Showing posts with label Artikel Akuntansi. Show all posts
Showing posts with label Artikel Akuntansi. Show all posts

Tuesday, 18 June 2013

Penyusunan Aliran Kas [Cash Flow]

PENYUSUNAN ALIRAN KAS
(CASH FLOW)

PENGANTAR

Kita telah membahas cara menghitung kebutuhan dana suatu bisnis dengan menggunakan metode pro-forma Balance Sheet. Sesungguhnya metoda tersebut memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat mendeteksi kebutuhan dana yang sifatnya sementara atau musiman. Kelemahan ini muncul karena dalam melakukan proyeksi Neraca, yang kita lakukan adalah memproyeksikan kondisi keuangan perusahaan pada titik tertentu. Neraca tidak menggambarkan suatu hasil akumulatif. Dengan demikian, sering kebutuhan dana yang bersifat interim tidak terdeteksi oleh metode proyeksi Neraca tersebut. Oleh karena itu, kita perlu menggunakan metode lain yang disebut Cash Budget (anggaran kas) atau yang lebih umum dikenal dengan istilah cash flow. Secara sederhana dapat dikatakan merupakan suatu perkiraan mengenai keluar/masuk dana tunai yang terjadi.
Dengan menyusun Cash Budget secara bulanan, kita dapat mengetahui dengan pasti jumlah kebutuhan dana untuk bulan tertentu dan kemampuan serta waktu dimana bisnis tersebut mampu mengembalikan pinjaman yang diberikan. Perusahaan yang memiliki sifat penjualan musiman, misalnya industri paying, kebutuhan dana akan meningkat sekitar musim hujan, dan akan menurun di musim kemarau. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Cash Budget melengkapi Analisa Neraca Pro-forma dengan menjembatani kesenjangan antara beberapa tanggal Neraca.
Selain untuk kebutuhan jangka pendek atau kebutuhan musiman dari perusahaan, Cash Budget juga sangat berguna dalam menentukan struktur pinjaman jangka panjang. Manfaat penyusunan Cash Flow adalah:
·          Menentukan jumlah dana yang dibutuhkan sehubungan dengan investasi jangka panjang (Capital Expenditure) yang dilakukan oleh perusahaan.
·          Mengetahui jangka waktu grace period yang diperlukan sebelum perusahaan sanggup melakukan pembayaran angsuran pokok pinjaman.
·          Mengetahui kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran angsuran pokok pinjaman per bulan. Dengan demikian, kita dapat menentukan berapa lama suatu kredit harus diangsur. Hal ini berhubungan dengan penentuan jangka waktu kredit. Pemberi kredit (Bank) jangan pernah memaksa suatu bisnis membayar angsuran melebihi kapasitas Cash Flow-nya. Apabila itu dilakukan, perusahaan akan jatuh ke dalam kesulitan likuiditas, yang pada akhirnya akan menyusahkan Bank sebagai pemberi pinjaman.

PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN CASH FLOW (ALIRAN KAS)
Dalam menyusun Cash Flow, ada beberapa prinsip yang harus diketahui terlebih dahulu yaitu: Cash Flow disusun dengan basis tunai (Cash Basis).
Hal ini berbeda dengan penyusunan Laporan Keuangan yang umumnya menggunakan Accrual Basis. Pada Cash Basis:
·          Pendapatan diakui pada saat uang tunai diterima, bukan pada saat penjualan dilakukan.
·          Biaya-biaya diakui pada saat uang tunai dikeluarkan, bukan pada saat biaya timbul.
Sedangkan pada Accrual Basis, pendapatan dan biaya diakui pada saat kejadian, dan hal tersebut belum tentu sama dengan waktu terjadi perpindahan uang tunai.
Contoh:
PT. WAHID menjual barang secara kredit selama 3 bulan. Pada Accrual Basis, penjualan dicatat pada saat barang dijual, sedangkan pada Cash Basis, penjualan baru dicatat setelah uang diterima beberapa waktu kemudian.
Dalam menyusun Cash Flow kita tidak memperhitungkan biaya-biaya non kas (Non-cash Charges) seperti depresiasi dan amortisasi. Yang diperhatikan adalah transaksi tunai saja. Dengan demikian, akibat adanya beberapa perbedaan pencatatan, dalam bentuk jumlah Laba Bersih (Net Profit) yang ditunjukkan dalam Income Statement sama dengan jumlah uang tunai yang dimiliki perusahaan tersebut.
Contoh:
PT. WAHID memiliki sistem penjualan dan pembelian yang dilakukan secara tunai. Income Statement per akhir tahun adalah sebagai berikut:
Penjualan Bersih                                 :           Rp. 1.000
Harga Pokok Penjualan                       :           Rp.    800 (-)
Laba Kotor                                          :           Rp.    200
Biaya Operasional
-       Gaji/Bonus      : Rp. 50
-       Lain-lain          : Rp. 40
-       Depresiasi        : Rp. 20 (+)
Rp.    110 (-)
Laba Bersih Operasional                                Rp.      90
Pajak Penghasilan 30 %                                  Rp.      30 (-)
Laba Bersih Setelah Pajak                              Rp.      60

Dalam perhitungan Cash Flow, kita tidak memperhitungkan biaya depresiasi sebagai biaya karena depresiasi merupakan biaya non-kas. Dengan demikian, dari perhitungan Rugi/Laba diatas, Cash Flow yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
Laba Bersih                 : Rp.   60
Depresiasi                    : Rp.   40 (+)
Cash flow                    : Rp  100
Cash Flow dapat disusun dengan periode (interval) per tahun, per bulan, bahkan per hari. Tentu saja semakin pendek interval yang dipakai, hasil penyusunan akan memiliki ketepatan yang lebih tinggi. Untuk Bank, umumnya kita menggunakan interval bulanan atau tahunan.

