Saturday 11 February 2012

Fanfic Aishiterukara - Hey! Say! JUMP Part 02

AISHITERUKARA / BECAUSE I LOVE U (PART 2)

Part sebelumnya:
Keempat pemuda itu akhirnya berdiri tepat di hadapan Chiko. Tentu saja pemuda pirang yang berdiri paling depan dan tiga lainnya berdiri di belakangnya.

Chiko memalingkan wajahnya. Ia tak memiliki keberanian untuk menatap wajah pemuda pirang yang tengah berdiri kurang dari setengah meter di hadapannya. Padahal biasanya ia tak memiliki rasa takut pada siapapun. Tapi kini……

*****************
*****************

Ada apa ini?!” seorang pemuda tiba-tiba memasuki ruang kelas dengan wajah yang begitu tegas.
Semua mata tertuju pada pemuda barusan. Dan dari sudut satunya, terlihat sensei yang tengah membungkuk pertanda memberi penghormatan pada pemuda tersebut.

“Itukan orang yang kutabrak di tangga tadi…,” batin Chiko penuh tanda tanya.

Pemuda yang baru saja masuk ke ruangan itupun segera memandang tajam ke arah empat siswa yang masih berdiri di depan Chiko. Dua detik berikutnya, keempatnya kini sudah kembali duduk di kursi masing-masing tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Ryutaro duduk bersebelahan dengan Ryosuke. Sementara Yuri duduk bersama saudaranya di kursi depan Chiko karena anak gadis itu masih belum bergeming dari kursi yang seharusnya merupakan tempat duduk Yuri dan Yuto.

*****************

Bel istirahat telah berdentang membangkitkan kembali semangat para siswa yang sebelumnya telah merasa bosan dengan pelajaran yang begitu panjang.

Seperti biasa, Ryosuke dan ketiga sahabatnya segera meninggalkan kelas begitu jam istirahat tiba. Di depan pintu ruang tersebut tiba-tiba berdiri seorang siswa laki-laki tepat sebelum keempat sahabat itu meninggalkan kelas.

“Tadi kalian main dulu di atap, ya?! Kenapa tidak mengajakku?” protes anak laki-laki yang masih berdiri di depan pintu itu menghalangi jalan dengan alis yang dikerutkannya pertanda ia sedikit marah.
Pemuda yang paling jangkung segera menarik lengan anak laki-laki barusan. “Kau tak lihat wajah Ryo-chan sekarang?! Udah, nanti saja ceritanya, Keito!” katanya dan akhirnya mereka berlimapun berjalan beriringan meninggalkan ruangan menuju tempat yang belum mereka ketahui karena keempatnya hanya berjalan mengikuti arah yang dituju boss mereka – Ryosuke.

*****************

Suasana ruang kelas begitu sepi. Hampir semua siswa sedang di luar ruang entah makan di kantin, baca buku di perpus, ataupun bermain di halaman.

Sosok itu masih termenung, terkesan tengah memikirkan sesuatu.
“Melamunkan apa?” sapa seorang gadis mengagetkannya.
“Watashiwa Emi Kawaii desu,” tambahnya sambil mengembangkan senyum pada gadis yang terlihat masih menatapnya penuh tanda tanya.

Chiko segera berdiri. Dipandangnya anak gadis yang sudah pasti adalah teman sekelasnya itu.
Didekatkannya wajahnya pada wajah Emi. Satu kalimat terlontar ringan dari bibir tipisnya…

“Jangan sok kenal, ya…,”

DEEGGHH…
Kalimat itu sentak membuat wajah Emi memucat karena gadis yang dihadapannya tadi langsung pergi meninggalkan kelas begitu melontarkan satu kalimat mengagetkan tadi.

WUUSSHH…
Angin dingin seakan menerpa badan Emi.
Iapun hanya mematung, kaget atas respon yang diberikan anak pindahan itu.
Sungguh suatu respon yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

“Apa aku memang sok kenal ya?!”

Dua orang siswi menghampiri Emi yang masih mematung di tempatnya tadi.
“Gadis tadi benar-benar gila. Berani-beraninya ia membentak Yuto. Jika tadi kepala sekolah tidak datang, ia pasti dah hancur dianiaya Yamada-kun dan yang lain,” Yui berbicara panjang lebar setelah tadi sempat menyadarkan Emi – teman sekelasnya – yang baru saja menjadi korban sifat dingin si anak baru.
“Benar tu… anak baru yang tidak tahu diri. Beraninya ia membentak Yutoku tersayang,” Ayaka kembali murung setiap ia menyebut nama orang yang sebenarnya telah merenggut hatinya, membuatnya jatuh cinta sejak pandangan pertama.

