Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan
pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si
pembicara atau penulis.
Ciri-ciri kalimat
efektif:
1.
kesepadanan
2.
kesejajaran
bentuk
3.
penekanan
4.
kehematan
dalam mempergunakan kata
5.
kevariasian
dalam struktur kalimat
- Kesepadanan dan Kesatuan
a.
Subjek dan
predikat
Subjek dapat berupa kata atau kelompok kata
-
Orang yang duduk di pojok itu tetangga saya.
-
Pada malam hari suhu udara terbuka menurun
dengan cepat.
b.
Kata
penghubung intrakalimat dan antarkalimat
-
Kami semua bekerja keras, sedangkan dia
hanya bersenang-senang.
-
Dia sudah berkali-kali tidak menepati janjinya
padaku. Karena itu, aku tidak dapat mempercayainya lagi.
c.
Gagasan
pokok
Gagasan pokok biasanya diletakkan di depan
Jika kalimat majemuk >> ide pokok harus
berada pada (sebagai) induk kalimat.
Contoh:
-
Ia
ditembak mati ketika masih dalam tugas militer.
-
Ia
masih dalam tugas militer ketika ditembak mati.
d. Penggabungan dengan
“yang” dan “dan”
Dua klausa atau dua kalimat digabung dengan “yang”
>> kalimat majemuk bertingkat
Dua kalimat digabung dengan kata “dan” >>
kalimat majemuk setara.
Contoh:
(1) a. Masyarakat
merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah.
b. Perbaikan mutu pendidikan adalah tugas utama perguruan tinggi.
(2) a. Kongres lingkungan
hidup diadakan di Kanada
b. Kongres itu membicarakan beberapa
masalah.
e. Penggabungan yang
menyatakan “sebab’ dan “waktu” >> karena + ketika
(1) Ketika banjir besar
melanda kampung itu, penduduk….
(2) Karena banjir besar
melanda kampung itu, penduduk….
f. Penggabungan kalimat
yang menyatakan hubungan akibat dan hubungan tujuan.
-
sehingga
>> hubungan “akibat”
-
agar/supaya
>> hubungan “tujuan”
(1)
Semua
peraturan telah ditentukan.
(2)
Para mahasiswa tidak bertindak
sendiri-sendiri.
- Kesejajaran Bentuk (paralelisme)
Kesejajaran akan membantu memberi kejelasan
kalimat secara keseluruhan.
Contoh:
Penyakit pikun adalah satu segi usia tua yang paling mengerikan
dan berbahaya sebab pencegahan dan cara pengobatannya
tidak ada yang tahu.
- Penekanan dalam Kalimat
Inti pikiran/ ide pokok ditonjolkan lewat beberapa cara.
(1)
posisi
dalam kalimat
Mengedepankan bagian yang penting >> subjek,
predikat, objek, keterangan.
(2)
urutan
yang logis
Secara kronologis, urutan makin lama makin
penting, menggambarkan sesuatu proses.
(3)
pengulangan
kata
Dalam pembiayaan harus ada keseimbangan antara pemerintah
dengan swasta, keseimbangan domestik dengan luar negeri, keseimbangan…..
- Kehematan dalam mempergunakan kata
(1)
Pengulangan
subjek
Pemuda itu segera mengubah rencananya
setelah dia bertemu dengan pemimpin perusahaan.
(2)
Hiponimi
Presiden SBY menghadiri rapim ABRI
hari Senin, bulan Oktober, tahun 2006.
(3) Pemakaian kata depan
“dari” dan “daripada”
-
Anak dari tetangga saya hari ini akan
dilantik.
-
Sejarah daripada perjuangan bangsa ikut
memberi….
- Kevariasian dalam struktur kalimat
(1)
Cara
memulai
-
subjek
pada awal kalimat
-
predikat pada awal kalimat (infersi)
-
kata modal
pada awal kalimat
-
frase pada
awal kalimat
Kata-kata modal: tentu, barangkali, mungkin,
memang, jarang, sebetulnya, dsb.
(1)
Panjang
pendek kalimat
(2)
Jenis
kalimat
-
kalimat
berita
-
kalimat
tanya
-
kalimat
perintah
(1)
Kalimat
aktif-pasif
(2)
Kalimat
langsung-tak langsung
Berapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta
perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif:
1. Penggunaan dua kata
yang sama artinya dalam sebuah kalimat.
Sejak dari usia delapan tahun
ia telah ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia
telah ditinggalkan ayahnya.)
2. Penggunaan kata
berlebih yang 'mengganggu' struktur kalimat.
Menurut berita yang saya dengar
mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.
(Berita yang saya dengar
mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah/ Berdasarkan berita yang saya
dengar, kurikulum akan segera diubah.)
3.
Penggunaan
imbuhan yang kacau
Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan/
Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan.)
4.
Kalimat
tak selesai
Manusia yang secara kodrati merupakan makhluk sosial
yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial,
selalu ingin berinteraksi.)
5.
Penggunaan
kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku
Kita harus bisa merubah
kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah
kebiasaan yang buruk.)
6. Penggunaan tidak
tepat kata 'di mana' dan 'yang mana'
Saya menyukainya di mana
sifat-sifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena
sifat-sifatnya sangat baik.)
7. Penggunaan kata
'daripada' yang tidak tepat
Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)
8.
Pilihan
kata yang tidak tepat
9. Kalimat ambigu yang
dapat menimbulkan salah arti
Sopir Bus
Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri
(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)
10.Pengulangan kata yang tidak perlu
Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku
setahun.
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan lima judul buku.)
11.Kata 'kalau' yang dipakai secara salah
Dokter itu mengatakan kalau
penyakit AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa
penyakit AIDS sangat berbahaya.)
Diksi
Diksi (pilihan kata): pengertian kata-kata mana yang dipakai
untuk menyampaikan suatu gagasan,
bagaimana membentuk pengelompokan kata yang
tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling
baik digunakan dalam suatu situasi; kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar; pilihan kata yang tepat dan sesuai
hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan
kata bahasa itu.
Kosa kata: keseluruhan kata yang dimiliki oleh
sebuah bahasa.
Perhatikan contoh kalimat berikut.
Kita tahu bahwa
mereka yang bekerja di luar negeri itu rentan terhadap perlindungan hukumnya.
Untuk mencapai ketepatan pilihan kata, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan.
1. Membedakan secara
cermat denotasi dari konotasi.
2. Membedakan dengan
cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
3. Bedakan kata umum dan
kata khusus.
4. Gunakan kata-kata
indria yang menunjukkan persepsi yang khusus.
5. Perhatikan perubahan
makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
6.
Hindari
Pola Sirkumlokusi, yaitu definisi yang mengulang kata yang dibatasi atau
mengulang gagasan yang sama, yaitu sinonimnya, dalam definisinya.
Contoh:
Sebab-sebab peperangan adalah faktor-faktor yang menyebabkankonflik bersenjata.
7. Hindari Repetisi yang
Tidak Perlu.
Perhatikan
kalimat berikut:
Entah,
akankah Masitoh akan kembali sehat dan ceria, seperti dulu.
Perbaikan
kalimat di atas adalah sebagai berikut:
a. Entah,
akankah Masitoh kembali sehat dan ceria, seperti dulu.
b. Entah, apakah Masitoh akan
kembali sehat dan ceria, seperti dulu.
8.
Tidak
Menggunakan Bahasa Artifisial (bahasa yang disusun secara seni).
Contoh
bahasa artifisial:
Saat itu, malam bergerak menuju
pagi. Langit baru saja berhenti melepaskan hujannya.
Kalimat tersebut bisa diubah seperti berikut:
Saat
itu menjelang pagi, hujan baru saja reda.
9.
Hindari
Ungkapan Usang.
10. Hindari Bentuk Mubazir
(pleonasme), yakni penggunaan kata-kata yang lebih dari yang diperlukan.
Contoh: Lembaga ini didirikan hanya untuk
mengantisipasi kerusuhan Mei saja.
11.
Perhatikan
Kata Baku dan Tidak Baku.
Berikut
beberapa contoh kata tidak baku
yang sering kita temui di media massa .
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
pengait pengkait
pemarkiran pemparkiran
penafsiran pentafsiran
penyurvai pensurvai
Bentuk Benar Bentuk Salah
bilamana bila mana
acapkali acap kali
sekaligus sekali gus
apabila apa bila
amoral a moral
purnabakti purna bakti
non-RRC nonRRC
non-Asia nonAsia
pan-Islamisme pan Islamisme
antarwarga antar warga
antarmahasiswa antar mahasiswa
ekstrakurikuler ekstra kurikuler
saptakrida sapta krida
nonblok non blok
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^