AISHITERUKARA / BECAUSE I LOVE U (PART 3)
Ada apa ini??
Lima pemuda itu kini telah mengerumuni si gadis, melupakan gadis yang
sebelumnya – Mimiko Azukawa.
*****************
Part sebelumnya:
Yui merintih kesakitan karena sebuah batu
membuatnya tersungkur dengan begitu keras. Darah segar mengalir dari lututnya
membuatnya semakin erat memegangi kakinya yang saat ini tengah begitu perih.
“Gadis bodoh… kenapa bisa jatuh seperti
ini?” suara seorang laki-laki membuatnya tersentak kaget.
Didapatinya sosok Yuto yang kini sudah
berdiri di hadapannya. Dengan sigap pemuda jangkung itupun segera menekuk
lututnya dan mengisyaratkan pada Yui tuk naik ke punggungnya.
“Yuto-kun…,” Yui masih belum mengerti atas
sikap pemuda di hadapannya ini.
*****************
*****************
Sosok pemuda jangkung itu menggendong Yui
di punggungnya yang datar. Yui bisa merasakan kehangatan punggung Yuto. Tapi
seketika itu juga gadis itu tersadar, ia tak boleh menyukai anak laki-laki yang
tengah ia dekap itu.
Yuto adalah orang yang teramat disukai oleh
sahabat dekatnya – Ayaka. Tidak mungkin ia tega menyakiti hati sahabatnya itu
dengan merebut orang yang disukainya.
“Yuto-kun, tolong turunkan aku…,” Yui
meminta diturunkan karena ia tak ingin ada orang lain yang melihat mereka
berdua.
Yuto tak bergeming sedikitpun. Ia terus
berjalan dengan tetap menggendong Yui di punggungnya.
“Yuto-kun, tolong turunkan aku…,” Yui
mengulangi lagi permintaannya, kali ini dengan nada sedikit memaksa. Tapi Yuto
tetap saja tidak menghiraukan permintaan gadis itu.
Yuipun akhirnya memberanikan diri tuk
bersikap tegas. “Yuto-kun, kau kenapa? Tolong turunkan aku sekarang!”
Yuto menghentikan langkahnya.
Beberapa detik keduanya terdiam. Akhirnya
Yuto perlahan menurunkan Yui sesuai permintaan gadis itu.
“Gomen ne Yuto-kun. Aku bisa menjaga diriku
sendiri. Tidak seharusnya kau melakukan ini,”
“Tidak seharusnya melakukan ini katamu?!”
tiba-tiba saja Yuto meluapkan amarahnya.
“BAKA GIRL!!”
Yui merasa terheran-heran dengan respon Yuto.
“Yuto-kun, apa kata-kataku telah menyinggungmu?! Gomenasai…”
“Kau kira kenapa kemarin aku tidak marah
saat kau jatuh menimpa tubuhku?! Tidakkah kau tahu selama ini aku selalu
mengawasimu?! Tidak kah kau sadar aku selalu melirikmu setiap kali di kelas?!
Semua itu karena… karena…,” Yuto tak dapat melanjutkan kata-katanya.
Gadis itupun hanya terdiam mendengar
pengakuan dari orang yang selama ini ia ‘takuti’. Ia tidak pernah tahu anak seorang
Yakuza seperti Yuto bisa melakukan itu padanya. Tapi kenapa dia melakukan semua
ini?! Kenapa Yuto diam-diam mengawasi dan melirik Yui?! Kenapa?!
Pikiran-pikiran itulah yang ada di kepala
Yui yang membuatnya semakin tidak paham tentang kejadian yang baru saja menimpa
dirinya.
Butiran air yang bening menetes dari dua
pelupuk mata pemuda itu.
“Yuto-kun…”
“Semua yang kulakukan karena… karena… karena,
AISHITERU Yui…,” pengakuan itu akhirnya keluar juga dari mulut pemuda jangkung
itu yang sukses membuat Yui benar-benar kaget.
“Yuto?!” suara seorang anak laki-laki yang
tidak kalah kagetnya dari Yui, membuat kedua eksistensi itu terperanjat kaget.
Yui yang belum sempat bisa merespon pengakuan Yuto barusan, kini semakin tak
mengerti kelanjutan nasibnya karena dalam pikirannya ia masih memikirkan Ayaka
– sahabat yang begitu ia sayangi.
Apa jadinya jika sampai sahabatnya itu tahu
kalau orang yang disukainya barusan menyatakan cintanya pada sahabatnya
sendiri. Yui tak mungkin menusuk Ayaka dari belakang.
“Kau tadi bilang apa, Yuto?!” pemuda chibi
itu meminta Yuto untuk mengulangi kata-katanya barusan.
“Kau menangis?!” Yuri semakin menatap heran
pada saudaranya itu.
“Ada
apa ini?!”
Pemuda paling dingin terlihat berjalan ke
arah mereka di dampingi dua orang sahabat yang tengah berjalan di belakangnya –
Keito dan Ryutaro.
*****************
Sore ini langit begitu indah. Pantulan
cahaya merah yang terpancar dari ufuk barat menambah indahnya pemandangan di
kala ini.
Kelima pemuda itu berjalan bersama. Namun sosok
jangkung itu masih saja tertunduk diam berjalan paling belakang mengikuti
sahabat-sahabatnya itu.
“Sampai kapan kau akan diam seperti ini,
Yuto?” Yuri memecah keheningan di antara mereka berlima.
Satu kalimat dari Yuri tersebut sukses
membuat Yuto mengucurkan kembali air matanya.
“Hapus air matamu itu!!” Ryosuke sangat
membenci orang yang hanya bisa bersikap cengeng. Pemuda dingin itu paham bahwa
Yuto masih belum bisa melupakan gadis tadi.
“Selama ini aku menyadari kalau kau sering
memperhatikan gadis itu. Tapi kau juga harus tau kalau kita ini anak Yakuza dan
tidak boleh seenaknya menyu …,” kalimat Ryosuke terpotong begitu mendengar
teriakan yang begitu memekikkan telinganya.
“MINGGIRrrrr…”
“BBRUUKK…”
“AUWW…”
Seseorang menabrak Yuto dari belakang.
Pemuda jangkung yang tadi barusaja menangis itu kini tengah sibuk mengelus-elus
pantatnya karena sebuah sepeda tepat menghantam pantatnya dengan begitu kuat
hingga dirinya terpental sejauh 2 meter.
“Ryosuke… Kau tak apa?!” Ryutaro dan Keito
begitu panik sementara Yuri tengah menarik saudaranya yang jangkung itu tuk
berdiri karena Yuto tadi terpental dan menindih bos mereka – Ryosuke.
Sementara di sudut satunya, pihak tersangka
yang barusaja melakukan penabrakan kini tengah sibuk meratapi sepeda yang
bannya sudah tak berbentuk bulat lagi.
“Wuaa… Sepedaku…,” gadis itu menangis
layaknya anak TK yang kehilangan mainannya.
Kelima pemuda itu hanya diam menatap si
gadis. Sebenarnya kelimanya pantas jika meluapkan amarah pada gadis itu. Tapi
itu tidak mereka lakukan karena mereka mengenal benar sosok gadis cantik yang
tengah menangis di hadapan mereka ini.
“Mimi-chan…,” sebuah panggilan lirih terlontar
dari mulut Ryosuke.
“Ah… Kalian!! Ayo ganti sepedaku!! Yuto
jelek… Gara-gara pantatmu cuma tulang belulang, ban sepedaku jadi begini…Ayo
ganti!!” gadis itu merengek.
Kelimanya menatap heran. Mimiko Azukawa…
Sudah menabrak orang, masih saja minta ganti rugi.
“Keito, segera telepon orang untuk
mengantar sepeda baru ke sini secepatnya,” Ryosuke dengan sigap segera
memerintahkan sahabatnya itu.
“TIT TIT TIT…”
Tanpa protes, Keito segera memencet handphonenya
tuk menghubungi toko sepeda terdekat.
“WUUAA…”
“MINGGIRrrrr…”
“BBRUUKK…”
“AUWW…”
Bagaikan dejavu yang terjadi dalam kurun
waktu yang teramat singkat.
Seseorang dari arah yang berlainan dengan
Mimiko, menabrakkan sepedanya ke pantat Keito yang membuat pemuda bertubuh
kekar itu terpental dan lagi-lagi Ryosuke yang menjadi korban tertindih. Dan
kali ini, pemuda itupun sudah layaknya penyet, beda halnya jika Yuto kerempeng
yang menindihnya.
Buru-buru Keito segera bangun. Ia tahu
pasti apa yang dirasakan oleh sahabat yang tengah ditindihnya itu.
Sementara tersangka, seorang gadis berambut
panjang, diam-diam telah mengangkat sepedanya dan berjalan mengendap-endap
menjauh dari kelima pemuda itu – ingin melarikan diri atau dalam istilah lain,
tabrak lari…
“BERHENTI!!” Yuri menarik lengan gadis itu.
Perlahan gadis itu menoleh ke arah Yuri dan
dengan segera ia kembangkan senyum tak bersalahnya. “Hehehe… Gomen, terlambat
ngerem,” jawab gadis itu polos.
Tiba-tiba suasana menjadi mendung,
semendung hati kelima pemuda itu. Dari wajah kelimanya, terlihat kilatan petir
yang siap menyambar dan melahap semua yang ada di depannya.
“Gomen… Jangan bunuh aku, tuan…,” gadis itu
bersujud meminta dikasihani.
“Chiko…,” sebuah suara memanggil dari
kejauhan.
“Ada
apa ini?!” pemuda yang baru saja datang, segera berdiri di antara gadis bernama
Chiko dan kelima pemuda tadi.
Chikopun segera bersembunyi di belakang
pemuda barusan. “Kak Yuya… Lindungi aku…”
“Kamu Yuya Takaki, anak kelas 3 kan ?!” Ryutaro tiba-tiba
angkat bicara.
“Iya… kenapa?!” respon Yuya masih tetap
berdiri melindungi sepupunya itu.
Ryutaropun segera mengembangkan senyum dan
kini pandangannya teralih pada keempat sahabatnya. “Teman-teman, ia Yuya
Takaki. Pria yang disukai kakakku – Zashi,” kata Ryutaro memperkenalkan.
Yuya segera memasang wajah ketertarikannya.
“Kau Ryutaro Tomomi, ya?” tanyanya penuh antusias.
Tapi tiba-tiba…
“WUUAA…”
“MINGGIRrrrr…”
“BBRUUKK…”
“AUWW…”
“Adududuh… kakak bawa sepeda aja tidak
becus,” gadis yang tadi dibonceng, mengajukan protes pada pemuda yang duduk di
depan yang membuatnya terjatuh.
“Jangan salahkan aku, Emi!! Mereka yang
seenaknya ngobrol di gang seperti ini,” si pemuda tidak mau disalahkan.
“Hikaru?!” Yuya menyapa pemuda yang baru
saja tersungkur di hadapannya. Pemuda yang merupakan teman sekelasnya bahkan
teman sebangkunya itupun segera menoleh dan mendapati sosok Yuya yang tengah
menahan tawa karena tingkah Hikaru yang bisa saja jatuh dari sepeda di usianya
yang hampir 18th itu.
“Kamu
Chiko , kan ?” kini
giliran Emi yang bersuara. Tapi ia tak lagi melanjutkan kata-katanya setelah
menyadari keberadaan anak para Yakuza di tempat itu.
*****************
Pagi hari berikutnya di atap sekolah…
“Ayo buka mulutmu Ryo-chan…,” Zashi
menyuapi adik dari orang yang menyukainya itu – dengan penuh kasih sayang.
“Haagg…,” Ryutaro membuka mulutnya
lebar-lebar pertanda ingin disuapi juga oleh kakaknya itu.
“Bbuugg…”
Sebungkus roti terbang ke wajah Ryutaro.
“Makan sendiri tu roti!!” kata Zashi dengan nada dingin.
“Woee… Aku ini adik kandungmu!!” protes
Ryutaro yang hanya mengundang gelak tawa dari keempat sahabatnya yang lain.
Semua menyadari betapa sayangnya Zashi pada
Ryosuke. Bahkan lebih sayang dari Ryutaro yang merupakan adik kandungnya
sendiri.
“Ryo-chan… Lihat badanmu sekarang. Kau
semakin tambah kurus saja,” Zashi menyuapkan kembali bekal makanan yang khusus
dibuatnya untuk Ryosuke.
Yuri, Yuto, Keito, dan Ryutaro, jarang
sekali melihat Ryosuke tersenyum. Mereka menyadari, selama ini memang hanya kak
Zashi yang bisa membuat sahabatnya itu bisa mengembangkan senyumnya dengan
lepas.
Mereka berenam makan di atap sekolah di
pagi ini sambil merasakan terpaan angin yang hari ini kebetulan berhembus cukup
dingin. Namun di sela-sela kebersamaan mereka, …
“DDOOORRR…”
Sebuah ledakan terdengar begitu keras dari
gedung tempat mereka menginjakkan kakinya itu.
Satu ledakan itu cukup untuk membuat mereka
teramat terkejut. Namun, mereka berenam masih bisa menahan diri untuk tidak
panik.
Tiba-tiba pintu atap terbuka…
“Angkat tangan kalian!!”
Dua orang yang mengenakan topeng,
mengarahkan sebuah senapan mesin ke arah 6 siswa itu…
To Be Continue………..
*******************************
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^