AISHITERUKARA / BECAUSE I LOVE U (PART 2)
Ada apa ini??
Part sebelumnya:
Keempat pemuda itu akhirnya berdiri tepat
di hadapan Chiko. Tentu saja pemuda pirang yang berdiri paling depan dan tiga
lainnya berdiri di belakangnya.
Chiko memalingkan wajahnya. Ia tak memiliki
keberanian untuk menatap wajah pemuda pirang yang tengah berdiri kurang dari
setengah meter di hadapannya. Padahal biasanya ia tak memiliki rasa takut pada
siapapun. Tapi kini……
*****************
*****************
“Ada
apa ini?!” seorang pemuda tiba-tiba memasuki ruang kelas dengan wajah yang
begitu tegas.
Semua mata tertuju pada pemuda barusan. Dan
dari sudut satunya, terlihat sensei yang tengah membungkuk pertanda memberi
penghormatan pada pemuda tersebut.
“Itukan orang yang kutabrak di tangga
tadi…,” batin Chiko penuh tanda tanya.
Pemuda yang baru saja masuk ke ruangan
itupun segera memandang tajam ke arah empat siswa yang masih berdiri di depan
Chiko. Dua detik berikutnya, keempatnya kini sudah kembali duduk di kursi
masing-masing tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Ryutaro duduk bersebelahan dengan Ryosuke.
Sementara Yuri duduk bersama saudaranya di kursi depan Chiko karena anak gadis
itu masih belum bergeming dari kursi yang seharusnya merupakan tempat duduk
Yuri dan Yuto.
*****************
Bel istirahat telah berdentang
membangkitkan kembali semangat para siswa yang sebelumnya telah merasa bosan
dengan pelajaran yang begitu panjang.
Seperti biasa, Ryosuke dan ketiga
sahabatnya segera meninggalkan kelas begitu jam istirahat tiba. Di depan pintu
ruang tersebut tiba-tiba berdiri seorang siswa laki-laki tepat sebelum keempat
sahabat itu meninggalkan kelas.
“Tadi kalian main dulu di atap, ya?! Kenapa
tidak mengajakku?” protes anak laki-laki yang masih berdiri di depan pintu itu
menghalangi jalan dengan alis yang dikerutkannya pertanda ia sedikit marah.
Pemuda yang paling jangkung segera menarik
lengan anak laki-laki barusan. “Kau tak lihat wajah Ryo-chan sekarang?! Udah,
nanti saja ceritanya, Keito!” katanya dan akhirnya mereka berlimapun berjalan
beriringan meninggalkan ruangan menuju tempat yang belum mereka ketahui karena
keempatnya hanya berjalan mengikuti arah yang dituju boss mereka – Ryosuke.
*****************
Suasana ruang kelas begitu sepi. Hampir
semua siswa sedang di luar ruang entah makan di kantin, baca buku di perpus,
ataupun bermain di halaman.
Sosok itu masih termenung, terkesan tengah
memikirkan sesuatu.
“Melamunkan apa?” sapa seorang gadis
mengagetkannya.
“Watashiwa Emi Kawaii desu,” tambahnya
sambil mengembangkan senyum pada gadis yang terlihat masih menatapnya penuh
tanda tanya.
Chiko segera berdiri. Dipandangnya anak
gadis yang sudah pasti adalah teman sekelasnya itu.
Didekatkannya wajahnya pada wajah Emi. Satu
kalimat terlontar ringan dari bibir tipisnya…
“Jangan sok kenal, ya…,”
DEEGGHH…
Kalimat itu sentak membuat wajah Emi
memucat karena gadis yang dihadapannya tadi langsung pergi meninggalkan kelas
begitu melontarkan satu kalimat mengagetkan tadi.
WUUSSHH…
Angin dingin seakan menerpa badan Emi.
Iapun hanya mematung, kaget atas respon
yang diberikan anak pindahan itu.
Sungguh suatu respon yang tidak pernah ia
bayangkan sebelumnya.
“Apa aku memang sok kenal ya?!”
Dua orang siswi menghampiri Emi yang masih
mematung di tempatnya tadi.
“Gadis tadi benar-benar gila.
Berani-beraninya ia membentak Yuto. Jika tadi kepala sekolah tidak datang, ia
pasti dah hancur dianiaya Yamada-kun dan yang lain,” Yui berbicara panjang
lebar setelah tadi sempat menyadarkan Emi – teman sekelasnya – yang baru saja
menjadi korban sifat dingin si anak baru.
“Benar tu… anak baru yang tidak tahu diri.
Beraninya ia membentak Yutoku tersayang,” Ayaka kembali murung setiap ia menyebut
nama orang yang sebenarnya telah merenggut hatinya, membuatnya jatuh cinta
sejak pandangan pertama.
