Sunday 12 February 2012

Fanfic Aishiterukara - Hey! Say! JUMP Part 04

AISHITERUKARA / BECAUSE I LOVE U (PART 4)

*****************
Part sebelumnya:
“DDOOORRR…”
Sebuah ledakan terdengar begitu keras dari gedung tempat mereka menginjakkan kakinya itu.
Satu ledakan itu cukup untuk membuat mereka teramat terkejut. Namun, mereka berenam masih bisa menahan diri untuk tidak panik.

Tiba-tiba pintu atap terbuka…

“Angkat tangan kalian!!”
Dua orang yang mengenakan topeng, mengarahkan sebuah senapan mesin ke arah 6 siswa itu…

*****************
*****************

Yuto dengan sigap segera melangkahkan kakinya – cepat. Satu detik kemudian, tubuhnya yang jangkung sudah tak lagi terlihat sepenuhnya karena pemuda paling tinggi itu kini sudah menyembunyikan badannya di belakang saudaranya yang merupakan orang paling pendek di tempat itu – Yuri.

Suasana sarapan pagi yang begitu nyaman beberapa saat lalu, kini lenyap dalam sesaat. Kengerian menyelimuti wajah ke-enam siswa SMU itu saat menatap dua senjata mesin laras panjang yang mengarah ke tubuh mereka.

Keenamnya mengangkat tangan menandakan mereka tak akan melakukan perlawanan. Satu gerakan yang mencurigakan, mungkin bisa saja langsung membuat mereka tak kan lagi bisa menikmati hidup.

Angin berhembus semakin dingin di atap sekolah ini.

“Cepat turun!!” bentak salah seorang yang mengenakan topeng bermotif power ranger. Sementara orang bertopeng satunya berjalan ke arah 6 siswa itu dan menggiring mereka turun dari atap.

“BRUUK”

Salah seorang dari siswa itu roboh sambil memegangi dadanya.
“Ryosuke, kau tak apa?!” Yuri, Keito, dan Zashi dengan segera menghampiri sahabat mereka itu. Kepanikan menyelimuti wajah mereka.

“Wei, kenapa dia?!” si orang bertopeng tidak kalah terkejutnya dengan kejadian barusan.

Sementara orang yang tengah roboh, dengan sedikit kedipan matanya, teman-temannyapun segera memahami apa yang dipikirkan oleh Ryosuke.

“BUGGHH… BUGGHH…”
Hantaman tangan Ryutaro dan Yuto yang begitu kuat, sukses membuat kedua pria bertopeng itu roboh. Senjata yang tadinya mengarah pada mereka, kini sudah terpental jauh meninggalkan majikannya.

Pukulan berturut-turut juga dilayangkan Yuri dan Keito, yang tentu saja membuat perlawanan kedua pria bertopeng itu menjadi sia-sia. Keduanya kini telah sempurna kehilangan kesadarannya. Senapan mesinpun telah turut berpindah majikan – berpindah ke tangan Yuto dan Ryutaro.

“Seret mereka ke atap dan ikat mereka,” perintah dari Ryosuke dan iapun segera mendapatkan tanggapan dari sahabatnya yang lain.

Keenam siswa itu kini tengah menyeret dua penjahat kembali ke atap. Diikatkannya sebuah tali dengan begitu kuat pada tubuh dua penjahat itu.

Keenamnya memandang lekat pada kedua penjahat yang masih mengenakan topengnya. Perlahan kaki pendek Yuri berjalan menghampiri dua orang bertopeng – yang beberapa saat lalu mengarahkan senapan mesin ke arahnya – yang sekarang sudah tak lagi memberikan tanda kesadaran. Ditekuknya lututnya itu sehingga kini membuat wajahnya hanya berada satu jengkal dari wajah salah satu dari dua orang bertopeng di hadapannya.

Yuri membuka topeng kedua orang di hadapannya itu. Kini irisnya sempurna terpaku menatap wajah di depannya. Wajah dua orang yang sudah pasti bukan orang Jepang.

Ada apa ini? Kenapa orang luar negeri seperti mereka bisa masuk ke sekolah ini?” Yuto segera menyampaikan hasratnya untuk bertanya.
Keitopun segera menanggapi pertanyaan Yuto itu dengan jawaban yang mungkin kurang sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh sahabatnya barusan. “Sepertinya mereka memang belum tahu kalau sekolah ini adalah sekolah kita – anak para Yakuza level tertinggi.”

“KREEK… TAP… TAP… TAP…”
Dua orang pemuda yang berseragam sama dengan keenam siswa itu, terlihat membuka pintu atap dan segera berlari ke arah keenamnya.

“Sudah kuduga kalian di sini,” pemuda berambut pirang langsung melontarkan kalimat terputus-putus karena nafasnya yang masih tak beraturan terkesan begitu panik.

“Yuya…,” Zashi segera menghampiri dambaan hatinya itu dan dengan cekatan mengeluarkan sapu tangannya tuk menyeka keringat Yuya yang mengalir deras.

Sementara pemuda satunya langsung berbaring di atap sambil mengatur nafasnya yang masih membuat jantungnya berdetak begitu kencang.

“Sekolah kita telah dibajak!!” kata pemuda yang tengah terbaring itu – Hikaru Mizuno – tanpa menunggu lontaran pertanyaan yang telah terkias jelas di wajah anak para Yakuza.

*****************

Sementara itu di aula Heisei Gakuen,

Ratusan siswa tertunduk lesu dengan wajah yang teramat berantakan dengan kegelisahan yang jelas tersirat di wajah mereka. Sementara belasan orang bertopeng tengah sibuk membentak siswa-siswa tersebut agar segera duduk diam di aula ini.

Di sudut satunya…
Di tempat yang tak terlihat…

“Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?” wajah panik tergambar jelas dari mimik siswi kelas satu itu – Emi.
Dengan segera sebuah tangan langsung membungkam mulut Emi agar tak lagi bisa mengeluarkan kata-katanya. “Jangan berisik… Nanti kita bisa tertangkap,” perintah Chiko pada temannya yang masih terlihat gelisah ini.
Detik berikutnya, mulut Chikopun sudah ikutan terbekap oleh dua telapak tangan yang berbeda ukuran. “Ssssttt…,” Ayaka dan Yui menutup mulut Chiko bersamaan.

Keempat siswi yang tengah sembunyi ini beruntung karena mereka masih belum ditemukan oleh orang-orang bertopeng itu. Ancaman Chiko tuk mengajak Emi, Ayaka, dan Yui membolos, membuat mereka tak berada di kelas saat pembajakan dilakukan.
Biarpun begitu, tak ada sedikitpun kelegaan di raut wajah mereka. Kesedihan yang teramat mendalam melihat teman-teman mereka dibentak dan dipukuli secara tidak manusiawi.

Air mata mengalir deras membasahi wajah Ayaka, Yui, dan Emi. Pemandangan yang mereka lihat di depan mata mereka kali ini benar-benar terkesan menyayat hati.

“Kalian jangan menangis di saat seperti ini!” Chiko berusaha menghibur ketiga temannya itu.

Sesaat kemudian – sebelum ketiganya menghentikan aliran air mata mereka – dua tubuh mendekap mereka dari belakang dengan tangan yang sudah sempurna membekap bibir keempat siswi itu.
Debaran jantung yang luar biasa kencang seketika langsung terpacu dari keempat siswi ini.

“Sssttt… Ini kami…,” Yuto segera melepaskan bekapannya pada Ayaka dan Yui disusul Ryutaro yang juga segera melepaskan bekapannya dari bibir Chiko dan Emi.

“Yuto-kun…,” Ayaka terpaku diam memandangi wajah pemuda di depannya. Ingin sekali ia bisa segera memeluk tubuh kurus di depannya itu untuk meluapkan segala kegelisahan yang sedari tadi membelenggu perasaannya.

“Kau tak apa, Yui?” satu kalimat terlontar dari mulut Yuto sambil memegang wajah Yui yang sukses membuat hati Ayaka bagai tersambar petir dan meledak hancur menjadi serpihan-serpihan kecil.

Emi menyadari tatapan kosong Ayaka. Emi tahu betul seberapa besar rasa suka sahabatnya itu pada Yuto. Tapi kenapa… kenapa Yuto mengkhawatirkan Yui? Sejak kapan Yui menjalin hubungan dengan Yuto tanpa sepengetahuan dirinya dan Ayaka…

“Kalian bertiga juga tak apa kan?” suara Ryutaro yang terdengar dengan nada berbisik, cukup untuk membuat kesadaran Emi kembali. Dengan segera diraihnya tangan Ayaka dan menatap sahabatnya itu dengan perasaan iba – tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

*****************

Di atap sekolah,
Dua insan tengah bermesraan melepas segala kerinduan. Hal yang sebenarnya tidak pantas mereka lakukan di situasi seperti ini.

“Bisa tidak kalian jangan lakukan itu sekarang,” Hikaru mengajukan protes.
Yuya dan Zashi yang sedari tadi meluapkan cinta kasih secara terang-terangan di hadapan keempat orang lainnyapun segera menghentikan aktivitas bermesraan mereka.

“Gomenasai…”

Yuya dan Zashi sesegera mungkin melepaskan cengkerama mereka.

Ryosuke masih memandang ke hamparan halaman luas di bawah sana.
“Lebih baik kita segera menghubungi orang kita untuk mengatasi ini semua,” usul Keito yang langsung mendapatkan perhatian dari Yuya, Zashi, Yuri dan Hikaru.

“Jangan bodoh…,” respon Ryosuke pendek masih tanpa mengalihkan pandangannya.
“Tindakan bodoh yang kita ambil, bisa saja membahayakan keselamatan teman-teman kita. Kita mungkin selamat, tapi tidak akan demikian dengan ratusan siswa yang lain,” tambahnya memberi penjelasan pada Keito yang sukses membuat pemuda kekar itu segera menundukkan kepalanya – diam.

Semua menyadari…
Biarpun Ryosuke adalah anak yang paling dingin diantara mereka, tapi ialah yang paling memperhatikan keselamatan orang-orang di sekitarnya melebihi siapapun.

“Kakak…,” teriakan dengan nada yang tidak terlalu keras tiba-tiba terdengar dari arah pintu masuk. Seorang gadis segera berlari ke arah Hikaru dan memeluknya – yang sedetik kemudian gadis itu langsung menumpahkan semua air matanya.

“Ayaka…”

Hikaru terlihat sedikit bingung melihat tingkah adik satu-satunya itu. “Ada apa, Ayaka? Penjahat-penjahat itu sudah menyakitimu kah? Katakan…”
“Kau tenang saja. Jangan menangis… Kakak pasti akan menghajar mereka,” usaha Hikaru untuk menghibur adiknya itu malah semakin membuat si gadis menangis keras.

“Bukan masalah itu, kak…,” Emi yang baru saja berjalan ke arah Hikaru dan Ayaka, segera mendapatkan perhatian penuh dari Hikaru. Dilihatnya seorang gadis yang belum sempat ia ajak kenalan – Chiko – juga berjalan ke arah mereka bersama Ryutaro. Di belakang mereka, Hikaru dapat menangkap sosok Yui – sahabat karib dari adiknya – tengah berjalan menunduk di belakang Yuto.

Seketika Hikaru memahami permasalahan yang sebenarnya terjadi.

Hikaru memandang wajah Emi untuk sesaat. Dan gadis yang dipandangpun segera menganggukkan kepalanya – terlihat paham dengan arti tatapan mata Hikaru. Sepertinya Hikaru telah menyadari bahwa adiknya tengah patah hati. Patah hati gara-gara sahabatnya merebut orang yang ia sukai – Yuto.

“Jangan menangis…,” Yuri tiba-tiba terduduk di samping Hikaru yang masih mendekap erat adiknya. “Jangan menangis, Ayaka…,” bisiknya lirih sambil menghapus linangan air mata di wajah gadis itu.

“Sudah cukup bermesraannya,” satu kalimat dari Ryosuke sukses membuat pemuda tersebut mendapatkan perhatian penuh dari semua orang di tempat itu.
“Bagaimana dengan Mimiko?” tanyanya sambil mengarahkan pandangan lekat pada Yuto dan Ryutaro yang beberapa saat lalu disuruhnya untuk melihat keadaan.

“Ia tertangkap. Kami melihatnya diikat bersama siswa lainnya di aula. Begitu juga dengan kepala sekolah, kakakmu,” Ryutaro memberikan jawaban yang cukup untuk menjawab pertanyaan sahabatnya barusan.

 “Ia tertangkap?” wajah terkejut nampak jelas dari mimik Ryosuke. Satu detik kemudian, pemuda yang biasanya paling tenang itu nampak sudah melangkahkan kakinya cepat menuju arah pintu untuk segera menuruni atap memastikan keselamatan gadis yang telah merebut hatinya.

“Ryosuke…,” sebuah tangan menggenggam erat lengan Ryosuke. “Cobalah untuk sedikit tenang,” Yuri mencoba menahan kepergian sahabatnya itu karena ia tahu Ryosuke mungkin akan bertindak bodoh yang mungkin akan membahayakan nyawanya.

“Lepaskan aku Yuri!! Aku harus menyelamatkannya!!”


…………

Tiga telapak tangan menepuk ringan pundak Ryosuke…

“Kita akan menyelamatkannya bersama,” ucap Keito, Ryutaro, dan Yuto – bersamaan.
Sementara ketujuh orang lainnya – Yuya, Hikaru, Zashi, Chiko, Ayaka, Emi, dan Yui – hanya menatap diam ke arah lima sahabat itu.

Rintik air hujan mulai turun menemani keduabelas siswa tersebut di atap sekolah. Mereka masih terdiam – tak percaya dengan kejadian yang mereka alami saat ini.

Sekolah mereka tengah dibajak. Tak ada yang bisa menjamin keselamatan mereka dan siswa lainnya. Itulah pikiran yang masih memenuhi masing-masing kepala keduabelas anak tersebut.

“DDOOORR…”
Suara letusan peluru yang ditembakkan, menembus derasnya air hujan di kala ini. Tetesan cairan merah kental yang awalnya menetes secara perlahan, kini telah bercampur dengan air hujan di bawah tubuh itu.

Sosok itu seketika langsung roboh. Timah panas telah menembus tubuhnya yang kini sukses membuat anak itu terbaring hampir kehilangan kesadaran.

Rasa terkejut yang luar biasa, menghinggapi kesebelas anak lainnya. Dengan segera mereka menangkap sosok orang bertopeng yang tengah tersenyum puas dari arah pintu masuk dengan senapan yang masih mengeluarkan asap hangat di ujungnya pertanda peluru baru saja ditembakkan dari senapan itu.




To Be Continue………..

*******************************

2 comments:

  1. #penasaran

    mohon dilanjutkan.. ^^

    ReplyDelete
  2. siap, laksanakan ^^
    udah sampai part 14 sebenarnya ^^

    ReplyDelete

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers