Chapter sebelumnya :
Daikipun semakin panik…
Hingga…
Kepanikannya mencapai puncaknya ketika mobil tua
yang selama ini disayanginya itu mogok – benar-benar hal yang sangat tidak ia
harapkan terjadi di saat seperti ini…
*********************
Chapter 06 = Balas Dendam Part 2
*********************
Ryosuke nampak begitu malu kali ini. Tiap kali
berhenti di lampu merah, pengendara lain selalu memandangi mobilnya dan
terlihat menertawakannya.
Tak habis pikir, mobil mewah seperti itu terlihat
tak karuan dengan hiasan mie di sekujur badan mobil – akibat ulah Aina beberapa
waktu lalu tentunya.
Tak ada pilihan lain…
Ia harus segera mencuci bersih mobil itu.
“Awas kau ya… Setelah ini kau akan menerima
pembalasanku.” Ryosuke semakin geram saja memandangi wajah si gadis yang
terlihat cekikikan di kursi sampingnya.
Sementara gadis yang diajak bicara, sejak tadi
sibuk memainkan tangan-tangannya – mengatakan banyak hal – tentang keputusan
salah pemuda itu saat memecat pamannya.
Sayang…
Sekeras apapun gadis itu mengajukan protes, tetap
saja direktur muda itu tak akan memahami maksud dari bahasa non verbal yang
digunakannya.
Perjalanan keduanyapun masih berlanjut…
Kini, mobil itu telah memasuki tempat pencucian
umum.
Aina mengeluarkan handphonenya – mengetik
kata-kata dengan handphone itu dan mengarahkannya ke wajah Ryosuke.
“Untung kau mencuci mobil ini sekarang, jika
tidak, akan sangat susah untuk membersihkannya saat mie ini telah mengering…”
itulah kata-kata yang terpampang di sana.
Suasana menjadi agak aneh sekarang…
Ada suatu kecanggungan tertentu.
Dua anak manusia berbeda jenis kelamin tengah
berada dalam satu mobil. Ditambah guyuran air dari mesin pembersih mobil,
seakan menciptakan kesan, keduanya tengah berteduh bersama dalam guyuran hujan.
Tak ada sedikitpun kata-kata yang terealisasi.
Sementara di tempat yang berbeda, entah apa yang
ada di pikiran Daiki. Pemuda itu memilih untuk tetap berlari, berharap akan
dapat menemukan Aina dan direktur menyebalkan itu.
Ia tinggalkan mobilnya yang tengah mogok begitu
saja. Daiki terlalu menyayangi Aina hingga tak mungkin ia berdiam diri
menyadari gadis itu tengah bersama dengan manusia paling berbahaya yang pernah
dikenalnya.
Ia benar-benar khawatir.
Kembali pada Ryosuke dan Aina…
Gadis itu kembali mengarahkan layar handphone
kepunyaannya ke arah Ryosuke. Tertulis di situ, “mobilmu telah bersih, kini kau
tak bisa pergi ke kantor polisi karena bukti sudah hilang…”
Yah…
Benar-benar gadis yang cerdas.
Tak ada lagi tumpahan mie di sana. Hal ini
berarti, tak ada lagi bukti yang bisa digunakan pemuda itu untuk menuntutnya.
Si gadispun akhirnya tersenyum penuh kepuasan…
Tapi…
Sayang…
Bukan itu niatan Ryosuke yang sebenarnya saat
menggandeng gadis itu dan memasukkannya dengan paksa ke dalam mobilnya.
Si gadis yang sudah merasa bebas itu, akhirnya
dengan segera hendak turun dari mobil. Sayang seribu sayang, ia kalah cepat
dengan jemari Ryosuke yang mengunci rapat pintu itu – evil smilepun kini
terpampang di wajah si pemuda, membuat Aina kini dipenuhi tanda tanya.
Ada apakah gerangan…
Mimik gadis itupun berubah seketika.