“Ehem-ehem…”
Suasana kembali hening. Si anak baru,
kembali lagi.
“Beraninya ngomongin orang di belakangnya,”
gadis yang baru saja dibicarakan ternyata kini sudah berdiri kembali di depan
pintu. Wajahnya begitu sangar menatap Emi, Ayaka, dan Yui.
*****************
Sementara itu di atap sekolah,
“Bagaimana kabar gadis itu, Keito?” Ryosuke
yang terkenal paling dingin, akhirnya buka mulut juga.
Keitopun memahami benar apa maksud
sahabatnya itu. Sahabat yang telah dikenalnya sedari kecil ini tengah
menanyakan kabar gadis yang begitu ia cintai yang kebetulan gadis itu sekelas
dengan Keito.
Gadis yang sebenarnya satu sekolah
dengannya tapi ia tak bisa mendekatinya, membuat Ryosuke semakin geram tiap
kali mengingat hal tersebut.
“Mimiko Azukawa, seperti biasa ia menolak
setiap ada anak laki-laki yang ingin menjadi pacarnya,” Keito mulai bercerita.
“Sekeras apapun usahamu, cintanya hanya tertuju pada kakakmu seorang. Lebih
baik kau menyerah tuk mengejarnya, Ryosuke!!” Keito menyudahi kata-katanya
dengan menepuk pundak Ryosuke.
“Kouta… Kenapa ia selalu mendapatkan
semuanya?!…,” Ryosuke mengepalkan tangannya kuat-kuat. Tatapan matanya yang
tajam mengisyaratkan betapa bencinya dirinya ini dengan kakaknya.
*****************
Emi, Ayaka, dan Yui terlihat gemetar ketika
Chiko berjalan ke arah mereka dengan pandangan yang terkesan sedang marah.
Mereka bertigapun kini sudah saling berpelukan sementara Chiko sudah berdiri di
depan mereka dan pastinya siap untuk memarahi ketiga gadis itu.
“Critakan padaku soal keempat pemuda tadi dong!”
Chiko duduk di dekat mereka dan berkata dengan nada sopan.
“EEHHH??”
Ketiga gadis tersebut merespon bersamaan
dengan nada heran karena mereka kira tadi mereka akan dihabisi oleh devil girl
itu.
“Maaf atas respon dinginku tadi. Fuchiko
Makihisa desu,” Chiko mengulurkan tangannya pada Emi dengan senyum yang
menghiasi bibirnya. Ternyata gadis galak itu begitu manis saat tersenyum. Ketiga
gadis itu langsung luluh begitu melihat senyum Chiko. Merekapun saling
berkenalan dan berjabat tangan.
Ceritapun dimulai…
Mereka bertiga menceritakan pada Chiko
tentang keempat pemuda tadi. Semuanya adalah putra para Yakuza dan pemuda
berambut piranglah yang merupakan boss karena ayahnya adalah boss besar Yakuza.
Chiko teramat kaget. Ingatannya kembali
melintas pada kejadian di atap sekolah pagi ini.
Setelah mendengar cerita dari ketiga
temannya, sudah sewajarnya ia ketakutan karena pemuda-pemuda yang sempat ia
buat marah tadi ternyata anak para Yakuza.
“Pemuda yang tadi datang dan membuat sensei
membungkukkan badannya tadi siapa?” Chiko mulai mengeluarkan rasa ingin
tahunya.
“Beliau kepala sekolah di sini – Kouta
Yamada,” kata Emi menimpali.
“Semuda itu sudah jadi kepala sekolah?!”
Chiko syok stadium empat. Apalagi mengingat kejadian di tangga tadi pagi
membuat keringat dinginnya semakin mengucur deras. Pemuda yang tadi ditabraknya
sampai hampir saja membahayakan nyawa pemuda tersebut ternyata ia adalah kepala
sekolah.
“Apa kepala sekolah tidak takut dengan
keempat anak tadi? Bisa saja keempatnya menyuruh orang tuk mencelakai kepala
sekolah, kan ?”
Chiko kembali penasaran.
“Tidak akan!!” jawab Yui dengan cepat.
“Nani?!” kembali lagi Chiko memasang tampang
penasaran.
“Kepala sekolah adalah putra sulung di
keluarga Yamada. Keluarga yang sama dengan anak pirang yang tadi menatap tajam
ke arahmu – Ryosuke Yamada…,” terang Ayaka.
Di saat keempatnya tengah membicarakan
empat pemuda tadi, tiba-tiba seorang siswa perempuan masuk dalam kelas.
“Permisi…,” gadis itu masuk dalam kelas
dengan anggunnya.
“Ah, kak Zashi… Mencari Ryutaro ya?!” Emi,
Ayaka, dan Yui segera menghampiri Zashi.
“Seperti biasa, kak… Ia tadi keluar dengan
teman-temannya,” Emi berinisiatif menerangkan sebelum ditanya.
“Ah, iya. Terima kasih ya,” dengan
melayangkan senyuman, Zashipun segera keluar kelas tuk mencari adiknya.
Begitu gadis anggun itu keluar, anak yang
selalu ingin tahu itupun memulai lagi interogasinya.
“Siapa dia?” tanya Chiko, lagi-lagi dengan
wajah penuh tanda tanya.
Terpaksa Ayaka dan yang lainpun harus
kembali menjelaskan.
“Kak Zashi… siswa kelas 3 di sekolah ini.
Ia juga siswi terpopuler di sini. Kabarnya kepala sekolah pernah menembaknya
tapi ia menolak,” Emi mulai bercerita disusul anggukan kepala kedua temannya.
Kini giliran Yui yang menambahi. “Ia juga
kakak kandung dari Ryutaro Tomomi, salah seorang dari empat pemuda yang kau
tantang tadi,” jelasnya.
Chikopun kini semakin tidak mengerti.
Kenapa keputusannya pindah ke sekolah ini kini menempatkannya di posisi yang
cukup aneh. Tidak ada yang menjamin ia akan pulang dengan selamat hari ini.
Karena tadi ia sempat membuat marah anak para Yakuza.
“Tapi harus diakui, mereka berempat
benar-benar berkarisma. Apalagi yang rambut pirang tadi… Apa belum pernah ada
gadis yang menembak mereka?” Chiko bertanya dengan kepala dipenuhi khayalan
ketampanan keempat pemuda itu.
“Menembak mereka sama saja bunuh diri”
Jawaban tegas terlontar bersamaan dari
mulut Emi, Ayaka dan Yui. Sudah pasti belum pernah ada gadis yang menyatakan
rasa suka pada mereka biarpun semuanya mengakui merekalah pemuda-pemuda
terganteng dan tertajir di sekolah ini.
“Trus siapa pemuda yang datang menghampiri
empat Yakuza cilik pas jam istirahat tadi?” tak henti-hentinya Chiko melakukan
interogasi. Satu sifat buruk yang tak pernah bisa ia hilangkan.
“Yakuza cilik?!” ketiganya kini memelototi
Chiko.
Akhirnya gadis yang serba ingin tahu itupun
mendapatkan jawaban atas pertanyaan terakhirnya. Keito Okamoto, juga anak seorang
Yakuza. Kebetulan ia tidak sekelas dengan empat pemuda tadi.
*****************
Setelah mengalami hari yang panjang,
akhirnya jam pelajaran terakhirpun usai.
Semua siswa kini berjalan riang kembali ke
rumah mereka. Tapi tidak demikian dengan siswa-siswa yang memiliki kegiatan
ekskul. Yui salah satunya. Ia akan ikut kejuaraan lari akhir bulan ini.
Akhir-akhir ini ia sangat rajin latihan sepulang sekolah.
Yuipun segera latihan setelah tadi menyuruh
Emi dan Ayaka tuk pulang duluan. Teman-teman latihannyapun kini juga sudah
pulang. Tapi ia masih saja giat berlatih seorang diri. Benar-benar anak yang
memiliki semangat tinggi.
*****************
Di atap sekolah,
“Yuto dimana?” Yuri sedikit khawatir saat
ia tak menangkap sosok Yuto di antara ketiga temannya yang lain. Biarpun Yuri
anak yang suka bersikap dingin di depan Yuto, tapi ia sangat menyayangi
saudaranya itu biarpun mereka terlahir dari ibu yang berbeda.
*****************
“ADUUHH…”
Yui merintih kesakitan karena sebuah batu
membuatnya tersungkur dengan begitu keras. Darah segar mengalir dari lututnya
membuatnya semakin erat memegangi kakinya yang saat ini tengah begitu perih.
“Gadis bodoh… kenapa bisa jatuh seperti
ini?” suara seorang laki-laki membuatnya tersentak kaget.
Didapatinya sosok Yuto yang kini sudah
berdiri di hadapannya. Dengan sigap pemuda jangkung itupun segera menekuk
lututnya dan mengisyaratkan pada Yui tuk naik ke punggungnya.
“Yuto-kun…,” Yui masih belum mengerti atas
sikap pemuda di hadapannya ini.
To Be Continue………..
*******************************
Ini salah satu part perkenalan tokohnya.
Berarti kurang Yuya dan Hikaru yang namanya belum disebut ^,^
Banyak casting bener-bener menyusahkan
apalagi hampir semuanya peran utama.
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^