“Ehem-ehem…”

Suasana kembali hening. Si anak baru, kembali lagi.

“Beraninya ngomongin orang di belakangnya,” gadis yang baru saja dibicarakan ternyata kini sudah berdiri kembali di depan pintu. Wajahnya begitu sangar menatap Emi, Ayaka, dan Yui.

*****************

Sementara itu di atap sekolah,

“Bagaimana kabar gadis itu, Keito?” Ryosuke yang terkenal paling dingin, akhirnya buka mulut juga.
Keitopun memahami benar apa maksud sahabatnya itu. Sahabat yang telah dikenalnya sedari kecil ini tengah menanyakan kabar gadis yang begitu ia cintai yang kebetulan gadis itu sekelas dengan Keito.

Gadis yang sebenarnya satu sekolah dengannya tapi ia tak bisa mendekatinya, membuat Ryosuke semakin geram tiap kali mengingat hal tersebut.

“Mimiko Azukawa, seperti biasa ia menolak setiap ada anak laki-laki yang ingin menjadi pacarnya,” Keito mulai bercerita. “Sekeras apapun usahamu, cintanya hanya tertuju pada kakakmu seorang. Lebih baik kau menyerah tuk mengejarnya, Ryosuke!!” Keito menyudahi kata-katanya dengan menepuk pundak Ryosuke.

“Kouta… Kenapa ia selalu mendapatkan semuanya?!…,” Ryosuke mengepalkan tangannya kuat-kuat. Tatapan matanya yang tajam mengisyaratkan betapa bencinya dirinya ini dengan kakaknya.

*****************

Emi, Ayaka, dan Yui terlihat gemetar ketika Chiko berjalan ke arah mereka dengan pandangan yang terkesan sedang marah. Mereka bertigapun kini sudah saling berpelukan sementara Chiko sudah berdiri di depan mereka dan pastinya siap untuk memarahi ketiga gadis itu.

“Critakan padaku soal keempat pemuda tadi dong!” Chiko duduk di dekat mereka dan berkata dengan nada sopan.

“EEHHH??”
Ketiga gadis tersebut merespon bersamaan dengan nada heran karena mereka kira tadi mereka akan dihabisi oleh devil girl itu.

“Maaf atas respon dinginku tadi. Fuchiko Makihisa desu,” Chiko mengulurkan tangannya pada Emi dengan senyum yang menghiasi bibirnya. Ternyata gadis galak itu begitu manis saat tersenyum. Ketiga gadis itu langsung luluh begitu melihat senyum Chiko. Merekapun saling berkenalan dan berjabat tangan.

Ceritapun dimulai…

Mereka bertiga menceritakan pada Chiko tentang keempat pemuda tadi. Semuanya adalah putra para Yakuza dan pemuda berambut piranglah yang merupakan boss karena ayahnya adalah boss besar Yakuza.

Chiko teramat kaget. Ingatannya kembali melintas pada kejadian di atap sekolah pagi ini.
Setelah mendengar cerita dari ketiga temannya, sudah sewajarnya ia ketakutan karena pemuda-pemuda yang sempat ia buat marah tadi ternyata anak para Yakuza.

“Pemuda yang tadi datang dan membuat sensei membungkukkan badannya tadi siapa?” Chiko mulai mengeluarkan rasa ingin tahunya.
“Beliau kepala sekolah di sini – Kouta Yamada,” kata Emi menimpali.
“Semuda itu sudah jadi kepala sekolah?!” Chiko syok stadium empat. Apalagi mengingat kejadian di tangga tadi pagi membuat keringat dinginnya semakin mengucur deras. Pemuda yang tadi ditabraknya sampai hampir saja membahayakan nyawa pemuda tersebut ternyata ia adalah kepala sekolah.

“Apa kepala sekolah tidak takut dengan keempat anak tadi? Bisa saja keempatnya menyuruh orang tuk mencelakai kepala sekolah, kan?” Chiko kembali penasaran.
“Tidak akan!!” jawab Yui dengan cepat.
“Nani?!” kembali lagi Chiko memasang tampang penasaran.
“Kepala sekolah adalah putra sulung di keluarga Yamada. Keluarga yang sama dengan anak pirang yang tadi menatap tajam ke arahmu – Ryosuke Yamada…,” terang Ayaka.

Di saat keempatnya tengah membicarakan empat pemuda tadi, tiba-tiba seorang siswa perempuan masuk dalam kelas.

“Permisi…,” gadis itu masuk dalam kelas dengan anggunnya.

