AISHITERUKARA / BECAUSE I LOVE U (PART 1)
Author :
Rin Fujiyama
Genre :
Romance
Cast :
HERE THEY ARE
Perhatikan marga mereka juga ^,^
Ryosuke Yamada as Ryosuke
Yamada
Yuri Chinen as Yuri
Nakajima
Kouta Yabu as Kouta
Yamada
Yuto Nakajima as Yuto
Nakajima
Yuya Takaki as Yuya
Takaki
Hikaru Yaotome as Hikaru
Mizuno
Ryutaro Morimoto as Ryutaro
Tomomi
Keito Okamoto as Keito Okamoto
Keito Okamoto as Keito Okamoto
Ulan Fuchiko as Fuchiko
Makihisa
Aina YRitsumohsj as Emi
Kawaii
Dani Mattew as Zashiki
Tomomi
Miemie Miavi as Mimiko
Azukawa
Nandia Agustiana as Ayaka
Mizuno
Nha SiiJumper as Yui
Nakahara
Casting pemeran wanita menggunakan nama
yang mereka pilih sendiri. Bagi readers yang kurang suka, dipersilakan untuk
tidak membaca fanfic ini. Hehe ^,^
Bagi yang berkenan baca,
Douzo…
*****************
*****************
*****************
Dua insan manusia itu tengah bersantai di
sebuah kursi taman di bawah rindangnya pohon beringin yang begitu teduh. Salah
seorang di antaranya asik berbaring di pangkuan insan satunya dengan earset
yang terpasang di kedua telinga anak laki-laki itu.
“Suasananya nyaman sekali, ya?!” Zashi
merentangkan kedua tangannya merasakan hembusan angin yang berhembus begitu
semilir menyejukkan hati.
“Woe… Denger gak sih?!” dipukulnya kepala
anak laki-laki itu karena Zashi tak segera mendapatkan tanggapan dari adik yang
tengah berbaring dipangkuannya.
“Melas nian sih jadi adik loe…,” dengan
kata-kata gaul, anak laki-laki itu segera berdiri dan membentak kakaknya karena
tidak terima kepalanya dijitak.
“Pantas saja tidak ada laki-laki yang mau
sama kamu, dasar nenek lampir…,” tambahnya yang segera diikuti dengan langkah
kakinya yang cepat, lari menjauh dari kakaknya itu.
Sang kakakpun langsung sakit hati dan
dengan segera ia mengejar adik semata wayang yang sebenarnya sangat ia sayangi
itu. “Ryutaro… Awas kau kalau tertangkap…,” teriaknya masih tetap mengejar
saudaranya yang sudah jauh meninggalkannya.
*****************
Pagi hari di Heisei Gakuen.
“Yuri… Chotto…,” Yuto tersandung saat
berlari mengejar saudaranya. Wajahnya tepat menghantam benda hangat yang berada
di tanah tempatnya jatuh. Dari belakang, seorang gadis tak kalah terburu-buru
terlihat sedang mengejar seseorang. “Ayaka… Tunggu aku…,” Yui berlari ke arah
gadis yang sudah lebih dulu memasuki gerbang sekolah. Naas nasibnya saat ujung
kakinya menghantam batu yang terpaku kuat di tanah sehingga membuatnya
tersandung dan menimpa Yuto. Batu yang sama yang membuat Yuto akhirnya
tersungkur.
“Yui…!! Kau tak apa?!” Ayaka segera
membantu sahabat yang dikenalnya sejak SMP itu tuk berdiri.
Yuipun segera berdiri dan memeriksa apakah
ada luka ditubuhnya dan ternyata ia tak menemukannya. “Gak nyangka tanahnya
empuk,” dengan polosnya Yui mengatakan itu sementara Ayaka memandang iba pada sosok
pemuda jangkung yang masih terbaring di tanah.
“WUAAA…”
Lelaki jangkung itu segera bangun,
berjalan, dan berdiri di depan Yuri. “Lihat wajahku ini, Yuri!!” Yuto menangis
sambil menunjuk-nunjuk kotoran anjing yang tengah menempel di wajahnya.
“Segera pergi ke kamar mandi dan bersihkan
wajahmu itu!! Menjijikkan…,” respon Yuri dingin dan iapun langsung berjalan meninggalkan
Yuto begitu saja dan Yutopun sudah sepantasnya langsung mengejar anak bertubuh
mungil itu. “Antarkan aku ke kamar mandi!” rengek Yuto namun ia tak mendapat
respon apapun dari Yuri yang masih saja berjalan tanpa menghiraukan dirinya
yang sebenarnya mereka adalah saudara kandung.
Ayaka masih terpaku diam memandang dua sosok
pemuda yang tengah berlalu pergi dari pandangannya. “Ayaka… Sadar… Kau tak kan pernah bisa
mendapatkan balasan darinya,” Yui segera menyadarkan sahabat itu karena ia tahu
pikiran apa yang tengah ada di kepala Ayaka.
“Kau benar, Yui… Tapi tetap saja aku masih
belum bisa menghilangkan perasaan sukaku padanya,” Ayaka terlihat murung.
“Biarpun Yuto anak yang polos, tetap saja
dalam dirinya mengalir darah Yakuza. Kita bisa kena masalah jika
berhubungan dengan mereka.” Yui mencoba menentramkan perasaan sahabatnya yang
masih tertunduk lesu menyesali keadaan.
*****************
Jam pertama di atap sekolah…
“Masa kita bolos lagi hari ini?!” Ryutaro
mengajukan protes pada salah seorang pemuda yang tengah merentangkan kedua
lengannya dengan mata terpejam merasakan hantaman sang angin yang menerpa
tubuhnya dengan begitu lembut.
“Jangan ganggu dia, Ryutaro!!” Yuri menatap
tajam ke arah Ryutaro yang membuat pemuda dengan tinggi 172 cm itu langsung
menghentikan protesnya karena memahami maksud Yuri.
Sementara Yuto yang sebenarnya juga ingin
memprotes, dengan wajah bingungnya tak tahu mesti mengatakan apa karena takut
dipelototi saudara kandungnya itu.
Tiba-tiba terdengar suara pintu atap yang
tengah dibuka dari sisi satunya. Sosok siswi berseragam sama dengan pemuda tadi
kini sudah berdiri di tempat yang sama sembari menutup pintu. Sepertinya gadis
itu belum menyadari keberadaan empat pemuda di atap ini.
“Aish… Malas nian mengikuti pelajaran. Aku
sangat benci sekolah…,” gadis itu mengumpat sendiri sambil menendangi drum
besar berisikan air yang tersalurkan ke seluruh gedung sekolah ini.
“Lalalala… Aishiteru…,” gadis itu ikut
melantunkan lagu yang tengah didengarnya dari earset yang menempel di
telinganya. Dengan bebasnya sang gadis ikutan bergoyang ala Keong Racun sampai
ia menyadari empat pasang mata yang tengah memandang diam ke arahnya dengan
tatapan yang begitu sangar.
Deegg…
Hening…
“Gomenasai… Fuchiko Makihisa desu,” gadis
itu langsung membungkukkan badan dan dengan cepatnya ia segera meninggalkan
atap itu karena ia sebegitu malunya mempertunjukan tarian yang tak layak
dilihat orang lain, yang mungkin layak jika ia melakukan harakiri.
Seketika setelah menutup pintu, sang gadis
segera membalikkan badan dan bersiap melangkahkan kakinya secepat mungkin
menjauh dari tempat yang baru saja membuatnya merasa teramat malu.
Karena terburu-buru, ia tak menyadari
keberadaan pemuda lain yang tanpa sepengetahuannya telah ditabraknya hingga jatuh
terguling di tangga yang hampir saja merenggut nyawa pemuda itu.
“Kau tak apa?!” Chiko panik dan dengan segera
membantu si pemuda. Namun pemuda jangkung di hadapannya segera berjalan kembali
menuju atap tanpa menghiraukan gadis yang tengah sebegitu takutnya jika
ternyata pemuda tadi memang terluka karena kesalahannya.
Chiko masih memandang lekat ke arah pintu
atap yang masih terbuka karena pemuda yang baru saja naik tadi belum sempat
menutupnya kembali.
“Ryosuke!! Sudah berapa kali ku bilang…
Jangan buat ulah lagi!!” suara teriakan pemuda barusan terdengar jelas di
telinga Chiko.
“Duh… Bukan urusanku. Mending aku kembali
ke kelas saja deh…,” batin gadis itu dan segera berlari menuruni tangga.
“Tapi…”
Gadis itu menghentikan langkahnya.
“Mereka tadi kakkoi banget… >,<”
wajahnya langsung memerah mengingat
pemilik empat pasang mata yang tadi sempat menatapnya, apalagi yang rambutnya
merah terang tadi… aduhai…
Beberapa saat kemudian kesadaran si gadis
sudah kembali 100% dan insan polos itupun segera melanjutkan langkahnya menuju
ruang kelas yang sebenarnya belum ia ketahui letaknya di mana karena ia baru
mulai masuk SMA ini sebagai siswa pindahan.