FORMAT CASH FLOW

Bentuk (format) cash flow sangat bervariasi. Tidak ada satu bentuk baku yang dipakai secara umum. Walaupun demikian, apapun bentuk yang dipakai, format Cash Flow terdiri dari komponen-komponen berikut:
1.      Saldo Awal Kas (Beginning Cash Balance)
Yaitu jumlah uang tunai (kas) yang dimiliki perusahaan di awal periode.
2.      Kas Masuk atau Penerimaan kas (Cash Inflow)
Yaitu aliran kas yang diterima oleh perusahaan selama waktu tertentu sesuai dengan interval perhitungan (sehari, sebulan, triwulan, dan seterusnya). Yang dimaksud dengan Cash Flow adalah uang tunai yang benar-benar diterima.
Beberapa contoh komponen yang termasuk dalam Cash Flow adalah:
·          Piutang Dagang yang tertagih (Account Receivable Collected), yaitu Piutang Dagang yang dibayar oleh pelanggan sehubungan dengan penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan.
·          Pendapatan Bunga (Interest Income) atas simpanan yang ada di Bank, seperti jasa giro, bunga deposito, dan lain-lain. Pendapatan bunga mungkin juga diperoleh dari pelanggan perusahaan yang terlambat membayar piutang dagang yang telah jatuh tempo sehingga memberikan sejumlah kompensasi kepada perusahaan dalam bentuk bunga. Pendapatan jenis ini dapat ditemukan di pos Other Income (pendapatan lain-lain) di Income Statement.
·          Restitusi PPN (Pajak Pertambahan Nilai) untuk para eksportir yang menggunakan bahan baku dalam negeri, yang pada saat membeli bahan baku mereka telah membayar PPN.
·          Pengembalian Kelebihan Pph (Pajak Penghasilan) yang telah dibayar
·          Penerimaan Uang Tunai sehubungan dengan penjualan aktiva tetap yang dilakukan perusahaan.
·          Injeksi Dana Segar dari pemegang saham. Misalnya adanya penambahan modal disetor, pemberian pinjaman oleh para pemegang saham, dan lain-lain.
3.      Total Kas yang Tersedia (Total Cash Available)
Yaitu penjumlahan antara saldo awal kas dengan penerimaan tunai periode yang bersangkutan. Saldo ini menunjukkan total uang tunai yang dimiliki perusahaan untuk periode tersebut. Kas yang tersedia inilah yang dipergunakan oleh perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban tunainya.
4.      Kas Keluar atau Pengeluaran Kas (Cash Out Flow)
Yaitu aliran pembayaran kas (tunai) yang dilakukan perusahaan. Komponen ini adalah kebalikan dari Cash In Flow. Pada Cash In Flow perusahaan menerima uang tunai, maka pada Cash Out Flow perusahaan mengeluarkan uang tunai.
Beberapa contoh komponen Cash Out Flow adalah:
·          Pembayaran Utang Dagang (Account Payable Paid), Yaitu utang dagang yang jatuh tempo yang harus dibayar sehubungan dengan pembelian secara kredit oleh perusahaan.
·          Biaya Margin (Margin Expense) akibat pemakaian dana pinjaman, seperti pinjaman bank, leasing, dan lain-lain.
·          Upah Buruh (Labour Cost), misalnya untuk industri manufaktur.
·          Biaya Operasional Tunai seperti biaya gaji dan bonus karyawan, biaya utilitas (listrik, air, telepon), biaya asuransi, biaya perjalanan, dan lain-lain.
·          Utang Pph yang masih harus dibayar
·          Biaya-biaya kredit seperti provisi kredit, biaya administrasi kredit, dan lain-lain.
·          Pembelian Aktiva Tetap (Capital Expenditure) seperti pembelian mesin-mesin, peralatan, tanah, dan bangunan, dan lain-lain.
·          Pembayaran Deviden Tunai (Cash Dividend)
·          Pembayaran Angsuran Pokok Utang (Principle Repayment)
5.      Surplus/Defisit Kas Perusahaan (Net Cash Surplus/Defisit)
Yaitu selisih antara total kas yang tersedia dengan Cash Out Flow. Ada beberapa indikasi yang ditunjukkan oleh perusahaan yang memiliki kas surplus yang cukup besar terus menerus yaitu:
·        Kemampuan membayar angsuran pokok pinjaman (bila ada) masih cukup besar. Dalam kasus seperti ini, kita dapat mempertimbangkan kemungkinan pemberian pinjaman yang tidak terlalu lama.
·        Jika perusahaan memiliki pinjaman jangka pendek, kas yang surplus menunjukkan bahwa pinjaman jangka pendek tersebut dapat dilunasi.
Segalanya, bila kas adalah defisit, ada beberapa indikasi yang ditunjukkan:
·        Angsuran pokok pinjaman (bila ada) terlalu besar. Untuk menguji hal ini, kita dapat mencoba mengeluarkan angsuran pokok dari Cash Out Flow. Bila pengujian ini benar, kita harus memberi pinjaman yang lebih panjang yang angsuran pokoknya per periode lebih ringan.
·        Perusahaan membutuhkan tambahan pinjaman untuk menutup kekurangan kas tersebut.
·        Bila defisit hanya terjadi pada interval awal, berarti terdapat kebutuhan akan grace period untuk pinjaman jangka panjang yang diberikan. Perusahaan baru mulai dapat melakukan pembayaran angsuran pokok pinjaman bila saldo telah menunjukkan angka positif (surplus).
6.      Saldo Kas Minimum (Minimum Cash Balance)
Yaitu sejumlah uang tunai tertentu yang mengendap di perusahaan sepanjang waktu, misalnya untuk keperluan kas kecil. Untuk pedagang mobil bekas (used car), setiap saat harus memiliki sejumlah uang tunai agar dapat langsung melakukan pembelian bila ada mobil yang ingin dibeli.
7.      Kebutuhan Dana Tambahan (Additional Financial Needs)
Yaitu jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup defisit kas.
Jumlah dana yang dibutuhkan ini tergantung pada besarnya saldo kas minimum dan kondisi kas perusahaan (defisit / surplus).
·        Bila tidak ada saldo kas minimum yang ingin dipelihara oleh perusahaan, saldo defisit kas sama dengan jumlah kebutuhan dananya.
·        Bila ada saldo kas minimum yang harus di jaga, dan saldo kas adalah defisit, kebutuhan dana tambahan sebesar saldo kas minimum ditambah jumlah defisit kas.
·        Bila ada saldo kas minimum yang harus di jaga, dan saldo kas adalah surplus, tetapi lebih kecil daripada saldo kas minimum yang disyaratkan, kebutuhan dana tambahan adalah sebesar selisih antara saldo kas minimum dengan saldo surplus.
·        Bila ada saldo kas minimum yang harus di jaga, dan posisi kas adalah surplus, dimana nilai surplus di atas saldo kas minimum, maka tidak dibutuhkan dana tambahan.
8.      Saldo Kas Akhir (Ending Cash Balance)
Yaitu posisi kas di akhir periode (interval) setelah memperhitungkan kebutuhan dana tambahan.
Secara matematis, suatu Format Cash Flow secara umum dapat ditulis sebagai berikut:
BEGINNING CASH BALANCE                                                   :     A
CASH INFLOW                                                                              :     B
TOTAL CASH AVAILABLE                                                        :     C ( A + B )
CASH OUTFLOW                                                                          :     D

NET CASH SURPLUS                                                                   :     E ( C – D )
MINIMUM CASH BALANCE                                                      :     F
ADDITIONAL FINANCIAL NEEDS                                            :    G

ENDING CASH BALANCE                                                          :     H ( F + G )


F   =   0
Jika  E   <   0               maka               G  =  E               (Nilai Absolut)
Jika  E  > = 0               maka               G  =  0
F   >   0

Jika  E   <   0               maka               G  =  F  +  E       (Nilai Absolut)
Jika  E   =   0               maka               G  =  F
Jika  E   <   E   <   E    maka               G  =  F  -  E
Jika  E  >=  F               maka               G  =  0

MENENTUKAN JUMLAH KEBUTUHAN DANA

Manfaat pertama dari Cash Flow Projection (proyeksi aliran kas) adalah untuk menentukan jumlah dana dari debitur. Dengan menggunakan Cash Budget kita akan melihat bahwa jumlah dana yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan lebih baik. Selain mengetahui nilai nominalnya, dengan Cash Budget juga dapat diketahui kapan dana tersebut dibutuhkan. Hal ini tidak dapat diketahui dengan metode yang telah dibahas sebelumnya.
Sebagai bahan pembahasan kita akan menganalisis PT RAHMAT sebagai contoh kasus dengan asumsi seluruh aktiva adalah Variable Asset.
Dari Laporan Keuangan tahun 19X1 dan Pro-forma Balance Sheet yang telah disusun kita mengetahui hal-hal sebagai berikut:
Perputaran Piutang Dagang                =          3 bulan
Perputaran Hutang Dagang                =          2 bulan
Penjualan Total Tahun 19X2              =          187,20
Harga Pokok Penjualan                       =          80 % dari penjualan
Biaya Operasional                               =          5 % dari penjualan
Untuk menyusun Cash Flow Projection tahun 19X2, kita Bangun asumsi-asumsi sebagai berikut:
·            Saldo Kas Minimum yang dibutuhkan adalah 6,50
·            Biaya depresiasi diabaikan. Seluruh harga pokok penjualan dan Biaya Operasional dianggap adalah biaya tunai.
·            Jatuh tempo sisa Piutang Dagang di akhir 19X1 adalah sebagai berikut:
Januari 19X2               = 12,00
Februari 19X2             = 12,00
Maret                           = 12,00 (+)
            Total                = 36,00 (Nilai di Neraca 31 Desember 19X1)
·            Jatuh tempo sisa Utang Dagang di akhir 19X1 adalah sebagai berikut:
Januari                         =   9,60
Februari                       =   9,60 (+)
            Total                = 19,20

SKENARIO I

Untuk skenario I diasumsikan hal-hal sebagai berikut:
·            Penjualan setiap bulan adalah sama, yaitu sebesar 15,60 (187, 20 dibagi 12 bulan);
·            Kenaikan Aktiva Tetap dibagi rata menjadi 12 bulan sebagai berikut:
 


Jenis Aktiva                            19X1                           19X2                           Kenaikan

Tanah / Bangunan                                 50,00                           56,00                         15,00
Mesin-mesin                                        125,00                         162,00                         37,00

Kenaikan Tanah/Bangunan per bulan                         =          15,00/12          =          1,25
Kenaikan Mesin-mesin per bulan                                =          37,50/12          =          3,13

Dengan asumsi seperti di atas dapat melakukan proyeksi sebagai berikut:

PT RAHMAT
PROYEKSI CASH FLOW TAHUN 19X2














JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOP
DES
 Saldo Awal












 Kas
   5,00
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50













 Penerimaan Kas












 Piutang Tertagih
 12,00
 12,00
 12,00
 15,60
 15,60
 15,60
 15,60
 15,60
 15,60
 15,60
 15,60
 15,60













 Total Kas Tersedia
 17,00
 18,50
 18,50
 22,10
 22,10
 22,10
 22,10
 22,10
 22,10
 22,10
 22,10
 22,10













 Pengeluaran Kas












 Pemby Utang Dagang
   9,60
   9,60
 12,48
 12,48
 12,48
 12,48
 12,48
 12,48
 12,48
 12,48
 12,48
 12,48













 Biaya Operasional
   0,78
   0,78
   0,78
   0,78
   0,78
   0,78
   0,78
   0,78
   0,78
   0,78
   0,78
   0,78













 Pembelian Tanah/Bangunan
   1,25
   1,25
   1,25
   1,25
   1,25
   1,25
   1,25
   1,25
   1,25
   1,25
   1,25
   1,25













 Pembelian Mesin
   3,13
   3,13
   3,13
   3,13
   3,13
   3,13
   3,13
   3,13
   3,13
   3,13
   3,13
   3,13













 Pembayaran Pajak
   5,00
























 Total Kas Keluar
 19,76
 14,76
 17,64
 17,64
 17,64
 17,64
 17,64
 17,64
 17,64
 17,64
 17,64
 17,64













 Kas Surplus (Defisit)
  (2,75)
   3,75
   0,86
   4,47
   4,47
   4,47
   4,47
   4,47
   4,47
   4,47
   4,47
   4,47













 Saldo Kas Minimum
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50













 Pinjaman Bank
   9,25
   2,75
   5,64
   2,04
   2,04
   2,04
   2,04
   2,04
   2,04
   2,04
   2,04
   2,04













 Saldo Kas
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50
   6,50













 Akumulasi Pinjaman Bank
   9,25
 12,01
 17,65
 19,68
 21,72
 23,75
 25,79
 27,82
 29,86
 31,89
 33,93
 35,96

KETERANGAN :

SALDO KAS AWAL

·            Saldo awal kas bulan Januari 19X2 sebesar 5,00 diperoleh dari Neraca per 31 Desember 19X1. di akhir tahun 19X1, PT RAHMAT memiliki uang tunai sebesar 5,00. ini berarti bahwa di awal tahun 19X2 mereka memiliki jumlah uang yang sama.
PENERIMAAN KAS
·            Piutang tertagih bulan Januari 19X2 adalah sisa piutang dagang di tahun 19X1 yang jatuh tempo. Di asumsikan kita telah ditetapkan bahwa sisa piutang dagang sebesar 36,00 akan jatuh tempo dalam bulan Januari-Maret 19X2 masing-masing sebesar 12,00.
·            Sejak Januari 19X2, penjualan per bulan adalah sebesar 15,60. Penjualan bulan Januari akan tertagih pada bulan April, karena PT RAHMAT memberikan kredit penjualan selama 3 bulan. Hal ini telah ditentukan di asumsi yang diambil dari hasil perhitungan perputaran piutang dagang di tahun 19X1. Dengan demikian, piutang tertagih di bulan April adalah sebesar 15,60. Penjualan bulan Februari akan diterima di bulan Mei, penjualan di bulan Maret akan diterima di bulan Juni, dan seterusnya.
·            Di akhir tahun 19X2, sisa piutang dagang yang belum tertagih adalah dari hasil penjualan bulan Oktober, November dan Desember. Karena penjualan tiap-tiap bulan adalah 15,60, sisa piutang dagang di akhir 19X2 adalah sebesar 3 x 15,60 = 46,80. Angka ini akan muncul di Neraca per 31 Desember 19X2.
TOTAL KAS TERSEDIA
·            Total kas tersedia = saldo kas awal + penerimaan kas
·            Untuk bulan Januari total kas tersedia = 5,00 + 12,00 = 17,00
PENGELUARAN KAS
·            Pembayaran utang dagang untuk bulan Januari dan Februari sebesar 9,60 merupakan pembayaran sisa utang dagang tahun 19X1 yang jatuh tempo. Pada asumsi di atas telah dijelaskan bahwa sisa utang dagang tahun 19X1 sebesar 19,20 akan jatuh tempo di bulan Januari dan Februari masing-masing sebesar 9,60.
·            Pada saat mengadakan penjualan di bulan Januari 19X2, PT RAHMAT melakukan pembelian sebesar 12,48, yaitu penjualan dikalikan harga pokok (15,60 x 80%). Pembelian yang dilakukan pada bulan Januari akan jatuh tempo pada bulan Maret karena PT RAHMAT memperoleh kredit pembelian selama 2 bulan dari suppliernya. Dengan demikian utang dagang di bulan Januari akan jatuh tempo pada bulan Maret. Pembelian di bulan Februari akan jatuh tempo pada bulan April dan seterusnya.
·            Biaya operasi diketahui sebesar 5% dari penjualan, dan merupakan biaya tunai. Dengan demikian, biaya operasional per bulan yang harus dikeluarkan oleh PT RAHMAT adalah sebesar 5% x Penjualan = 0,78.
·            Pembelian tanah/bangunan diasumsikan dilakukan secara bertahap setiap bulan dengan jumlah yang sama. Dengan demikian setiap bulan terjadi pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap untuk jumlah yang sama.
·            Demikian juga halnya dengan mesin-mesin, pembelian dilakukan secara bertahap selama 12 bulan dengan jumlah yang sama.
·            Pembayaran Pajak sebesar 5,00 adalah utang pajak tahun 19X1 yang angkanya diperoleh dari Neraca per 31 Desember 19X1. Diasumsikan bahwa pembayaran pajak tersebut dilakukan di bulan Januari 19X2.
·            Dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran tersebut diperoleh data pada bulan Januari 19X2, total kas keluar adalah sebesar 19,76, bulan Februari adalah 14,76 dan seterusnya.
KAS SURPLUS (DEFISIT)
·            Kas surplus (defisit) = total kas tersedia – pengeluaran kas
·            Untuk bulan Januari 19X2, kas surplus (defisit) = 17,00 – 1976 = (2,75), atau dalam bahasa verbal disebutkan bahwa pada bulan Januari PT RAHMAT defisit sebesar 2,75. Cash Flow perusahaan lebih kecil dari pada Cash Out Flow yang dilakukan.
·            Untuk bulan Februari, kas surplus (defisit) = 18,50 – 14,75 = 3,75, atau dikatakan bahwa terjadi surplus sebesar 3,75. Demikian seterusnya.
SALDO KAS MINIMUM
·            Sesuai dengan asumsi, bahwa untuk menjalankan bisnisnya dengan lancar, PT RAHMAT harus memiliki saldo kas minimum sebesar 6,50.
PINJAMAN BANK
·            Diasumsikan bahwa kekurangan dana akan dipenuhi oleh pinjaman dari Bank. Ini adalah salah satu bagian yang harus diperhatikan oleh Account Officer karena inilah tujuan penyusunan cash flow.
·            Perhatikan bahwa pada bulan Januari, PT RAHMAT mengalami defisit kas sebesar 2,75 dan saldo kas minimum yang harus dipelihara adalah 6,50. Dengan demikian, total kebutuhan dana dan untuk bulan Januari adalah sebesar 2,75 + 6,50 = 9,25.
·            Untuk bulan Februari, PT RAHMAT mengalami surplus sebesar 3,75. Tetapi karena saldo kas minimum yang dibutuhkan adalah 6,50, pada bulan Februari ini mereka membutuhkan dana tambahan sebesar 6,50 – 3,75 = 2,75.
·            Demikian seterusnya kita dapat menghitung jumlah kebutuhan dana tambahan PT RAHMAT.
SALDO AKHIR
·            Saldo akhir menunjukkan posisi uang tunai yang dimiliki di akhir bulan tertentu. Karena setiap bulan terjadi dropping dana dari bank, dimana dalam pencairan dana bank yang menjadi patokan adalah saldo kas minimum, maka saldo akhir untuk kasus ini selalu adalah sama dengan saldo kas minimum.
·            Saldo kas akhir akan menjadi saldo kas awal untuk bulan berikutnya.
AKUMULASI PINJAMAN BANK
·            Akumulasi pinjaman bank menunjukkan besarnya pemakaian dana bank secara total dari waktu ke waktu.
·            Dari Neraca 31 Desember 19X1 diketahui bahwa PT RAHMAT tidak memiliki pinjaman bank, sehingga akumulasi pinjaman bank untuk bulan Januari 19X2 adalah sama dengan tambahan pinjaman bank yang dicairkan di bulan Januari, yaitu 9,25.
·            Akumulasi pinjaman bank untuk bulan berikutnya dihitung dari akumulasi pinjaman bank sebelumnya + pencairan dana bank bulan yang bersangkutan.
·            Untuk bulan Februari, akumulasi pinjaman bank = 9,25 + 2,75 = 12,01. Akumulasi pinjaman bank untuk bulan Maret = 12,01 + 5,64. Demikian seterusnya.
·            Akumulasi pinjaman bank di akhir Desember sebesar 35,96 masuk ke Neraca per 31 Desember 19X2. Perhatikan bahwa dari Neraca Pro-forma yang disusun, pinjaman bank adalah sebesar 36,66 atau selisih 0,70 disebabkan adanya pembulatan, tidak menunjukkan angka yang signifikan.
Dari proyeksi Cash Flow yang telah dilakukan di atas, kita dapat menentukan hal-hal berikut:
·            Plafon pinjaman yang dibutuhkan adalah 35,96, yaitu akumulasi pinjaman bank yang terbesar. Dalam hal ini terjadi di akhir tahun.
·            Kita dapat mengetahui saat dana tersebut dibutuhkan, yaitu 9,25 di bulan Januari 2,75 di bulan Februari, 5,64 di bulan Maret, dan seterusnya.
Dalam skenario ini, hasil yang diperoleh dari perhitungan Cash Flow adalah sama dengan hasil yang diperoleh dari perhitungan Metode Prosentase dari penjualan.