“Ah, kak Zashi… Mencari Ryutaro ya?!” Emi, Ayaka, dan Yui segera menghampiri Zashi.
“Seperti biasa, kak… Ia tadi keluar dengan teman-temannya,” Emi berinisiatif menerangkan sebelum ditanya.

“Ah, iya. Terima kasih ya,” dengan melayangkan senyuman, Zashipun segera keluar kelas tuk mencari adiknya.

Begitu gadis anggun itu keluar, anak yang selalu ingin tahu itupun memulai lagi interogasinya.
“Siapa dia?” tanya Chiko, lagi-lagi dengan wajah penuh tanda tanya.
Terpaksa Ayaka dan yang lainpun harus kembali menjelaskan.

“Kak Zashi… siswa kelas 3 di sekolah ini. Ia juga siswi terpopuler di sini. Kabarnya kepala sekolah pernah menembaknya tapi ia menolak,” Emi mulai bercerita disusul anggukan kepala kedua temannya.
Kini giliran Yui yang menambahi. “Ia juga kakak kandung dari Ryutaro Tomomi, salah seorang dari empat pemuda yang kau tantang tadi,” jelasnya.

Chikopun kini semakin tidak mengerti. Kenapa keputusannya pindah ke sekolah ini kini menempatkannya di posisi yang cukup aneh. Tidak ada yang menjamin ia akan pulang dengan selamat hari ini. Karena tadi ia sempat membuat marah anak para Yakuza.

“Tapi harus diakui, mereka berempat benar-benar berkarisma. Apalagi yang rambut pirang tadi… Apa belum pernah ada gadis yang menembak mereka?” Chiko bertanya dengan kepala dipenuhi khayalan ketampanan keempat pemuda itu.

“Menembak mereka sama saja bunuh diri”

Jawaban tegas terlontar bersamaan dari mulut Emi, Ayaka dan Yui. Sudah pasti belum pernah ada gadis yang menyatakan rasa suka pada mereka biarpun semuanya mengakui merekalah pemuda-pemuda terganteng dan tertajir di sekolah ini.

“Trus siapa pemuda yang datang menghampiri empat Yakuza cilik pas jam istirahat tadi?” tak henti-hentinya Chiko melakukan interogasi. Satu sifat buruk yang tak pernah bisa ia hilangkan.

“Yakuza cilik?!” ketiganya kini memelototi Chiko.

Akhirnya gadis yang serba ingin tahu itupun mendapatkan jawaban atas pertanyaan terakhirnya. Keito Okamoto, juga anak seorang Yakuza. Kebetulan ia tidak sekelas dengan empat pemuda tadi.

*****************

Setelah mengalami hari yang panjang, akhirnya jam pelajaran terakhirpun usai.

Semua siswa kini berjalan riang kembali ke rumah mereka. Tapi tidak demikian dengan siswa-siswa yang memiliki kegiatan ekskul. Yui salah satunya. Ia akan ikut kejuaraan lari akhir bulan ini. Akhir-akhir ini ia sangat rajin latihan sepulang sekolah.

Yuipun segera latihan setelah tadi menyuruh Emi dan Ayaka tuk pulang duluan. Teman-teman latihannyapun kini juga sudah pulang. Tapi ia masih saja giat berlatih seorang diri. Benar-benar anak yang memiliki semangat tinggi.

*****************

Di atap sekolah,

“Yuto dimana?” Yuri sedikit khawatir saat ia tak menangkap sosok Yuto di antara ketiga temannya yang lain. Biarpun Yuri anak yang suka bersikap dingin di depan Yuto, tapi ia sangat menyayangi saudaranya itu biarpun mereka terlahir dari ibu yang berbeda.

*****************

“ADUUHH…”

Yui merintih kesakitan karena sebuah batu membuatnya tersungkur dengan begitu keras. Darah segar mengalir dari lututnya membuatnya semakin erat memegangi kakinya yang saat ini tengah begitu perih.

“Gadis bodoh… kenapa bisa jatuh seperti ini?” suara seorang laki-laki membuatnya tersentak kaget.
Didapatinya sosok Yuto yang kini sudah berdiri di hadapannya. Dengan sigap pemuda jangkung itupun segera menekuk lututnya dan mengisyaratkan pada Yui tuk naik ke punggungnya.

“Yuto-kun…,” Yui masih belum mengerti atas sikap pemuda di hadapannya ini.

Ada apa ini??



To Be Continue………..

*******************************

Ini salah satu part perkenalan tokohnya. Berarti kurang Yuya dan Hikaru yang namanya belum disebut ^,^
Banyak casting bener-bener menyusahkan apalagi hampir semuanya peran utama.

No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers