Tuesday, 21 February 2012

Koperasi Siswa


PENDAHULUAN

Koperasi Siswa yang anggotanya para seluruh siswa dari suatu sekolah, yang fungsinya sebagai wadah untuk belajar  dan menumbuhkan tumbuhnya kesadaran berkoperasi di kalangan siswa sebagai anggota dan pengurus. Kopsek mempunyai nilai dan potensi strategis untuk meminimalisir masalah pengangguran karena skill yang tidak memadai dalam kewirausahaan atau entrepreneur, potensi yang dimiliki oleh koperasi sekolah a.l.:
(1) koperasi sekolah sebagai wahana pembelajaran sehingga memiliki alternatif bagi kepentingan di masa depan,
(2) potensi peningkatan kualitas SDM karena kopsek  sebagai sarana pembelajaran berkoperasi dan mengasah potensi kewirausahaan sehingga tersedianya wahana proses pembelajaran memiliki alternatif menjadi mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
(3) potensi sebagai wahana pembelajaran karena para siswa mengenal dan mempraktekkan sendiri aktivitas – aktivitas pengelolaan  transaksi atau berusaha seperti mencatat, membukukan, melayani pelanggan, menerima barang, mengelola barang serta berbagai aktivitas  lainya.

Karena pengembangan kewirausahaan (entrepreneur) tidak dapat dilakukan secara instant. Sikap mental kewirausahaan (entrepreneur) membutuhkan real touch, untuk mengasah potensi segala  internal yang ada pada diri masing - masing orang agar menjadi  terlatih. Pengembangan kewirausahaan (entrepreneur) juga sesuai dengan dengan tujuan pendirian koperasi. Pada saat koperasi sekolah benar - benar dirasakan siswa sebagai wadah yang dapat menggembleng diri mereka dalam menghadapi masa depan maka minat entrepreneur juga dapat muncul pada saat siswa dilatih dalam wadah koperasi sekolah.


PEMBAHASAN

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN MELALUI KOPSISi
Pada era sekarang dan yang akan datang, paradigma layanan pendidikan harus berubah dari paradigma teacher center menuju child centered; dari paradigma subject mathod curriculum menuju competence base curriculum; dan dari paradigma exclusive segregative educational menuju inclusive education process (Arifin, 2007). Jadi, seluruh proses layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan harus diorientasikan pada pemberdayaan siswa sesuai dengan keberagam potensinya masing-masing. Salah satu bagian kunci dalam proses layanan pendidikan anak atau proses pembelajaran siswa di sekolah adalah ‘membentuk karakter atau sikap mental positif’ siswa, karena terbentuknya sikap mental positif akan mampu mengantarkan setiap individu untuk meraih kesuksesan (Koentjaraningrat, 1982).
Ada beberapa rujukan teoritis tentang urgensinya pendidikan sikap mental manusia dalam proses pembangunan, yaitu: (a) teori n-Ach (the need for Achievement), oleh David Mc Clelland. Inti pandangan teori ini adalah ‘setiap individu yang selalu membangun prinsip sepanjang usia hidupnya harus terus berkarya dan berprestasi akan meraih banyak kesuksesan’. Berkarya adalah kebutuhan dasar dalam hidup; (b) Teori Mentalitas Manusia Modern, oleh Alex Inkels dan D.H. Smith. Salah satu ciri mentalitas modern adalah ‘terbuka, berorientasi ke depan dan kompetitif serta inovatif (Budiman, 1995); dan (c) teori Kepribadian Inovatif, oleh Max Weber dan E. Hagen. Salah satu ciri kepribadian inovatif adalah ‘selalu ingin tahu dan meneliti, mengambil tanggung jawab pribadi yang tinggi, terbuka dan tolerir, memaklumi heterogenitas dan selalu mendorong kreativitas dan inovasi di berbagai bidang’ (Sztompka,1993). Berdasarkan ketiga teori tersebut, menunjukkan aspek mentalitas manusia adalah faktor kunci dalam meraih kesuksesan hidup.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0461/ U/ 1984, tentang Pola Pembinaan dan Pengembangan Kesiswaan dijelaskan bahwa, dua dari delapan materi pembinaan kesiswaan adalah: (a) pembinaan kepribadian dan budi pekerti luhur; dan (b) pembinaan ketrampilan dan kewirausahaan siswa. Salah satu cara dalam membina siswa pada aspek ketrampilan dan kewirausahaan adalah setiap satuan pendidikan harus ada Koperasi Siswa (Kopsis). Persoalan yang muncul adalah, bagaimana cara yang dapat ditempuh dalam menumbuhkan sikap mental wirausaha siswa di sekolah melalui lembaga Kopsis sekolah?. Persoalan inilah yang menjadi fokus kajian dalam makalah ini. Sebenarnya banyak aspek yang bisa dikaji dalam membahas tentang peran Kopsis bagi siswa, namun karena keterbatasan ruang dan waktu, maka fokus kajian hanya pada aspek peran Kopsis dalam pendidikan sikap mental kewirausahaan siswa.

PENTINGNYA LAYANAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN BAGI SISWA MELALUI KOPSIS
Sebelum menjelaskan tentang pentingnya layanan pendidikan kewirausahaan bagi siswa melalui Kopsis sekolah, terlebih dahulu perlu diingat kembali beberapa konsep dasar tentang OSIS pada satuan pendidikan, antara lain: (a) OSIS adalah singkatan dari Organisasi Siswa Intra Sekolah. Jadi, OSIS merupakan satu-satunya wadah organisasi siswa di sekolah dan kursus, di lingkungan pembinaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (SD, SMP, SMA/SMK dan kursus-kursus), dan tidak ada hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah atau kursus yang lain (Departemen P dan K, 1985); (b) Pembina OSIS adalah Kepala Sekolah, guru dan tenaga kependidikan yang bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan OSIS di sekolah dan kursus tersebut; (c) Pemimpin siswa adalah pengusus OSIS yang dipilih oleh para siswa di sekolah dan kursus untuk jangka waktu tertentu dan mendapat pengesahan dari Kepala Sekolah yang bersangkutan; dan (d) Tujuan khusus dibentuknya OSIS adalah: Meningkatkan peran siswa untuk menjaga dan membina sekolah sebagai wiyatamandala; Melatih siswa dalam berorganisasi dengan baik; Memantapkan kegiatan ekstra kurikuler dalam menunjang pencapaian kurikulum pada satuan pendidikan; Peningkatan apresiasi dan penghayatan seni budaya; Menumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945; Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; dan Meningkatkan kesehatan jasmani-rohani siswa (Departemen P dan K, 1985).
Pada Bab IV pasal 4 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0461/ U/ 1984 dirumuskan, bahwa materi pembinaan kesiswaan meliputi delapan aspek atau bidang, yang kemudian dalam tataran operasional diwujudkan dalam bentuk delapan Sekretaris Bidang (Sekbid), yaitu: (a) Sekbid ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (b) Sekbid kehidupan berbangsa dan bernegara; (c) Sekbid pendidikan pendahuluan bela negara; (d) Sekbid kepribadian dan budi pekerti luhur; (e) Sekbid berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan; (f) Sekbid ketrampilan dan kewirausahaan; (g) Sekbid kesegaran jasamani dan daya kreasi; dan (h) Sekbid persepsi, apresiasi dan kreasi seni (Departemen P dan K, 1985). Berdasarkan konsep-konsep dasar tentang OSIS dan materi pembinaan kesiswaan tersebut, maka proses pembinaan yang bisa dilakukan oleh Kepala sekolah dan Guru terhadap siswa dalam wadah OSIS adalah menyangkut ‘delapan bidang’ tersebut secara integral.
Hanya karena keterbatasan ruang dan waktu (space and time), maka makalah atau kajian ini lebih menekankan pada aspek kewirausahaan yang terimplementasikan pada pengembangan Koperasi siswa (Kopsis) di setiap satuan pendidikan. Diantara fungsi keberadaan Kopsis di setiap satuan pendidikan bagi siswa antara lain: (a) melatih dan mendidik siswa dalam mengembangkan potensi kewirausahaan sesuai dengan tingkat minat dan potensi yang dimiliki siswa; dan (b) melatih dan mendidik siswa dalam memanajemen Kopsis, khususnya dalam memberikan layanan terbaik terhadap beragam kebutuhan siswa berkaitan dengan kelancaran proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, hakikat Kopsis di sekolah bukan hanya semata-mata menyediakan berbagai sarana dan kebutuhan material yang diperlukan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah, tetapi juga harus mampu ‘melatih dan mendidik siswa dalam mengembangkan potensi kewirausahaan’, yang sangat dibutuhkan siswa dalam proses hidupnya kedepan. Urgensi pengembangan potensi wirausaha siswa inilah yang menjadi fokus kajian dalam makalah ini.
Agar keberadaan Koperasi Siswa (Kopsis) di setiap satuan pendidikan mempunyai peran penting dalam proses pendidikan kewirausahaan siswa, maka pengelolaan atau manajemen Kopsis sekolah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, dan betul-betul berperan sebagai tempat praktik dan latihan bagi siswa dalam membangun dan mengembangkan sikap mental kewirausahaannya. Paling tidak ada tujuh konsep penting yang perlu diperhatikan oleh pembina OSIS dalam proses membimbing atau melatih siswa untuk mengembangkan potensi kewirausahaan di lingkungan sekolah, antara lain:
Pertama, pada hakikatnya peranan sekolah dalam membangun sikap mental berwirausaha siswa adalah sangat sentral. Diantara sikap mental manusia atau peserta didik untuk sanggup berwirausaha adalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) memiliki moral atau motivasi tinggi untuk berprestasi dan berkarya sepanjang usia hidupnya (need for achievement); (b) memiliki sikap mental untuk berwirausaha, yang diawali dengan hal-hal yang kecil namun dengan perencanaan yang baik; (c) memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan; dan (d) memiliki ketrampilan atau kecapakan untuk berwirausaha. Kekuatan untuk membangun keempat aspek tersebut sangat ditentukan oleh kondisi pembelajaran budaya yang telah berlangsung dalam lingkungan keluarga siswa.

KELEMAHAN DALAM PELAKSANAAN LAYANAN PENDIDIKAN
Peranan sekolah tersebut dalam realitasnya masih belum terberdayakan secara maksimal, diantara faktor penyebabnya adalah masih ada beberapa kelemahan yang dapat dijumpai dalam pelaksanaan layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan, yaitu: (1) kelemahan pada aspek proses pembelajaran di kelas, antara lain: (a) aktivitas belajar siswa di sekolah masih kurang maksimal dalam memberdayakan potensi dirinya; (b) proses layanan pembelajaran di kelas belum secara maksimal dalam memenuhi kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswa secara beragam; (c) masih banyak terjadi proses pembelajaran yang bersifat guru sentris; (2) kelemahan pada aspek pengorganisasian pengalaman belajar siswa, yaitu dengan sistem pembelajaran secara klasikal cenderung guru mengalami kesulitan dalam pemberian kayanan pendidikan kepada siswa sesuai dengan minat dan kemampuan serta bakat masing-masing siswa secara maksimal; dan (3) kelemahan dari pada aspek pengembangan kurikulum, artinya pada kurikulum sekarang ini (berbasis kompetensi dan KTSP), aspek kewirausahaan siswa belum diintrodosir dan dikembangkan secara maksimal di setiap satuan pendidikan secara intergal dan berjenjang; dan (3) kelemahan pada aspek sarana dan prasarana yang ada di sekolah yang masih terbatas.
Kedua, strategi pengembangan dan pembinaan kewirausahaan siswa harus dilakukan secara bertahap melalui usaha-usaha sebagai berikut: (1) penyebarluasan konsep pembinaan kewirausahaan bagi siswa di setiap satuan pendidikan; (2) melaksanakan dan mengembangkan program pembinaan kewirausahaan; (3) pendayagunaan tenaga pembina kewirausahaan yang meliputi tenaga-tenaga yang ada di sekolah atau di luar sekolah; (4) melaksanakan penataran guru dan tenaga pembina kewirausahaan sampai mencapai suatu jumlah dan mutu yang memadai; dan (5) mengembangkan program lembaga pendidikan tenaga kependidikan dengan paket kewirausahaan siswa. Sedangkan pengadaan sarana penunjang pengembangan dan pembinaan kewirausahaan siswa di sekolah adalah: (a) ruang ketrampilan; (b) koperasi siswa/ sekolah; (c) kebun sekolah; (d) ruang kesenian; (e) ruang perpustakaan; dan (f) laboratorium (Departemen P dan K, 1985)
Ketiga, strategi mempersiapkan siswa mempunyai sikap mental berwirausaha melalui proses pembelajaran di kelas, antara lain: (1) pembenahan pada proses pembelajaran yang mengunakan pendekatan atau model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan inovatif. Untuk bisa menunjang proses pembelajaran tersebut, beberapa yang perlu dibenahi adalah: (a) meningkatkan kompetensi guru dan mentalitas inovatif guru; (b) pembenahan sistem pembelajaran yang didesain dalam bentuk ’siswa aktif, kreatif dan inovatif’; (c) pembenahan dalam sarana pembelajaran di kelas yang berbasis teknologi yang menunjang pembentukan mentalitas kewirausahaan; (d) menanamkan konsep pada siswa tentang ’siswa berprestasi’ adalah siswa yang mampu mencapai ketuntasan belajar dan mempunyai kualitas pada aspek: moral, sikap mental inovatif, kepekaan sosial, ketrampilan berwirausaha, rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan problem; (2) melakukan berbagai jenis kegiatan di sekolah yang mengarah pada pembinaan kewirausahaan siswa.

Ada beberapa jenis kegiatan yang dapat dilakukan oleh pembina OSIS atau guru dalam rangka mencapai tujuan pembinaan kewirausahaan siswa sebagai berikut:

Contoh Laporan Praktek Pengalaman Lapangan [PPL]


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Perguruan tinggi merupakan tempat dimana para mahasiswa dibekali ilmu yang suatu  saat dapat diaplikasikan kedalam dunia kerja. Namun kerap kali yang terjadi saat ini adalah kurang selarasnya kurikulum yang diajarkan di bangku kuliah dengan dunia kerja sehingga mahasiswa yang telah memiliki bekal keilmuan yang baik sekalipun apabila tidak mempunyai pengetahuan dan memahami lingkungan kerja maka akan mengalami kesulitan ketika beradaptasi dengan dunia kerja yang sesungguhnya.
Konsep Praktek Pengalaman Lapangan atau Internship, sudah dikenal sejak lama sebagai suatu sarana pelatihan diri untuk mengaplikasikan keilmuan yang sudah di dapat di bangku kuliah sehingga mahasiswa akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir, menambah ide-ide yang berguna dan semakin memahami yang terjadi di lapangan. Harapan jangka panjangnya mahasiswa akan mampu mempersiapkan diri dalam dunia kerja terlebih lagi akan mampu menciptakan lapangan kerja yang baru berdasarkan ilmu dan pengalaman yang telah diperolehnya. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa pendekatan pelatihan dalam bentuk Praktek Pengalaman Lapangan ini berpengaruh terhadap peningkatan ketrampilan dan sikap kerja keras para pesertanya. Hal ini karena mahasiswa berkesempatan belajar sambil bekerja (learning by doing) sehingga mereka dapat menarik pelajaran dari kekeliruan dan keberhasilan dalam praktek selama Praktek Pengalaman Lapangan.
Mengingat pentingnya hal tersebut maka perguruan tinggi berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan mutu pendidikan dan menyediakan sarana-sarana pendukung agar dihasilkan lulusan yang handal yang mampu bersaing di era globalisasi ini. Demikian juga dengan STAIN Surakarta khususnya Jurusan Ekonomika dan Bisnis Islam  yang mewajibkan mahasiswanya untuk melaksanakan praktek pengalaman lapangan, sehingga mahasiwa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan ke dalam lingkungan kerja yang sebenarnya.

B.    Alasan Pemilihan Objek
Seperti halnya perusahaan manufaktur, perusahaan jasa atau unit usaha yang bergerak dibidang jasa atau pelayanan juga menarik untuk dipilih sebagai objek praktek pengalaman lapangan. Kalau diperusahaan jasa kita terfokus pada proses bagaimana barang mentah diolah menjadi suatu produk, dimana produk yang dihasilkan jelas wujudnya, sehingga akan lebih mudah dalam mengidentifikasi atau melacak sumber – sumber biayanya, maka lain halnya di perusahaan jasa yang produk yang dihasilkan lebih kompleks dan bersifat “abstrak”. Seperti yang disampaikan oleh Tjiptono( 1996:107) jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang ditawarkan oleh suatu pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak dapat menghasilkan kepemilikan apapun. Maksud dari kepemilikan di sini adalah karena jasa tidak berwujud fisik maka jasa tidak bisa dimiliki tetapi hanya bisa dirasakan dan dinikmati kepuasannya.
Rumah sakit merupakan salah satu unit usaha jasa yang memiliki produk pelayanan yang beragam. Variasi produk suatu rumah sakit inilah yang menarik untuk ditelaah. Banyak ilmu akuntansi yang dapat diaplikasikan ke dalam lingkup manajemen rumah sakit. Seperti penentuan tarif rawat inap dan penentuan biaya gizi pasien yang dapat mengaplikasikan materi akuntansi biaya. Pengakuan pendapatan,penetapan gaji dokter dan perawat, metode persediaan obat, inventaris maupun barang lainnya dengan mengaplikasikan akuntansi keuangan. Serta alur penerimaan pasien baik IGD, rawat inap maupun rawat jalan, pengadaan inventaris maupun permintaan persediaan obat yang dapat mengaplikasikan materi sistem informasi akuntansi. Selain itu masih banyak lagi bidang keilmuan dari teori – teori akuntansi yang dapat diaplikasikan dalam rumah sakit.
Selain itu sebagian besar dari peserta PPL umumnya akan lebih memilih mencari tempat PPL dari jenis perusahaann manufaktur, hal ini dikarenakan apa yang di pelajari di bangku kuliah lebih banyak memfokuskan pada perusahaan manufaktur, meskipun pada prinsipnya sama, namun jarang sekali mengambil contoh dari perusahaan jasa.  Hal ini pula yang mendasari mengapa kami memilih perusahaan jasa sebagai tempat pelaksanaan PPL, yaitu agar lebih memahami bagaimana sistem akuntansi yang diterpkan di perusahaan jasa dan agar dapat bertukar pikiran dengan teman – teman yang melaksanakan PPL di perusahaan manufaktur.

C.    Maksud dan Tujuan PPL
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap, kemampuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah. Dengan mengikuti praktek pengalaman lapangan diberbagai perusahaan dan instansi diharapkan dapat.berguna bagi mahasiswa sebagai sarana untuk mengembangkan kompetensi, mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh, dapat menimba ilmu pengetahuaan, keterampilan dan pengalaman.di lapangan secara langsung sehingga mampu mengatasi masalah-masalh riil yang terjadi secara langsung, sehingga mahasiswa akan lebih mempunyai bekal yang cukup ketika selesai kuliah dan menghadapi dunia kerja yang nyata.

Monday, 13 February 2012

Audit Syariah : Antara Yang Diinginkan dengan Realita

A.     Pendahuluan
Audit syariah memiliki kunci penting karena mulai ada kesadaran yang tumbuh di kalangan lembaga keuangan islam yang setiap lembaga tersebut mulai sadar untuk dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan Hukum islam yang Maq’asid Ash-Syariah (Shahul dan Yaya, 2005). Dalam kaitannya dengan hal ini, ada kebutuhan dari lembaga tersebut untuk memiliki audit dalam tataran syariah yang teratur dan independen. Konsep audit syariah harus diperluas ke berbagai kegiatan yang berkaitan dengan system, produk, karyawan, lingkungan, dan masyarakat, yang keseluruhannya terkait dengan suatu lembaga (Syed Alwi, 2007).
Ada suatu kebutuhan untuk mengembangkan audit syariah yang berguna untuk memastikan efektivitas tujuan dari hokum kepatuhan terhadap prinsip syariah yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi positif terhadap ummat (masyarakat) pada umumnya. Karena itu, tujuan dari penyusunan tulisan ini adalah mencoba untuk memeriksa apakah praktek audit syariah saat ini telah sesuai dengan perspektif Islam bila dibandingkan dengan apa yang diharapkan.
Sulaiman (2005) menemukan bahwa “apa yang seharusnya diinginkan tidak mungkin bertepatan dengan apa yang sebenarnya diinginkan dan konsekuensi apa-apa yang sebenarnya diinginkan mungkin tidak sama dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, untuk menentukan jika ada kesenjangan dari hal tersebut, kesenjangan yang akan diperiksa harus melihat ke dalam dua aspek: 1) antara “diinginkan” dan “yang diinginkan”, dan 2) antara “yang diinginkan” dan “actual” praktek. Namun tulisan ini lebih berfokus pada poin kedua untuk melihat aspek yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi dalam praktek.

B.     Tinjauan Literatur
Krisis komentar pada audit dan tuntutan tanggung jawab yang lebih luas, visibilitas, dan akuntabilitas perusahaan telah menyebabkan banyak perdebatan mengenai apa yang harus ideal mengenai fungsi audit. Selanjutnya, orang sudah mulai mengevaluasi kembali tingkat kepercayaan, mereka mengatakan audit untuk memberikan jaminan dalam investasi dan informasi keuangan, serta kecenderungan semata-mata tergantung pada audit sebagai sumber terbaik kredibilitas untuk informasi tersebut sekarang telah mati (Humphrey, 2000).
Hal ini salah satunya dapat dilihat dari bangkrutnya Enron Corporation disusul oleh beberapa perusahaan yang lebih besar yang seharusnya tidak mungkin bangkrut begitu mendadak melihat hasil audit terhadap perusahaan tersebut. Akibatnya, auditor menjadi fitur biasa di halaman depan berita (Houck, 2003). Peran pelaporan keuangan dan audit seharusnya tidak terbatas pada kebutuhan pengambilan keputusan investor, tetapi juga harus dilihat dalam kaitannya dengan kekhawatiran tata kelola perusahaan (Ball et al, 1998).
Menyadari konsekuensi mengadopsi kerangka audit konvensional yang dibatasi dalam ruang lingkup praktek audit di lembaga-lembaga Islam harus memiliki perspektif yang berbeda. Keberadaan lembaga-lembaga ini didasarkan pada prinsip-prinsip Islam dengan tujuan utama mencapai maslahah kepada umat melalui keadilan social dan ekonomi. Dikatakan bahwa peran auditor syariah, berbeda dan lebih luas daripada peran auditor dalam organisasi konvensional (Banaga et al, 1994). Hal ini karena telah diperluas untuk mencakup kepatuhan dengan syariah. Selain itu, juga adanya pendapat bahwa karena organisasi islam yang seharusnya beroperasi di bawah pandangan dunia islam, mereka mungkin perlu jenis akuntansi dan system audit yang berbeda (Khan, 2001). Mereka diharapkan untuk melayani kebutuhan masyarakat islam yang focus dan prioritas yang berbeda dengan pandangan dunia lain. Namun pada kenyataannya banyak organisasi islam yang masih bergantung pada kerangka kerja audit konvensional untuk tujuan audit yang terbatas dalam ruang lingkup.

C.     Metodologi
Tujuan dari penelitian ini adalah pada dasarnya untuk menguji antara harapan dan actual dari praktek fungsi audit syariah dalam lembaga keuangan islam. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa seseorang yang mekanismenya  tepat “check and balance”, harus ditempatkan di lembaga keuangan islam untuk menjamin kegiatan organisasinya sejalan dengan prinsip Islam dan untuk melindungi keyakinan para pemangku kepentingan Islam dalam organisasi yang bersangkutan.
Dalam rangka mencapai tujuan, penelitian ini dilakukan melalui survey terhadap beberapa kelompok responden yang terlibat langsung ataupun tidak langsung dengan kepatuhan/audit, menggunakan kuesioner dan wawancara. Hal ini untuk memperoleh wawasan ke dalam praktek-praktek yang ada serta apa yang diharapkan oleh responden atau apa yang seharusnya dilakukan oleh audit syariah di lembaga keuangan islam.
Signifikansi dan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan didasarkan pada perlu memeriksa sebuah hubungan antara teori dan praktek syariah audit. Analisis eksplorasi ruang lingkup audit syariah melihat empat aspek struktur kepatuhan syariah dan bagaimana ruang lingkup saat ini dapat diperluas. Meskipun literature yang ada masih kurang, beberapa upaya telah dilakukan untuk menganalisa kekuatan dan tanggung jawab penasihat syariah di bank Islam dan lainnya.

D.     Temuan
Ada empat isu utama yang berkaitan dengan perbedaan praktek audit yang disorot dalam tulisan ini:
1.      Kerangka kerja
Mengenai kerangka audit syariah, pemilihan salah satu teknik untuk mendapatkan kepuasan yang lebih menguntungkan sesuai dengan keadaan, juga akan mempengaruhi konsistensi dan prediktabilitas dari aturan fiqh. Mengingat bahwa IFI dimulai dengan tujuan menguntungkan masyarakat, konflik muncul ketika Negara telah sangat dipengaruhi oleh system hokum barat, baik dalam penggunaan standar akuntansi ataupun kode sipil dan komersial. Tidak adanya pedoman dan standar audit syariah adalah masalah utama yang dihadapi saat ini oleh kerangka audit syariah. Auditor yang professional perlu mengikuti standar, namun standar mengenai audit syariah ini sendiri masih sangat kurang.
Kebanyakan, IFI menggunakan kerangka audit konvensional karena ketidaktersediaan kerangka audit syariah meskipun mayoritas responden dirasakan bahwa ada kebutuhan untuk audit syariah menjadi berbeda dari kerangka konvensional.

2.      Ruang lingkup
Berkaitan dengan ruang lingkup, ada bukti perhatian public tentang apa yang sedang dicapai dalam audit atas laporan akuntansi dan keuangan. Ada juga tekanan dari beberapa pihak untuk berbagai jenis audit. Hal ini melibatkan meningkatnya dukungan orang-orang yang mengklaim akan menuntut audit social untuk melaporkan perilaku social dan kinerja organisasi dalam semua hubungan mereka dengan masyarakat, individu, dan organisasi lainnya.
Dengan menunjukkan keinginan untuk memperluas ruang lingkup audit syariah, kurangnya keahlian, spesifikasi, dan definisi pada ruang lingkup praktek audit syariah menyangkut tulisan ini. Hal ini tampaknya menjadi alasan adanya kesenjangan. Dengan mentalistik yang masih kapitalistik dan kurangnya kesadaran tentang audit social adalah beberapa alasan untuk tidak mendukung untuk memperluas ruang lingkup. Jadi timbullah kesenjangan dalam hal ini.

3.      Kualifikasi
Berkaitan dengan kualifikasi auditor syariah, ditemukan adanya perbedaan antara yang diinginkan dengan kualifikasi sebenarnya auditor syariah dengan proporsi yang memenuhi syarat hanya 5,9% jika dibandingkan dengan responden yang praktik audit syariah 69%. Auditor syariah diharapkan untuk mencerminkan tanggung jawab dan akuntabilitas, tidak hanya untuk manajemen dan stakeholder, tetapi lebih penting bagi Allah.
Hasil survey menunjukkan bahwa orang-orang dengan kualifikasi akuntansi seringkali cenderung tidak memilih syariah.

4.      Independensi
Dalam kasus independensi, integritas auditor syariah lebih ditingkatkan oleh harapan orang-orang yang memiliki minat dalam IFI untuk auditor syariah akan cukup mandiri untuk memberikan pendapat dalam hal yang syariah-compliant di semua aspek. Dalam situasi di mana tanggung jawab dan social, audit harus diterapkan sebaik mungkin. Ini adalah fungsi social audit dalam IFI untuk manfaat dari umat yang menciptakan kebutuhan untuk independensi auditor.
Potensi penuh dari seorang auditor tidak dapat direalisasikan jika mereka tidak sepenuhnya benar-benar independen, karena tujuan social akan menjadi kefrustrasian. Hasilnya menunjukkan signifikansi perbedaan antara yang diinginkan dan praktek yang sebenarnya. Hal ini juga tercermin dalam hasil wawancara di mana dalam praktek yang sebenarnya, sebuah ketergantungan pada orang-orang internal, seperti pengelola unit syariah ditempatkan untuk melaksanakan audit syariah terutama di IFI. Jadi dalam kenyataannya mereka tidak dapat menghindari menjadi rileks terhadap prinsip independensi karena keadaan tidak dapat dihindari.

Sunday, 12 February 2012

Pengertian dan Dasar Hukum Istihsan

Orang yang menetapkan hukum berdasarkan istihsan tidak boleh berdasarkan rasa dan keinginannyya semata, akan tetapi haruslah berdasarkan hal-hal yang diketahui bahwa hukum itu sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakan syara' dan sesuai pula dengan kaidah-kaidah syara' yang umum"

1. Pengertian
Istihsan menurut bahasa berarti menganggap baik atau mencari yang baik. Menurut ulama ushul fiqh, ialah meninggalkan hukum yang telah ditetapkan pada suatu peristiwa atau kejadian yang ditetapkan berdasar dalil syara', menuju (menetapkan) hukum lain dari peristiwa atau kejadian itu juga, karena ada suatu dalil syara' yang mengharuskan untuk meninggalkannya. Dalil yang terakhir disebut sandaran istihsan.

Qiyas berbeda dengan istihsan. Pada qiyas ada dua peristiwa atau kejadian. Peristiwa atau kejadian pertama belum ditetapkan hukumnya karena tidak ada nash yang dapat dijadikan dasarnya. Untuk menetapkan hukumnya dicari peristiwa atau kejadian yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash dan mempunyai persamaan 'illat dengan peristiwa pertama. Berdasarkan persamaan 'illat itu ditetapkanlah hukum peristiwa pertama sama dengan hukum peristiwa kedua. Sedang pada istihsan hanya ada satu peristiwa atau kejadian. Mula-mula peristiwa atau kejadian itu telah ditetapkan hukumnya berdasar nash. Kemudian ditemukan nash yang lain yang mengharuskan untuk meninggalkan hukum dari peristiwa atau kejadian yang telah ditetapkan itu, pindah kepada hukum lain, sekalipun dalil pertama dianggap kuat, tetapi kepentingan menghendaki perpindahan hukum itu.

Dengan perkataan lain bahwa pada qiyas yang dicari seorang mujtahid ialah persamaan 'illat dari dua peristiwa atau kejadian, sedang pada istihsan yang dicari ialah dalil mana yang paling tepat digunakan untuk menetapkan hukum dari satu peristiwa.

2. Dasar hukum istihsan
Yang berpegang dengan dalil istihsan ialah Madzhab Hanafi, menurut mereka istihsan sebenarnya semacam qiyas, yaitu memenangkan qiyas khafi atas qiyas jali atau mengubah hukum yang telah ditetapkan pada suatu peristiwa atau kejadian yang ditetapkan berdasar ketentuan umum kepada ketentuan khusus karena ada suatu kepentingan yang membolehkannya. Menurut mereka jika dibolehkan menetapkan hukum berdasarkan qiyas jali atau maslahat mursalah, tentulah melakukan istihsan karena kedua hal itu pada hakekatnya adalah sama, hanya namanya saja yang berlainan. Disamping Madzhab Hanafi, golongan lain yang menggunakan istihsan ialah sebagian Madzhab Maliki dan sebagian Madzhab Hambali.

Yang menentang istihsan dan tidak menjadikannya sebagai dasar hujjah ialah Madzhab Syafi'i. Istihsan menurut mereka adalah menetapkan hukum syara' berdasarkan keinginan hawa nafsu. Imam Syafi'i berkata: "Siapa yang berhujjah dengan istihsan berarti ia telah menetapkan sendiri hukum syara' berdasarkan keinginan hawa nafsunya, sedang yang berhak menetapkan hukum syara' hanyalah Allah SWT." Dalam buku Risalah Ushuliyah karangan beliau, dinyatakan: "Perumpamaan orang yang melakukan istihsan adalah seperti orang yang melakukan shalat yang menghadap ke suatu arah yang menurut istihsan bahwa arah itu adalah arah Ka'bah, tanpa ada dalil yang diciptakan pembuat syara' untuk menentukan arah Ka'bah itu."

Jika diperhatikan alasan-alasan yang dikemukakan kedua pendapat itu serta pengertian istihsan menurut mereka masing-masing, akan jelas bahwa istihsan menurut pendapat Madzhab Hanafi berbeda dari istihsan menurut pendapat Madzhab Syafi'i. Menurut Madzhab Hanafi istihsan itu semacam qiyas, dilakukan karena ada suatu kepentingan, bukan berdasarkan hawa nafsu, sedang menurut Madzhab Syafi'i, istihsan itu timbul karena rasa kurang enak, kemudian pindah kepada rasa yang lebih enak. Seandainya istihsan itu diperbincangkan dengan baik, kemudian ditetapkan pengertian yang disepakati, tentulah perbedaan pendapat itu dapat dikurangi. Karena itu asy-Syathibi dalam kitabnya Al-Muwâfaqât menyatakan: "orang yang menetapkan hukum berdasarkan istihsan tidak boleh berdasarkan rasa dan keinginannyya semata, akan tetapi haruslah berdasarkan hal-hal yang diketahui bahwa hukum itu sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakan syara' dan sesuai pula dengan kaidah-kaidah syara' yang umum".

Fanfic Aishiterukara - Hey! Say! JUMP Part 04

AISHITERUKARA / BECAUSE I LOVE U (PART 4)

*****************
Part sebelumnya:
“DDOOORRR…”
Sebuah ledakan terdengar begitu keras dari gedung tempat mereka menginjakkan kakinya itu.
Satu ledakan itu cukup untuk membuat mereka teramat terkejut. Namun, mereka berenam masih bisa menahan diri untuk tidak panik.

Tiba-tiba pintu atap terbuka…

“Angkat tangan kalian!!”
Dua orang yang mengenakan topeng, mengarahkan sebuah senapan mesin ke arah 6 siswa itu…

*****************
*****************

Yuto dengan sigap segera melangkahkan kakinya – cepat. Satu detik kemudian, tubuhnya yang jangkung sudah tak lagi terlihat sepenuhnya karena pemuda paling tinggi itu kini sudah menyembunyikan badannya di belakang saudaranya yang merupakan orang paling pendek di tempat itu – Yuri.

Suasana sarapan pagi yang begitu nyaman beberapa saat lalu, kini lenyap dalam sesaat. Kengerian menyelimuti wajah ke-enam siswa SMU itu saat menatap dua senjata mesin laras panjang yang mengarah ke tubuh mereka.

Keenamnya mengangkat tangan menandakan mereka tak akan melakukan perlawanan. Satu gerakan yang mencurigakan, mungkin bisa saja langsung membuat mereka tak kan lagi bisa menikmati hidup.

Angin berhembus semakin dingin di atap sekolah ini.

“Cepat turun!!” bentak salah seorang yang mengenakan topeng bermotif power ranger. Sementara orang bertopeng satunya berjalan ke arah 6 siswa itu dan menggiring mereka turun dari atap.

“BRUUK”

Salah seorang dari siswa itu roboh sambil memegangi dadanya.
“Ryosuke, kau tak apa?!” Yuri, Keito, dan Zashi dengan segera menghampiri sahabat mereka itu. Kepanikan menyelimuti wajah mereka.

“Wei, kenapa dia?!” si orang bertopeng tidak kalah terkejutnya dengan kejadian barusan.

Sementara orang yang tengah roboh, dengan sedikit kedipan matanya, teman-temannyapun segera memahami apa yang dipikirkan oleh Ryosuke.

“BUGGHH… BUGGHH…”
Hantaman tangan Ryutaro dan Yuto yang begitu kuat, sukses membuat kedua pria bertopeng itu roboh. Senjata yang tadinya mengarah pada mereka, kini sudah terpental jauh meninggalkan majikannya.

Pukulan berturut-turut juga dilayangkan Yuri dan Keito, yang tentu saja membuat perlawanan kedua pria bertopeng itu menjadi sia-sia. Keduanya kini telah sempurna kehilangan kesadarannya. Senapan mesinpun telah turut berpindah majikan – berpindah ke tangan Yuto dan Ryutaro.

“Seret mereka ke atap dan ikat mereka,” perintah dari Ryosuke dan iapun segera mendapatkan tanggapan dari sahabatnya yang lain.

Keenam siswa itu kini tengah menyeret dua penjahat kembali ke atap. Diikatkannya sebuah tali dengan begitu kuat pada tubuh dua penjahat itu.

Keenamnya memandang lekat pada kedua penjahat yang masih mengenakan topengnya. Perlahan kaki pendek Yuri berjalan menghampiri dua orang bertopeng – yang beberapa saat lalu mengarahkan senapan mesin ke arahnya – yang sekarang sudah tak lagi memberikan tanda kesadaran. Ditekuknya lututnya itu sehingga kini membuat wajahnya hanya berada satu jengkal dari wajah salah satu dari dua orang bertopeng di hadapannya.

Yuri membuka topeng kedua orang di hadapannya itu. Kini irisnya sempurna terpaku menatap wajah di depannya. Wajah dua orang yang sudah pasti bukan orang Jepang.

Ada apa ini? Kenapa orang luar negeri seperti mereka bisa masuk ke sekolah ini?” Yuto segera menyampaikan hasratnya untuk bertanya.
Keitopun segera menanggapi pertanyaan Yuto itu dengan jawaban yang mungkin kurang sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh sahabatnya barusan. “Sepertinya mereka memang belum tahu kalau sekolah ini adalah sekolah kita – anak para Yakuza level tertinggi.”

“KREEK… TAP… TAP… TAP…”
Dua orang pemuda yang berseragam sama dengan keenam siswa itu, terlihat membuka pintu atap dan segera berlari ke arah keenamnya.

“Sudah kuduga kalian di sini,” pemuda berambut pirang langsung melontarkan kalimat terputus-putus karena nafasnya yang masih tak beraturan terkesan begitu panik.

“Yuya…,” Zashi segera menghampiri dambaan hatinya itu dan dengan cekatan mengeluarkan sapu tangannya tuk menyeka keringat Yuya yang mengalir deras.

Sementara pemuda satunya langsung berbaring di atap sambil mengatur nafasnya yang masih membuat jantungnya berdetak begitu kencang.

“Sekolah kita telah dibajak!!” kata pemuda yang tengah terbaring itu – Hikaru Mizuno – tanpa menunggu lontaran pertanyaan yang telah terkias jelas di wajah anak para Yakuza.

*****************

Sementara itu di aula Heisei Gakuen,

Ratusan siswa tertunduk lesu dengan wajah yang teramat berantakan dengan kegelisahan yang jelas tersirat di wajah mereka. Sementara belasan orang bertopeng tengah sibuk membentak siswa-siswa tersebut agar segera duduk diam di aula ini.

Di sudut satunya…
Di tempat yang tak terlihat…

“Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?” wajah panik tergambar jelas dari mimik siswi kelas satu itu – Emi.
Dengan segera sebuah tangan langsung membungkam mulut Emi agar tak lagi bisa mengeluarkan kata-katanya. “Jangan berisik… Nanti kita bisa tertangkap,” perintah Chiko pada temannya yang masih terlihat gelisah ini.
Detik berikutnya, mulut Chikopun sudah ikutan terbekap oleh dua telapak tangan yang berbeda ukuran. “Ssssttt…,” Ayaka dan Yui menutup mulut Chiko bersamaan.

Keempat siswi yang tengah sembunyi ini beruntung karena mereka masih belum ditemukan oleh orang-orang bertopeng itu. Ancaman Chiko tuk mengajak Emi, Ayaka, dan Yui membolos, membuat mereka tak berada di kelas saat pembajakan dilakukan.
Biarpun begitu, tak ada sedikitpun kelegaan di raut wajah mereka. Kesedihan yang teramat mendalam melihat teman-teman mereka dibentak dan dipukuli secara tidak manusiawi.

Air mata mengalir deras membasahi wajah Ayaka, Yui, dan Emi. Pemandangan yang mereka lihat di depan mata mereka kali ini benar-benar terkesan menyayat hati.

“Kalian jangan menangis di saat seperti ini!” Chiko berusaha menghibur ketiga temannya itu.

Sesaat kemudian – sebelum ketiganya menghentikan aliran air mata mereka – dua tubuh mendekap mereka dari belakang dengan tangan yang sudah sempurna membekap bibir keempat siswi itu.
Debaran jantung yang luar biasa kencang seketika langsung terpacu dari keempat siswi ini.

“Sssttt… Ini kami…,” Yuto segera melepaskan bekapannya pada Ayaka dan Yui disusul Ryutaro yang juga segera melepaskan bekapannya dari bibir Chiko dan Emi.

“Yuto-kun…,” Ayaka terpaku diam memandangi wajah pemuda di depannya. Ingin sekali ia bisa segera memeluk tubuh kurus di depannya itu untuk meluapkan segala kegelisahan yang sedari tadi membelenggu perasaannya.

“Kau tak apa, Yui?” satu kalimat terlontar dari mulut Yuto sambil memegang wajah Yui yang sukses membuat hati Ayaka bagai tersambar petir dan meledak hancur menjadi serpihan-serpihan kecil.

Emi menyadari tatapan kosong Ayaka. Emi tahu betul seberapa besar rasa suka sahabatnya itu pada Yuto. Tapi kenapa… kenapa Yuto mengkhawatirkan Yui? Sejak kapan Yui menjalin hubungan dengan Yuto tanpa sepengetahuan dirinya dan Ayaka…

“Kalian bertiga juga tak apa kan?” suara Ryutaro yang terdengar dengan nada berbisik, cukup untuk membuat kesadaran Emi kembali. Dengan segera diraihnya tangan Ayaka dan menatap sahabatnya itu dengan perasaan iba – tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

*****************

Di atap sekolah,
Dua insan tengah bermesraan melepas segala kerinduan. Hal yang sebenarnya tidak pantas mereka lakukan di situasi seperti ini.

“Bisa tidak kalian jangan lakukan itu sekarang,” Hikaru mengajukan protes.
Yuya dan Zashi yang sedari tadi meluapkan cinta kasih secara terang-terangan di hadapan keempat orang lainnyapun segera menghentikan aktivitas bermesraan mereka.

“Gomenasai…”

Yuya dan Zashi sesegera mungkin melepaskan cengkerama mereka.

Ryosuke masih memandang ke hamparan halaman luas di bawah sana.
“Lebih baik kita segera menghubungi orang kita untuk mengatasi ini semua,” usul Keito yang langsung mendapatkan perhatian dari Yuya, Zashi, Yuri dan Hikaru.

“Jangan bodoh…,” respon Ryosuke pendek masih tanpa mengalihkan pandangannya.
“Tindakan bodoh yang kita ambil, bisa saja membahayakan keselamatan teman-teman kita. Kita mungkin selamat, tapi tidak akan demikian dengan ratusan siswa yang lain,” tambahnya memberi penjelasan pada Keito yang sukses membuat pemuda kekar itu segera menundukkan kepalanya – diam.

Semua menyadari…
Biarpun Ryosuke adalah anak yang paling dingin diantara mereka, tapi ialah yang paling memperhatikan keselamatan orang-orang di sekitarnya melebihi siapapun.

“Kakak…,” teriakan dengan nada yang tidak terlalu keras tiba-tiba terdengar dari arah pintu masuk. Seorang gadis segera berlari ke arah Hikaru dan memeluknya – yang sedetik kemudian gadis itu langsung menumpahkan semua air matanya.

“Ayaka…”

Hikaru terlihat sedikit bingung melihat tingkah adik satu-satunya itu. “Ada apa, Ayaka? Penjahat-penjahat itu sudah menyakitimu kah? Katakan…”
“Kau tenang saja. Jangan menangis… Kakak pasti akan menghajar mereka,” usaha Hikaru untuk menghibur adiknya itu malah semakin membuat si gadis menangis keras.

“Bukan masalah itu, kak…,” Emi yang baru saja berjalan ke arah Hikaru dan Ayaka, segera mendapatkan perhatian penuh dari Hikaru. Dilihatnya seorang gadis yang belum sempat ia ajak kenalan – Chiko – juga berjalan ke arah mereka bersama Ryutaro. Di belakang mereka, Hikaru dapat menangkap sosok Yui – sahabat karib dari adiknya – tengah berjalan menunduk di belakang Yuto.

Seketika Hikaru memahami permasalahan yang sebenarnya terjadi.

Hikaru memandang wajah Emi untuk sesaat. Dan gadis yang dipandangpun segera menganggukkan kepalanya – terlihat paham dengan arti tatapan mata Hikaru. Sepertinya Hikaru telah menyadari bahwa adiknya tengah patah hati. Patah hati gara-gara sahabatnya merebut orang yang ia sukai – Yuto.

“Jangan menangis…,” Yuri tiba-tiba terduduk di samping Hikaru yang masih mendekap erat adiknya. “Jangan menangis, Ayaka…,” bisiknya lirih sambil menghapus linangan air mata di wajah gadis itu.

“Sudah cukup bermesraannya,” satu kalimat dari Ryosuke sukses membuat pemuda tersebut mendapatkan perhatian penuh dari semua orang di tempat itu.
“Bagaimana dengan Mimiko?” tanyanya sambil mengarahkan pandangan lekat pada Yuto dan Ryutaro yang beberapa saat lalu disuruhnya untuk melihat keadaan.

“Ia tertangkap. Kami melihatnya diikat bersama siswa lainnya di aula. Begitu juga dengan kepala sekolah, kakakmu,” Ryutaro memberikan jawaban yang cukup untuk menjawab pertanyaan sahabatnya barusan.

 “Ia tertangkap?” wajah terkejut nampak jelas dari mimik Ryosuke. Satu detik kemudian, pemuda yang biasanya paling tenang itu nampak sudah melangkahkan kakinya cepat menuju arah pintu untuk segera menuruni atap memastikan keselamatan gadis yang telah merebut hatinya.

“Ryosuke…,” sebuah tangan menggenggam erat lengan Ryosuke. “Cobalah untuk sedikit tenang,” Yuri mencoba menahan kepergian sahabatnya itu karena ia tahu Ryosuke mungkin akan bertindak bodoh yang mungkin akan membahayakan nyawanya.

“Lepaskan aku Yuri!! Aku harus menyelamatkannya!!”

Fanfic Aishiterukara - Hey! Say! JUMP Part 03

AISHITERUKARA / BECAUSE I LOVE U (PART 3)

*****************
Part sebelumnya:
Yui merintih kesakitan karena sebuah batu membuatnya tersungkur dengan begitu keras. Darah segar mengalir dari lututnya membuatnya semakin erat memegangi kakinya yang saat ini tengah begitu perih.

“Gadis bodoh… kenapa bisa jatuh seperti ini?” suara seorang laki-laki membuatnya tersentak kaget.
Didapatinya sosok Yuto yang kini sudah berdiri di hadapannya. Dengan sigap pemuda jangkung itupun segera menekuk lututnya dan mengisyaratkan pada Yui tuk naik ke punggungnya.

“Yuto-kun…,” Yui masih belum mengerti atas sikap pemuda di hadapannya ini.

Ada apa ini??

*****************
*****************

Sosok pemuda jangkung itu menggendong Yui di punggungnya yang datar. Yui bisa merasakan kehangatan punggung Yuto. Tapi seketika itu juga gadis itu tersadar, ia tak boleh menyukai anak laki-laki yang tengah ia dekap itu.

Yuto adalah orang yang teramat disukai oleh sahabat dekatnya – Ayaka. Tidak mungkin ia tega menyakiti hati sahabatnya itu dengan merebut orang yang disukainya.

“Yuto-kun, tolong turunkan aku…,” Yui meminta diturunkan karena ia tak ingin ada orang lain yang melihat mereka berdua.

Yuto tak bergeming sedikitpun. Ia terus berjalan dengan tetap menggendong Yui di punggungnya.
“Yuto-kun, tolong turunkan aku…,” Yui mengulangi lagi permintaannya, kali ini dengan nada sedikit memaksa. Tapi Yuto tetap saja tidak menghiraukan permintaan gadis itu.

Yuipun akhirnya memberanikan diri tuk bersikap tegas. “Yuto-kun, kau kenapa? Tolong turunkan aku sekarang!”

Yuto menghentikan langkahnya.
Beberapa detik keduanya terdiam. Akhirnya Yuto perlahan menurunkan Yui sesuai permintaan gadis itu.

“Gomen ne Yuto-kun. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Tidak seharusnya kau melakukan ini,”

“Tidak seharusnya melakukan ini katamu?!” tiba-tiba saja Yuto meluapkan amarahnya.
“BAKA GIRL!!”

Yui merasa terheran-heran dengan respon Yuto. “Yuto-kun, apa kata-kataku telah menyinggungmu?! Gomenasai…”

“Kau kira kenapa kemarin aku tidak marah saat kau jatuh menimpa tubuhku?! Tidakkah kau tahu selama ini aku selalu mengawasimu?! Tidak kah kau sadar aku selalu melirikmu setiap kali di kelas?! Semua itu karena… karena…,” Yuto tak dapat melanjutkan kata-katanya.

Gadis itupun hanya terdiam mendengar pengakuan dari orang yang selama ini ia ‘takuti’. Ia tidak pernah tahu anak seorang Yakuza seperti Yuto bisa melakukan itu padanya. Tapi kenapa dia melakukan semua ini?! Kenapa Yuto diam-diam mengawasi dan melirik Yui?! Kenapa?!
Pikiran-pikiran itulah yang ada di kepala Yui yang membuatnya semakin tidak paham tentang kejadian yang baru saja menimpa dirinya.

Butiran air yang bening menetes dari dua pelupuk mata pemuda itu.

“Yuto-kun…”

“Semua yang kulakukan karena… karena… karena, AISHITERU Yui…,” pengakuan itu akhirnya keluar juga dari mulut pemuda jangkung itu yang sukses membuat Yui benar-benar kaget.

“Yuto?!” suara seorang anak laki-laki yang tidak kalah kagetnya dari Yui, membuat kedua eksistensi itu terperanjat kaget. Yui yang belum sempat bisa merespon pengakuan Yuto barusan, kini semakin tak mengerti kelanjutan nasibnya karena dalam pikirannya ia masih memikirkan Ayaka – sahabat yang begitu ia sayangi.
Apa jadinya jika sampai sahabatnya itu tahu kalau orang yang disukainya barusan menyatakan cintanya pada sahabatnya sendiri. Yui tak mungkin menusuk Ayaka dari belakang.

“Kau tadi bilang apa, Yuto?!” pemuda chibi itu meminta Yuto untuk mengulangi kata-katanya barusan.
“Kau menangis?!” Yuri semakin menatap heran pada saudaranya itu.

Ada apa ini?!”
Pemuda paling dingin terlihat berjalan ke arah mereka di dampingi dua orang sahabat yang tengah berjalan di belakangnya – Keito dan Ryutaro.

*****************

Sore ini langit begitu indah. Pantulan cahaya merah yang terpancar dari ufuk barat menambah indahnya pemandangan di kala ini.
Kelima pemuda itu berjalan bersama. Namun sosok jangkung itu masih saja tertunduk diam berjalan paling belakang mengikuti sahabat-sahabatnya itu.

“Sampai kapan kau akan diam seperti ini, Yuto?” Yuri memecah keheningan di antara mereka berlima.
Satu kalimat dari Yuri tersebut sukses membuat Yuto mengucurkan kembali air matanya.

“Hapus air matamu itu!!” Ryosuke sangat membenci orang yang hanya bisa bersikap cengeng. Pemuda dingin itu paham bahwa Yuto masih belum bisa melupakan gadis tadi.
“Selama ini aku menyadari kalau kau sering memperhatikan gadis itu. Tapi kau juga harus tau kalau kita ini anak Yakuza dan tidak boleh seenaknya menyu …,” kalimat Ryosuke terpotong begitu mendengar teriakan yang begitu memekikkan telinganya.

“MINGGIRrrrr…”

“BBRUUKK…”
“AUWW…”

Seseorang menabrak Yuto dari belakang. Pemuda jangkung yang tadi barusaja menangis itu kini tengah sibuk mengelus-elus pantatnya karena sebuah sepeda tepat menghantam pantatnya dengan begitu kuat hingga dirinya terpental sejauh 2 meter.

“Ryosuke… Kau tak apa?!” Ryutaro dan Keito begitu panik sementara Yuri tengah menarik saudaranya yang jangkung itu tuk berdiri karena Yuto tadi terpental dan menindih bos mereka – Ryosuke.

Sementara di sudut satunya, pihak tersangka yang barusaja melakukan penabrakan kini tengah sibuk meratapi sepeda yang bannya sudah tak berbentuk bulat lagi.

“Wuaa… Sepedaku…,” gadis itu menangis layaknya anak TK yang kehilangan mainannya.
Kelima pemuda itu hanya diam menatap si gadis. Sebenarnya kelimanya pantas jika meluapkan amarah pada gadis itu. Tapi itu tidak mereka lakukan karena mereka mengenal benar sosok gadis cantik yang tengah menangis di hadapan mereka ini.

“Mimi-chan…,” sebuah panggilan lirih terlontar dari mulut Ryosuke.
“Ah… Kalian!! Ayo ganti sepedaku!! Yuto jelek… Gara-gara pantatmu cuma tulang belulang, ban sepedaku jadi begini…Ayo ganti!!” gadis itu merengek.

Followers