 

SKENARIO II

Pada Skenario II diasumsikan sebagai berikut:
·            Distribusi Penjualan per bulan sama dengan skenario I, yaitu 15,60 per bulan
·            Aktiva Tetap dibeli di bulan 1 (Januari), tidak dibagi rata seperti skenario I. Dengan demikian, pembelian Tanah/Bangunan sebesar 15,00 dan mesin-mesin sebesar 37,50 dilakukan seluruhnya pada bulan Januari.
Hasil Proyeksi Cash Flow untuk skenario II adalah sebagai berikut:
PT RAHMAT
PROYEKSI CASH FLOW TAHUN 19X2














JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOP
DES
Saldo Awal Kas
     5,00
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50













Penerimaan Kas












Piutang tertagih
   12,00
  12,00
  12,00
  15,60
  15,60
  15,60
  15,60
  15,60
  15,60
  15,60
  15,60
  15,60













Total Kas Tersedia
   17,00
  18,50
  18,50
  22,10
  22,10
  22,10
  22,10
  22,10
  22,10
  22,10
  22,10
  22,10













Pengeluaran Kas

























Pemby Utang dagang
     9,60
    9,60
  12,48
  12,48
  12,48
  12,48
  12,48
  12,48
  12,48
  12,48
  12,48
  12,48













Biaya Operasional
     0,78
    0,78
    0,78
    0,78
    0,78
    0,78
    0,78
    0,78
    0,78
    0,78
    0,78
    0,78













Pembelian












Tanah/Bangunan
   15,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00













Pembelian Mesin
   37,50
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00













Pembayaran Pajak
     5,00
























Total Kas Keluar
   67,88
  10,38
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26













Kas Surplus / Defisit
 (50,88)
    8,12
    5,24
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84













Saldo Kas Minimum
     6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50













Pinjaman bank
   57,38
  (1,62)
    1,26
  (2,34)
  (2,34)
  (2,34)
  (2,34)
  (2,34)
  (2,34)
  (2,34)
  (2,34)
  (2,34)













Saldo Akhir
     6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50













Akumulasi












Pinjaman Bank
   57,38
  55,76
  57,02
  54,68
  52,34
  50,00
  47,66
  45,32
  42,98
  40,64
  38,30
  35,96

Dari Cash Flow di atas terlihat hal-hal sebagai berikut:
·            Jumlah dana yang dibutuhkan bukanlah sebesar 35,96 seperti dihitung di metode Prosentase Penjualan pada saat kita menyusun Neraca Performa, tetapi sebesar 57,38 yaitu akumulasi pinjaman Bank bulan Januari. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa di akhir tahun 19X2, sisa pinjaman Bank adalah 35,96.
·            Akumulasi pinjaman tersebut tidak mengalami peningkatan dari bulan ke bulan seperti skenario I, karena pada bulan Januari terjadi pengeluaran kas yang besar untuk mengadakan pembelian aktiva tetap, yaitu tanah/bangunan dan mesin-mesin.
Dari skenario II terlihat bahwa dengan menyusun Neraca Performa, kita tidak dapat mengetahui kebutuhan dana interim, yaitu kebutuhan dana sepanjang periode sebelum akhir tahun. Oleh karena itu untuk melengkapi proyeksi Neraca dibutuhkan Cash Budget. Secara bersama-sama kita tidak akan dapat menentukan dengan tepat jumlah dan waktu kebutuhan dana.

SKENARIO III

Pada skenario III diasumsikan sebagai berikut:
·            Penjualan per bulan tidak merata seperti skenario-skenario sebelumnya. Hanya total penjualan per tahun yang tidak berubah, yaitu sebesar 87,20. Distribusi penjualan adalah sebagai berikut:
Januari     15,00               Juli                   35,00
Februari   15,00               Agustus           20,00
Maret       10,00               September       10,00
April        10,00               Oktober           10,00
Mei          10,00               November       10,00
Juni          25,00               Desember        17,20
·             Penambahan aktiva tetap terjadi di bulan Januari, sama seperti skenario II
Hasil proyeksi aliran kas dari skenario III adalah sebagai berikut:

PT RAHMAT
PROYEKSI CASH FLOW TAHUN 19X2














JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOP
DES
Penjualan per bulan
   15,00
   15,00
   10,00
   10,00
   10,00
   25,00
   35,00
   20,00
   10,00
   10,00
   10,00
   17,20













Saldo Awal Kas
     5,00
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50













Penerimaan Kas












Piutang tertagih
   12,00
   12,00
   12,00
   15,00
   15,00
   10,00
   10,00
   10,00
   25,00
   35,00
   20,00
   10,00













Total Kas Tersedia
   17,00
   18,50
   18,50
   21,50
   21,50
   16,50
   16,50
   16,50
   31,50
   41,50
   26,50
   16,50













Pengeluaran Kas

























Pemby Utang dagang
     9,60
     9,60
   12,00
   12,00
     8,00
     8,00
     8,00
   20,00
   28,00
   16,00
     8,00
     8,00













Biaya Operasional
     0,75
     0,75
     0,50
     0,50
     0,50
     1,25
     1,75
     1,00
     0,50
     0,50
     0,50
     0,86













Pembelian












Tanah/Bangunan
   15,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00













Pembelian Mesin
   37,50
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00













Pembayaran Pajak
     5,00
























Total Kas Keluar
   67,85
   10,35
   12,50
   12,50
     8,50
     9,25
     9,75
   21,00
   28,50
   16,50
     8,50
     8,86













Kas Surplus / Defisit
 (50,85)
     8,15
     6,00
     9,00
   13,00
     7,25
     6,75
   (4,50)
     3,00
   25,00
   18,00
     7,64













Saldo Kas Minimum
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50













Pinjaman bank
   57,35
   (1,65)
     0,50
   (2,50)
   (6,50)
   (0,75)
   (0,25)
   11,00
     3,50
 (18,50)
 (11,50)
   (1,14)













Saldo Akhir
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50
     6,50













Akumulasi












Pinjaman Bank
   57,35
   55,70
   56,20
   53,70
   47,20
   46,45
   46,20
   57,20
   60,70
   42,20
   30,70
   29,56

Hasil yang diperoleh dari skenario III adalah sebagai berikut:
·            Hasil perhitungan ternyata jauh berbeda dibandingkan proyeksi yang dilakukan dengan metode prosentase penjualan. Jumlah dana yang dibutuhkan adalah 57,35, hampir sama dengan skenario II. Walaupun demikian, saldo akhir pinjaman tidak sebesar 35,96 seperti pada skenario II, tetapi sebesar 29,56, atau selisih sebesar 6,40.
·            Perbedaan tersebut disebabkan oleh:
-       Total penjualan untuk tiga bulan terakhir (Oktober sampai dengan Desember) adalah sebesar 37,20, sedangkan penjualan skenario II untuk periode yang sama adalah 46,80 atau selisih sebesar 9,60.
-       Sisa Utang Dagang yang belum dibayar pada akhir tahun 19X2 untuk skenario III adalah sebesar 21,76, sedangkan untuk skenario II adalah sebesar 24,96, atau selisih sebesar 3,20.
Selisih piutang dagang sebesar 9,60 tersebut dibiayai oleh selisih utang dagang sebesar 3,20, sisanya oleh pinjaman Bank sebesar 6,40.
·            Pemakaian dana bank sangat tidak teratur. Pada suatu saat pemakaiannya besar sedangkan pada saat yang lain pemakaian dana bank menurun. Perhatikan bahwa secara umum, pemakaian dana bank tergantung dari tingkat penjualan. Semakin tinggi tingkat penjualan, semakin besar pinjaman bank yang dipergunakan, sampai piutang dagang tertagih kembali.
Skenario-skenario di atas menunjukkan pada kita bahwa:
·            Untuk penjualan yang stabil sepanjang tahun, perhitungan kebutuhan dana yang diperoleh dari metode prosentase penjualan dengan metode Cash Budget tidak berbeda.
·            Metode Cash Budget sangat dibutuhkan untuk penjualan bersifat musiman (seasonal), dimana kebutuhan dana tidak dapat terdeteksi hanya dengan mengandalkan proyeksi Neraca.

MENENTUKAN JENIS PINJAMAN

Manfaat dari pembuatan Cash Budget adalah bermacam-macam. Salah satunya adalah untuk menentukan jenis pinjaman yang akan diberikan. Dibawah ini adalah Cash Budget dari PT RAHMAT (skenario II) yang di modifikasi. Pada Cash Flow yang baru ini kita memisahkan seluruh pendapatan dan pengeluaran menjadi dua golongan besar, yaitu:
a.       Operating Cash Flow (Aliran Kas Keluar)
Seluruh aktifitas yang berhubungan dengan operasi bisnis sehari-hari digolongkan pada Operating Cash flow. Contoh : hasil penagihan piutang dagang, pembelian bahan, biaya operasional, dan lain-lain.
b.       Non Operating Cash Flow
Yaitu aliran kas yang tidak dipakai untuk kegiatan operasional bisnis sehari-hari.
Contoh: Pendapatan dari penjualan aktiva tetap, pembelian aktiva tetap (investasi, dan lain-lain.

PT RAHMAT
PROYEKSI CASH FLOW TAHUN 19X2














JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOP
DES
Penjualan
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
Saldo Awal Kas
          5,00
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50













OPERASIONAL

























Penerimaan Kas












Piutang tertagih
       12,00
       12,00
       12,00
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60
       15,60













Total Kas Tersedia
  17,00
  18,50
  18,50
  22,10
  22,10
  22,10
  22,10
  22,10
  22,10
  22,10
  22,10
  22,10













Pengeluaran Kas

























Pemby Utang dagang
          9,60
          9,60
       12,48
       12,48
       12,48
       12,48
       12,48
       12,48
       12,48
       12,48
       12,48
       12,48
Biaya Operasional
          0,78
          0,78
          0,78
          0,78
          0,78
          0,78
          0,78
          0,78
          0,78
          0,78
          0,78
          0,78
Pembayaran Pajak
          5,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00













Total Kas Keluar
  15,38
  10,38
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26
  13,26













Kas Surplus / Defisit
          1,62
          8,12
          5,24
          8,84
          8,84
          8,84
          8,84
          8,84
          8,84
          8,84
          8,84
          8,84













Saldo Kas Minimum
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50
          6,50













Pinjaman bank
          4,88
0,00
          1,26
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00













Kas Bersih












Operasional
    6,50
    8,12
    6,50
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84













Non Operasional

























Penerimaan Kas

























 Penjualan Aktiva Tetap
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
 Persamaan lain-lain
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00













 Total Penerimaan
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00













 Pengeluaran Kas












 Pembelian












 Tanah/Bangunan
       15,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
 Pembelian Mesin
       37,50
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
 Total Pengeluaran
  52,50
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
 Kas Surplus / Defisit
     (52,50)
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00













 Pinjaman Jk Panjang
       52,50
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00













 Saldo Kas Non -












 Operasional
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00













Kas Tersedia untuk












Pembayaran Cicilan












Pokok
    6,50
    8,12
    6,50
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84
    8,84













Cicilan Pokok
0,00
          1,62
0,00
          2,34
          2,34
          2,34
          2,34
          2,34
          2,34
          2,34
          2,34
          2,34













Saldo Akhir
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50
    6,50













Akumulasi Pinjaman












Jangka Pendek
          4,88
4,88
6,14
6,14
6,14
6,14
6,14
6,14
6,14
6,14
6,14
6,14













Jangka Panjang
       52,50
       50,88
       50,88
       48,54
       46,20
       43,86
       41,52
       39,18
       36,84
       34,50
       32,16
       29,82













Total Sisa












Pinjaman
  57,38
  55,76
  57,02
  54,68
  52,34
  50,00
  47,66
  45,32
  42,98
  40,64
  38,30
  35,96

Dengan format seperti diatas kita dapat mengetahui secara pasti jenis aktiva yang dibiayai dengan pinjaman. Seperti telah dibahas pada struktur kredit, bila aktiva yang dibiayai adalah aktiva tetap, pinjaman yang diberikan adalah pinjaman jangka panjang. Sedangkan bila aktiva yang dibiayai adalah aktiva operasional, pinjaman yang diberikan adalah pinjaman jangka pendek. Dari Cash flow diatas kita mengetahui bahwa PT RAHMAT membutuhkan pinjaman jangka panjang sebesar 52,50, dan kekurangannya adalah dalam bentuk pinjaman jangka pendek.

MENGETAHUI JANGKA WAKTU PINJAMAN

Jika melihat Cash flow Projection “yang baru” di atas, ada beberapa baris yang tidak ada Cash flow sebelumnya, yaitu “kas tersedia untuk pembayaran cicilan pokok” dan “cicilan pokok”.
Kas tersedia untuk pembayaran cicilan pokok (cash Available To Repay Loan Principal) adalah sisa saldo kas yang ada setelah seluruh pengeluaran tunai dibayar. Dari format di atas, kas tersedia untuk pembayaran cicilan pokok diperoleh dari penjumlahan saldo kas operasional dengan saldo kas non-operasional. Karena dalam kasus PT RAHMAT kita selalu menjaga agar tidak ada saldo kas non-operasional, sehingga kas tersedia untuk pembayaran cicilan pokok ini adalah sama dengan saldo kas operasional.
Saldo kas menunjukkan kemampuan pembayaran pokok pinjaman oleh nasabah. Dalam menentukan besar cicilan pokok harus dilakukan oleh nasabah, kita tidak boleh memaksakan kehendak. Hal tersebut dapat mengakibatkan nasabah mengalami kesulitan likuiditas (dengan asumsi mereka tidak dapat memperoleh sumber dana yang lain). Ada Account Officer yang cenderung memberikan pinjaman jangka panjang yang tidak terlalu panjang, misalnya hanya sampai 2 atau 3 tahun. Hal ini berdasarkan alasan untuk mengurangi resiko kredit, karena semakin pendek waktu, cicilan pokok akan semakin besar. Argumentasi A/O tersebut memang dapat diterima, tetapi bila kita memaksa nasabah untuk membayar angsuran diluar kapasitasnya, yang kita lakukan sebenarnya adalah menggali lubang untuk mengubur nasabah. Ia pasti akan mengalami kesulitan.
Dalam kasus kita, terlihat bahwa pada bulan Februari 19X2 tersedia kas untuk pembayaran cicilan pokok sebesar 8,12. karena saldo kas minimum adalah 6,50 nasabah dapat membayar angsuran sekitar 1,62. Mulai bulan April, PT RAHMAT dapat membayar angsuran sebesar 2,34 tanpa mengalami kesulitan dengan tetap mempertahankan saldo kas minimum sebesar 6,50. Dengan demikian kita dapat menentukan struktur fasilitas sebagai berikut:
·            Jangka waktu angsuran adalah:
52,50 x 1 bulan = 22,5 (23 bulan)
  2,34
·            Dari Cash flow di atas terlihat bahwa pada bulan Februari, PT RAHMAT mampu membayar angsuran sekitar 1,62, tetapi pada bulan Maret tidak dapat melakukan angsuran pokok. Dengan demikian, PT RAHMAT membutuhkan grace period selama 2 bulan.
·            Dari kedua hal di atas, kita dapat merekomendasikan struktur pinjaman jangka panjang PT RAHMAT sebagai berikut:
Plafon pinjaman                           : 52,50
Pencairan Dana                            : Januari 19X2
Grace Period                                : (Februari dan Maret 19X2)

Pengembalian pokok pinjaman    : 22 cicilan bulanan

Credit : Bp. Budi Sukardi

Followers