“Siapa bilang kita akan ke kantor polisi?” Ryosuke
tersenyum dingin.
Sekali lagi…
Ia kembali memacu mobilnya. Entah akan dibawa
kemana gadis itu – keisengan Ryosuke kini kembali muncul – teramat jarang ia
bersikap seperti itu, karena dalam kondisi yang biasa, ia pasti telah menyiksa
ataupun sekedar menyakiti gadis itu dan menganggapnya hanya sebagai hukuman
ringan pada orang yang telah membuatnya marah.
Dan alhasil, sampailah kini mereka di jalanan sepi
– jalan sepi di area gunung fuji.
“Dddrrrttt… dddrrrttt…”
Nampak getaran dari handphone Aina. Sebuah
panggilan dari Daiki ternyata.
Gadis itu terlihat senang dan buru-buru mengangkat
panggilan itu. Tapi… lagi-lagi… ia kalah cepat dengan Ryosuke.
Pemuda itu baru saja merebut handphone itu dan
melemparkannya ke kursi belakang.
Gadis itu lagi-lagi tak berdaya.
Ingin berteriak memarahi pemuda itu, tapi apa
daya, sekeras apapun ia mencoba, tak kan ada sedikitpun suara yang dapat
direalisasikannya.
Ainapun akhirnya hanya bisa memajang wajah
sebalnya – nampak cemberut dan benar-benar tak menyukai tampang pemuda di
hadapannya itu – tak habis pikir, ada manusia semenjengkelkan itu di dunia ini.
“Suasananya sepi…” Ryosuke kembali berbicara –
masih dengan senyum iseng yang menghias wajahnya. “Pemandangannya juga indah.”
“Benar-benar waktu yang sangat tepat untuk
berhubungan seks,” tak henti-hentinya pemuda itu terus menggoda.
Aina yang tak tahan dengan pemuda genit itupun
buru-buru keluar dari mobil – pastinya ia tak ingin membuat pemuda itu merealisasikan
kata-katanya barusan – membuatnya berakhir sebagai gadis yang tak lagi suci.
Sedetik kemudian, Ryosuke mengikuti tindakan gadis
itu dengan menuruni mobilnya dan segera melangkah cepat menghalangi arah jalan
si gadis. “Hei, aku belum selesai bicara…”
Aina tetap tak ingin memandang wajah pemuda itu…
Masih kesal tentunya.
“Aku tak peduli andai kau membenciku. Tapi tidak
bisakah kita hanya melupakan saja apa yang telah terjadi kemarin?”
Kedua tangan Ryosuke meraih kedua pundak Aina dan
mengarahkan badan gadis itu tepat menghadap badannya. “Hei, tatap aku!
Bagaimana kau tahu apa yang kukatakan jika kau tak mengikuti gerakan bibirku?”
kini giliran pemuda itu yang kesal.
Orang yang terlahir bisu pastinya juga tuli. Dan
pemuda itu paling tidak menyukai orang yang tak memperhatikannya saat ia tengah
bicara.
Semakin jengkellah pemuda itu.
Diangkatnya wajah si gadis.
“Hei, perhatiakan saat aku sedang bicara!”
Ddeegghh…
Pandangan mereka bertemu untuk sekali lagi dan
entah sudah yang keberapa kali.
Ada jeda beberapa saat ketika Ryosuke memandagi
wajah gadis itu – sebuah perasaan aneh menelusup ke dalam hatinya seketika saat
dilihatnya wajah Aina yang terkesan familier.
Tangan Ryosuke perlahan melepaskan sentuhannya di
wajah Aina.
Sebuah perasaan yang sama…
Kedua mata gadis itu masih menatap tatapan Ryosuke
– memandangi wajah pemuda itu kali ini membuatnya merasakan suatu perasaan yang
dirindukannya.
Adegan itu masih berlangsung…
Sedetik…
Dua detik…
Sepuluh detik…
Hanya saling tatap tanpa adanya kata-kata yang
menyusul di antara keduanya.
SILENCE…
Hingga…
“Pppiiimmm…”
Sebuah mobil melewati mereka. Membuat kesadaran
keduanya kini kembali ke realita.
Klakson itu membuat Aina sedikit tersentak kaget –
membuat Ryosuke kini menatapnya heran.
“Eh, kau bisa mendengar ya?!”
Ryosukepun baru menyadari sekarang bahwa gadis di
hadapannya itu bukanlah gadis tuli – menunjukkan bahwa si gadis tidaklah bisu
sejak dilahirkan – melainkan kehilangan suaranya karena suatu hal.
Ainapun tak menghiraukan pertanyaan itu.
Dan pada akhirnya, gadis itu lebih memilih untuk
jalan kaki dan menolak tawaran Ryosuke untuk kembali memberinya tumpangan.
Mobil itupun akhirnya melaju…
Meninggalkan si gadis bisu seorang diri di jalanan
sepi itu.
Aina tak pernah tahu – pemuda yang begitu tak
disukainya itu ternyata tak seburuk dugaannya. Pemuda bermarga Yamada ini
ternyata berbaik hati menelepon taksi untuk si gadis.
Dan begitulah akhirnya…
Si gadis berhasil kembali pulang – kembali pada
Daiki dan Kei yang seharian sibuk mencarinya.
“Kenapa kau tak menjawab teleponku?”
Pertanyaan dari Daiki itu membuat Aina kembali
teringat akan keitainya yang tertinggal di mobil Ryosuke karena ulah si empunya
mobil tentunya.
“Ya sudah, besok aku akan membelikan handphone
baru untukmu,” itulah respon Daiki setelah si gadis memberitahunya tentang
insiden yang barusan dialaminya.
Sayang seribu sayang…
Mengingat sifat keras Aina…
“Tidak!! Aku akan mengambil handphone itu besok…
apapun yang terjadi aku akan mendapatkannya kembali.”
Tekad bulat dari seorang gadis bisu ini hanya
mampu membuat Kei dan Daiki pasrah – keduanya tak pernah mampu melawan.
Andaipun gunung fuji terbelah, apapun yang menjadi
niatan gadis itu pasti akan dilakukannya.
Dan itulah faktanya…
Tindakan nekad dari gadis keras kepala ini
berujung di kantor polisi.
Apa yang terjadi?!
Ia kepergok sopir baru sang direktur muda – kepergok
saat dirinya tengah mengintip jendela mobil mewah itu, mencoba mencari
keberadaan keitainya di kursi belakang mobil yang realitanya si keitai memang
ada di sana.
Tak pernah disangka-sangka…
Ryosuke datang dan mengaku sebagai mantan pacar
gadis itu dan menjelaskan semuanya hingga polisipun tak mampu berbuat banyak.
Tuntutan tuduhan pencurianpun dicabut seketika
oleh si direktur.
Tak pernah menyangka, gadis itu akan nekad kembali
padanya hanya demi keitai murahan itu.
Daiki yang juga ada di sanapun tak mampu berbuat
banyak, menyadari hanya cara itu yang dapat membuat Aina lepas dari jeratan
hukum.
Dalam hati sedikit berterima kasih pada direktur
yang selalu sok itu, biarpun ia sendiri sempat cemburu ketika pemuda kaya yang
selalu berpenampilan rapi ini sempat memeluk Aina untuk meyakinkan para polisi.
Satu kejadian lagi…
Membuat Aina semakin tak menyukai Ryosuke.
Seenaknya saja pemuda itu mengaku sebagai mantan
pacarnya dan memeluknya tanpa ijin. Apalagi saat melihat senyuman yang
terealisasi dari wajah tampan seorang Ryosuke, gadis itu malah semakin
bertambah kesal.
Semakin banyak insiden terjadi…
Akankah keduanya akan kembali mengingat jati diri
mereka di waktu mereka masih kecil itu?!
==============
Chap. 06 = Owari
==============
Next : Chapter 07
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^