*****************
BRAAAKK…
Pria separuh baya itu menghantamkan kedua
tangannya dengan begitu keras pada meja di depannya.
“Lagi-lagi mereka berempat bolos?!” wajah
guru itu terlihat begitu murka.
Tok tok tok …
Seseorang mengetuk pintu ruangan itu.
“Masuk!!” sensei yang masih dalam kondisi
marah itupun dengan nada galak mempersilakan orang yang mengetuk pintu tadi
untuk masuk.
Seorang siswa memasuki ruangan itu. Ia
kelihatan sangat percaya diri.
“Kamu rupanya! Sini!!” dengan senyuman,
sensei itu mengisyaratkan pada siswa yang baru saja masuk untuk menuju ke
arahnya.
“Anak-anak, ini ada siswa baru,”
“Watashiwa Fuchiko Makihisa desu. Yoroshiku…,”
perkenalan yang begitu pendek itu membuat siswa lainnya sedikit tercengang.
“He, sensei… Di mana tempat dudukku?”
tanyanya pada guru di hadapannya yang beberapa centi lebih pendek darinya.
Tapi Chiko melihat beberapa tempat duduk
yang masih kosong dan langsung duduk di salah satunya tanpa menunggu guru
menunjukkan tempat semestinya yang harus ia duduki.
“WUUHH…”
Kata itu terlontar dari semua siswa begitu
anak baru itu duduk di kursinya.
“Makihisa, lebih baik kau segera pindah ke
tempat duduk yang lain,” sensei terlihat begitu tegang saat Makihisa duduk di
kursi paling belakang yang bersebelahan dengan jendela.
“Tidak!! Aku suka duduk di sini!!” jawabnya
dengan nada penuh keyakinan.
“Tapi kursi itu…,” kalimat si guru terputus
begitu melihat empat pemuda yang baru saja masuk ke ruang kelas ini.
Seketika suasana menjadi hening. Bahkan
suara angin yang berhembus lembutpun bisa terdengar dengan begitu jelasnya.
“Mereka kan empat pemuda yang di atap tadi…,” batin
Chiko.
Dilihatnya keempat pemuda yang kakkoi itu
berjalan ke arahnya. Si rambut pirang berjalan paling depan.
“Pergi dari tempat dudukku!!” satu kalimat
terlontar dengan nada begitu dingin dan tatapan mata yang bisa langsung
mematikan bagi siapa saja yang memandangnya.
Chiko tak berani mengangkat kepalanya.
Iapun segera berdiri dan pindah ke tempat duduk yang lain dengan langkah yang
begitu berat karena kakinya tengah gemetar hebat saking takutnya.
“Itu tempat dudukku,” kini pemuda yang
paling pendek yang mengajukan protes karena gadis itu duduk di kursinya.
“Ya udah!! Kamu duduk saja di sebelahku!”
Chiko mulai mendapatkan kembali keberaniannya.
Tiba-tiba pemuda yang paling jangkung
membungkuk dan menatap wajah Chiko dengan begitu lekat dan jarak yang begitu
dekat. “Sebelahnya itu tempat dudukku…,” bentak Yuto menggelegar yang sukses
membuat rambut Chiko yang panjang itu kini porak poranda bagai baru saja di
terpa torpedo.
BRAAKK…
“Jadi aku duduk di mana?! …” Chiko sudah
tak lagi bisa menahan diri dan akhirnya menghantamkan kedua tangannya ke meja
dengan begitu kuat dan berbalik membentak Yuto.
Keempat pemuda itu akhirnya berdiri tepat
di hadapan Chiko. Tentu saja pemuda pirang yang berdiri paling depan dan tiga
lainnya berdiri di belakangnya.
Chiko memalingkan wajahnya. Ia tak memiliki
keberanian untuk menatap wajah pemuda pirang yang tengah berdiri kurang dari
setengah meter di hadapannya. Padahal biasanya ia tak memiliki rasa takut pada
siapapun. Tapi kini……
To Be Continue………..
*******************************
Sulit sekali menulis fanfic ini karena
casting wanitanya cukup banyak.
Bagi yang belum kebagian adegan di part
ini, ditunggu selanjutnya ya…
Jika tak suka, protes saja ^,^
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^