Sunday, 12 February 2012

Fanfic Aishiterukara - Hey! Say! JUMP Part 03

AISHITERUKARA / BECAUSE I LOVE U (PART 3)

*****************
Part sebelumnya:
Yui merintih kesakitan karena sebuah batu membuatnya tersungkur dengan begitu keras. Darah segar mengalir dari lututnya membuatnya semakin erat memegangi kakinya yang saat ini tengah begitu perih.

“Gadis bodoh… kenapa bisa jatuh seperti ini?” suara seorang laki-laki membuatnya tersentak kaget.
Didapatinya sosok Yuto yang kini sudah berdiri di hadapannya. Dengan sigap pemuda jangkung itupun segera menekuk lututnya dan mengisyaratkan pada Yui tuk naik ke punggungnya.

“Yuto-kun…,” Yui masih belum mengerti atas sikap pemuda di hadapannya ini.

Ada apa ini??

*****************
*****************

Sosok pemuda jangkung itu menggendong Yui di punggungnya yang datar. Yui bisa merasakan kehangatan punggung Yuto. Tapi seketika itu juga gadis itu tersadar, ia tak boleh menyukai anak laki-laki yang tengah ia dekap itu.

Yuto adalah orang yang teramat disukai oleh sahabat dekatnya – Ayaka. Tidak mungkin ia tega menyakiti hati sahabatnya itu dengan merebut orang yang disukainya.

“Yuto-kun, tolong turunkan aku…,” Yui meminta diturunkan karena ia tak ingin ada orang lain yang melihat mereka berdua.

Yuto tak bergeming sedikitpun. Ia terus berjalan dengan tetap menggendong Yui di punggungnya.
“Yuto-kun, tolong turunkan aku…,” Yui mengulangi lagi permintaannya, kali ini dengan nada sedikit memaksa. Tapi Yuto tetap saja tidak menghiraukan permintaan gadis itu.

Yuipun akhirnya memberanikan diri tuk bersikap tegas. “Yuto-kun, kau kenapa? Tolong turunkan aku sekarang!”

Yuto menghentikan langkahnya.
Beberapa detik keduanya terdiam. Akhirnya Yuto perlahan menurunkan Yui sesuai permintaan gadis itu.

“Gomen ne Yuto-kun. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Tidak seharusnya kau melakukan ini,”

“Tidak seharusnya melakukan ini katamu?!” tiba-tiba saja Yuto meluapkan amarahnya.
“BAKA GIRL!!”

Yui merasa terheran-heran dengan respon Yuto. “Yuto-kun, apa kata-kataku telah menyinggungmu?! Gomenasai…”

“Kau kira kenapa kemarin aku tidak marah saat kau jatuh menimpa tubuhku?! Tidakkah kau tahu selama ini aku selalu mengawasimu?! Tidak kah kau sadar aku selalu melirikmu setiap kali di kelas?! Semua itu karena… karena…,” Yuto tak dapat melanjutkan kata-katanya.

Gadis itupun hanya terdiam mendengar pengakuan dari orang yang selama ini ia ‘takuti’. Ia tidak pernah tahu anak seorang Yakuza seperti Yuto bisa melakukan itu padanya. Tapi kenapa dia melakukan semua ini?! Kenapa Yuto diam-diam mengawasi dan melirik Yui?! Kenapa?!
Pikiran-pikiran itulah yang ada di kepala Yui yang membuatnya semakin tidak paham tentang kejadian yang baru saja menimpa dirinya.

Butiran air yang bening menetes dari dua pelupuk mata pemuda itu.

“Yuto-kun…”

“Semua yang kulakukan karena… karena… karena, AISHITERU Yui…,” pengakuan itu akhirnya keluar juga dari mulut pemuda jangkung itu yang sukses membuat Yui benar-benar kaget.

“Yuto?!” suara seorang anak laki-laki yang tidak kalah kagetnya dari Yui, membuat kedua eksistensi itu terperanjat kaget. Yui yang belum sempat bisa merespon pengakuan Yuto barusan, kini semakin tak mengerti kelanjutan nasibnya karena dalam pikirannya ia masih memikirkan Ayaka – sahabat yang begitu ia sayangi.
Apa jadinya jika sampai sahabatnya itu tahu kalau orang yang disukainya barusan menyatakan cintanya pada sahabatnya sendiri. Yui tak mungkin menusuk Ayaka dari belakang.

“Kau tadi bilang apa, Yuto?!” pemuda chibi itu meminta Yuto untuk mengulangi kata-katanya barusan.
“Kau menangis?!” Yuri semakin menatap heran pada saudaranya itu.

Ada apa ini?!”
Pemuda paling dingin terlihat berjalan ke arah mereka di dampingi dua orang sahabat yang tengah berjalan di belakangnya – Keito dan Ryutaro.

*****************

Sore ini langit begitu indah. Pantulan cahaya merah yang terpancar dari ufuk barat menambah indahnya pemandangan di kala ini.
Kelima pemuda itu berjalan bersama. Namun sosok jangkung itu masih saja tertunduk diam berjalan paling belakang mengikuti sahabat-sahabatnya itu.

“Sampai kapan kau akan diam seperti ini, Yuto?” Yuri memecah keheningan di antara mereka berlima.
Satu kalimat dari Yuri tersebut sukses membuat Yuto mengucurkan kembali air matanya.

“Hapus air matamu itu!!” Ryosuke sangat membenci orang yang hanya bisa bersikap cengeng. Pemuda dingin itu paham bahwa Yuto masih belum bisa melupakan gadis tadi.
“Selama ini aku menyadari kalau kau sering memperhatikan gadis itu. Tapi kau juga harus tau kalau kita ini anak Yakuza dan tidak boleh seenaknya menyu …,” kalimat Ryosuke terpotong begitu mendengar teriakan yang begitu memekikkan telinganya.

“MINGGIRrrrr…”

“BBRUUKK…”
“AUWW…”

Seseorang menabrak Yuto dari belakang. Pemuda jangkung yang tadi barusaja menangis itu kini tengah sibuk mengelus-elus pantatnya karena sebuah sepeda tepat menghantam pantatnya dengan begitu kuat hingga dirinya terpental sejauh 2 meter.

“Ryosuke… Kau tak apa?!” Ryutaro dan Keito begitu panik sementara Yuri tengah menarik saudaranya yang jangkung itu tuk berdiri karena Yuto tadi terpental dan menindih bos mereka – Ryosuke.

Sementara di sudut satunya, pihak tersangka yang barusaja melakukan penabrakan kini tengah sibuk meratapi sepeda yang bannya sudah tak berbentuk bulat lagi.

“Wuaa… Sepedaku…,” gadis itu menangis layaknya anak TK yang kehilangan mainannya.
Kelima pemuda itu hanya diam menatap si gadis. Sebenarnya kelimanya pantas jika meluapkan amarah pada gadis itu. Tapi itu tidak mereka lakukan karena mereka mengenal benar sosok gadis cantik yang tengah menangis di hadapan mereka ini.

“Mimi-chan…,” sebuah panggilan lirih terlontar dari mulut Ryosuke.
“Ah… Kalian!! Ayo ganti sepedaku!! Yuto jelek… Gara-gara pantatmu cuma tulang belulang, ban sepedaku jadi begini…Ayo ganti!!” gadis itu merengek.


Kelimanya menatap heran. Mimiko Azukawa… Sudah menabrak orang, masih saja minta ganti rugi.

“Keito, segera telepon orang untuk mengantar sepeda baru ke sini secepatnya,” Ryosuke dengan sigap segera memerintahkan sahabatnya itu.

“TIT TIT TIT…”
Tanpa protes, Keito segera memencet handphonenya tuk menghubungi toko sepeda terdekat.

“WUUAA…”
“MINGGIRrrrr…”

“BBRUUKK…”
“AUWW…”

Bagaikan dejavu yang terjadi dalam kurun waktu yang teramat singkat.
Seseorang dari arah yang berlainan dengan Mimiko, menabrakkan sepedanya ke pantat Keito yang membuat pemuda bertubuh kekar itu terpental dan lagi-lagi Ryosuke yang menjadi korban tertindih. Dan kali ini, pemuda itupun sudah layaknya penyet, beda halnya jika Yuto kerempeng yang menindihnya.

Buru-buru Keito segera bangun. Ia tahu pasti apa yang dirasakan oleh sahabat yang tengah ditindihnya itu.

Sementara tersangka, seorang gadis berambut panjang, diam-diam telah mengangkat sepedanya dan berjalan mengendap-endap menjauh dari kelima pemuda itu – ingin melarikan diri atau dalam istilah lain, tabrak lari…

“BERHENTI!!” Yuri menarik lengan gadis itu.

Perlahan gadis itu menoleh ke arah Yuri dan dengan segera ia kembangkan senyum tak bersalahnya. “Hehehe… Gomen, terlambat ngerem,” jawab gadis itu polos.

Lima pemuda itu kini telah mengerumuni si gadis, melupakan gadis yang sebelumnya – Mimiko Azukawa.

Tiba-tiba suasana menjadi mendung, semendung hati kelima pemuda itu. Dari wajah kelimanya, terlihat kilatan petir yang siap menyambar dan melahap semua yang ada di depannya.

“Gomen… Jangan bunuh aku, tuan…,” gadis itu bersujud meminta dikasihani.

“Chiko…,” sebuah suara memanggil dari kejauhan.
Ada apa ini?!” pemuda yang baru saja datang, segera berdiri di antara gadis bernama Chiko dan kelima pemuda tadi.
Chikopun segera bersembunyi di belakang pemuda barusan. “Kak Yuya… Lindungi aku…”

“Kamu Yuya Takaki, anak kelas 3 kan?!” Ryutaro tiba-tiba angkat bicara.
“Iya… kenapa?!” respon Yuya masih tetap berdiri melindungi sepupunya itu.
Ryutaropun segera mengembangkan senyum dan kini pandangannya teralih pada keempat sahabatnya. “Teman-teman, ia Yuya Takaki. Pria yang disukai kakakku – Zashi,” kata Ryutaro memperkenalkan.

Yuya segera memasang wajah ketertarikannya. “Kau Ryutaro Tomomi, ya?” tanyanya penuh antusias.

Tapi tiba-tiba…

“WUUAA…”
“MINGGIRrrrr…”

“BBRUUKK…”
“AUWW…”

“Adududuh… kakak bawa sepeda aja tidak becus,” gadis yang tadi dibonceng, mengajukan protes pada pemuda yang duduk di depan yang membuatnya terjatuh.
“Jangan salahkan aku, Emi!! Mereka yang seenaknya ngobrol di gang seperti ini,” si pemuda tidak mau disalahkan.

“Hikaru?!” Yuya menyapa pemuda yang baru saja tersungkur di hadapannya. Pemuda yang merupakan teman sekelasnya bahkan teman sebangkunya itupun segera menoleh dan mendapati sosok Yuya yang tengah menahan tawa karena tingkah Hikaru yang bisa saja jatuh dari sepeda di usianya yang hampir 18th itu.

Kamu Chiko, kan?” kini giliran Emi yang bersuara. Tapi ia tak lagi melanjutkan kata-katanya setelah menyadari keberadaan anak para Yakuza di tempat itu.

*****************

Pagi hari berikutnya di atap sekolah…

“Ayo buka mulutmu Ryo-chan…,” Zashi menyuapi adik dari orang yang menyukainya itu – dengan penuh kasih sayang.

“Haagg…,” Ryutaro membuka mulutnya lebar-lebar pertanda ingin disuapi juga oleh kakaknya itu.

“Bbuugg…”
Sebungkus roti terbang ke wajah Ryutaro. “Makan sendiri tu roti!!” kata Zashi dengan nada dingin.

“Woee… Aku ini adik kandungmu!!” protes Ryutaro yang hanya mengundang gelak tawa dari keempat sahabatnya yang lain.

Semua menyadari betapa sayangnya Zashi pada Ryosuke. Bahkan lebih sayang dari Ryutaro yang merupakan adik kandungnya sendiri.

“Ryo-chan… Lihat badanmu sekarang. Kau semakin tambah kurus saja,” Zashi menyuapkan kembali bekal makanan yang khusus dibuatnya untuk Ryosuke.

Yuri, Yuto, Keito, dan Ryutaro, jarang sekali melihat Ryosuke tersenyum. Mereka menyadari, selama ini memang hanya kak Zashi yang bisa membuat sahabatnya itu bisa mengembangkan senyumnya dengan lepas.

Mereka berenam makan di atap sekolah di pagi ini sambil merasakan terpaan angin yang hari ini kebetulan berhembus cukup dingin. Namun di sela-sela kebersamaan mereka, …

“DDOOORRR…”
Sebuah ledakan terdengar begitu keras dari gedung tempat mereka menginjakkan kakinya itu.
Satu ledakan itu cukup untuk membuat mereka teramat terkejut. Namun, mereka berenam masih bisa menahan diri untuk tidak panik.

Tiba-tiba pintu atap terbuka…

“Angkat tangan kalian!!”
Dua orang yang mengenakan topeng, mengarahkan sebuah senapan mesin ke arah 6 siswa itu…




To Be Continue………..

*******************************

No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers