelepon taksi untuk si gadis.

Dan begitulah akhirnya…

Si gadis berhasil kembali pulang – kembali pada Daiki dan Kei yang seharian sibuk mencarinya.

“Kenapa kau tak menjawab teleponku?”

Pertanyaan dari Daiki itu membuat Aina kembali teringat akan keitainya yang tertinggal di mobil Ryosuke karena ulah si empunya mobil tentunya.
“Ya sudah, besok aku akan membelikan handphone baru untukmu,” itulah respon Daiki setelah si gadis memberitahunya tentang insiden yang barusan dialaminya.

Sayang seribu sayang…
Mengingat sifat keras Aina…

“Tidak!! Aku akan mengambil handphone itu besok… apapun yang terjadi aku akan mendapatkannya kembali.”
Tekad bulat dari seorang gadis bisu ini hanya mampu membuat Kei dan Daiki pasrah – keduanya tak pernah mampu melawan.

Andaipun gunung fuji terbelah, apapun yang menjadi niatan gadis itu pasti akan dilakukannya.

Dan itulah faktanya…
Tindakan nekad dari gadis keras kepala ini berujung di kantor polisi.

Apa yang terjadi?!

Ia kepergok sopir baru sang direktur muda – kepergok saat dirinya tengah mengintip jendela mobil mewah itu, mencoba mencari keberadaan keitainya di kursi belakang mobil yang realitanya si keitai memang ada di sana.

Tak pernah disangka-sangka…

Ryosuke datang dan mengaku sebagai mantan pacar gadis itu dan menjelaskan semuanya hingga polisipun tak mampu berbuat banyak.
Tuntutan tuduhan pencurianpun dicabut seketika oleh si direktur.

Tak pernah menyangka, gadis itu akan nekad kembali padanya hanya demi keitai murahan itu.

Daiki yang juga ada di sanapun tak mampu berbuat banyak, menyadari hanya cara itu yang dapat membuat Aina lepas dari jeratan hukum.
Dalam hati sedikit berterima kasih pada direktur yang selalu sok itu, biarpun ia sendiri sempat cemburu ketika pemuda kaya yang selalu berpenampilan rapi ini sempat memeluk Aina untuk meyakinkan para polisi.

Satu kejadian lagi…
Membuat Aina semakin tak menyukai Ryosuke.
Seenaknya saja pemuda itu mengaku sebagai mantan pacarnya dan memeluknya tanpa ijin. Apalagi saat melihat senyuman yang terealisasi dari wajah tampan seorang Ryosuke, gadis itu malah semakin bertambah kesal.

Semakin banyak insiden terjadi…
Akankah keduanya akan kembali mengingat jati diri mereka di waktu mereka masih kecil itu?!


==============
Chap. 06 = Owari
==============


Next : Chapter 07

No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers