Wednesday 20 February 2013

Fanfic Aishiterukara Part 07


Hey!Say!JUMP Fanfiction (Indonesia)

AISHITERUKARA / BECAUSE I LOVE U (PART 7)

Author : Rin Fujiyama
Genre : Romance, Friendship, Action
Rating : PG
Cast : All HSJ membe

*********************
Part sebelumnya:
Yuri menggerakkan lengannya tuk merapikan rambut hitam legamnya yang jadi agak berantakan akibat perkelahian itu…
“Kemampuan seperti itu dah sombong!! Dasar… tak berharga…,” perkelahianpun selesai…

Yuri, Keito, dan Ryutaro melangkahkan kakinya menuju tempat di mana mereka meninggalkan Yuto dan Ryosuke beberapa saat lalu…

Deegghh…
Ketiganya tersentak kaget…
Ryosuke sudah tak ada lagi di tempat itu – meninggalkan Yuto yang sudah tak sadarkan diri…

===================
Part 7

Ia melangkah dengan gontai…
Sesekali tersandung langkahnya sendiri dan terjatuh…

“Kouta…, kenapa kau selalu merebut semua dariku?” ia menggumam pelan – masih dengan sorot mata tajam khas kepunyaannya ketika tengah marah.
Wajahnya sangat lusuh – penuh keringat dan bau minuman keras di sekujur tubuhnya…

Flashback 1,
10 tahun yang lalu…

“Oka-san…”

“Oka-san…”

“Oka-san mana?”

Pria kecil yang tengah sakit itu terus menanyakan keberadaan ibunya yang selama ini memang jarang dekat dengannya.

“Ryo-chan… ada ayah… tidurlah,” senyuman lembut terukir di bibir Kei Yamada – dengan lembut ia membelai rambut putranya yang tengah sakit itu.
“Istirahatlah baik-baik, ayah harus pergi sekarang,” sebuah kecupan di kening Ryosuke menjadi salam perpisahan di malam itu.

Malam itu hujan begitu lebat
Petir yang satu dua kali menyambar, membuat pria kecil itu tak mampu memejamkan matanya dengan tenang.

Di rumah yang begitu besar itu, ia merasa sangat kesepian…

“Oka-san…,” ia bangun dari tidurnya – berjalan perlahan membuka pintu kamar menuju kamar tidur ibu yang sangat ia rindukan kasih sayangnya itu.

Tangan mungilnya meraih pintu itu dan perlahan membukanya…

DEEGGHH…

Sang ibu tertidur lelap dengan mimik tentramnya. Memeluk erat putra sulungnya yang juga terbaring dengan begitu nyenyak.

“Oka-san…,” ia hanya mampu bersuara lirih. Namun, suara lirihnya itu mampu membangunkan sang ibu yang merasa ada yang tengah memanggil.

“Ryo-chan?” sang ibupun mendapati putra bungsunya yang berdiri di pintu kamarnya.
Kouta ikut terbangun – perlahan mengusap matanya yang masih ngantuk dan mendapati sosok yang tengah dipandangi ibunya tak lain adalah adik kandungnya sendiri.


“Ryo sedang sakit… Kenapa ka-san tidak pernah menemani Ryo?” pria mungil itu memprotes lemas – masih terlihat jelas badannya yang kurus dan tak bertenaga.

“KELUAR!!” wanita itu membentak keras – melangkahkan kakinya cepat dan dengan kasar mendorong anaknya itu hingga terlempar ke luar kamar. Pintupun tertutup dan terkunci…

“Oka-san… oka-san… apa salah Ryo?” pria kecil itu hanya mampu menangis dan terus memukuli pintu itu berharap sang ibu akan membukakan pintu untuknya – terus melakukan itu hingga akhirnya ia kehilangan kesadaran…
Hilang kesadaran dengan wajah yang masih penuh linangan air mata…

===================

“Ibu sakit apa? Biarkan aku masuk!!”

“Ryo-sama, tolong jangan memaksa masuk,” para penjaga itu tak membiarkan Ryosuke yang saat itu baru berusia 5 tahun untuk masuk ke kamar ibunya.

“Lepaskan aku! Lepaskan!!” ia terus meronta – menggigit tangan para penjaga yang menghalanginya itu dan menendang mereka keras-keras hingga mereka teramat kesakitan.
Segera dibukanya pintu itu

Memandang wajah pucat sang ibu yang terbaring di ranjangnya – ditemani Kouta yang duduk di samping ranjang itu sambil memegangi telapak tangan ibunya.

“Oka-san…,” ia telah berdiri di samping ibunya – berdiri begitu dekat dan tak mampu berbicara apapun lagi memandangi ibunya yang tengah sakit – ia ingin menangis…

“PLAAKKK…,” sebuah tamparan keras mendarat di pipi anak itu.
“Pergiii…!! Aku tak mau melihatmu!!” kata-kata keras dari sang ibu yang benar-benar tidak disangka-sangka oleh si anak membuat si anak hanya mampu tertegun sambil memegangi pipinya yang terah memerah legam.

Itulah kata-kata terakhir yang didengarnya dari sang ibu karena hari berikutnya sang ibu sudah tak ada lagi di dunia ini – meninggal akibat Leukemia yang dideritanya.
Meninggalkannya sendiri tanpa sempat memberikan kasih sayang seorang ibu padanya…

Flasback 1, End

===================

Pemuda itu menangis…
Mengingat kembali wajah ibunya saat itu – wajah seorang ibu yang begitu membencinya…

“Apa salahku??”

Perasaan itu muncul lagi,
Perasaan amarah pada Kouta yang dari dulu selalu mendapatkan kasih sayang ibunya,
Amarah pada Kouta yang hanya bisa menatap dirinya dengan tatapan yang belum mampu ia artikan hingga detik ini juga…

Seorang kakak yang tak pernah membuatnya merasa hidup sebagai seorang adik…
Kakak yang tak pernah mengajaknya bercanda dan bermain bersama…
Kakak yang begitu saja meninggalkannya di rumah besar itu sendiri sepeninggal ibunya…

Amarah itu telah mencapai ubun-ubunnya ketika mengingat Kouta selalu merebut wanita yang disayanginya – ibunya dan Mimiko.

===================

Flashback 2,
Beberapa bulan lalu…

“Ryosuke, apa yang sedang kau lihat?” Keito merasa aneh dengan sahabatnya itu yang sedari tadi diam mematung memandang satu arah…
“Hei, Ryosuke!” pria kekar itu kini menggerak-gerakkan tangannya di depan muka Ryosuke yang terlihat tak merespon apapun – disusul dengan gerakan mata yang mengikuti arah penglihatan pemuda di sampingnya itu.

Didapatinya sahabatnya itu tengah memandangi sekelompok gadis yang dengan riang saling bercanda di depan papan pengumuman penerimaan siswa baru Heisei Gakuen.

“Kawaii angel…,” hanya kata itu yang terlontar sebagai tanggapan kata-kata Keito barusan.

Mimiko Azukawa…
Siswa baru yang telah dengan mudahnya merebut hati Ryosuke yang sebelumnya belum pernah sekalipun menyukai seorang gadis – menyukai gadis itu karena senyumnya yang begitu mirip dengan senyum ibunya yang dulu pernah dilihatnya sekali.

Tibalah hari itu,
Hari di mana Ryosuke akhirnya berani menyatakan perasaannya di hadapan Mimiko – perasaan cinta yang ternyata ditolak oleh gadis sasarannya yang tanpa ampun mengatakan bahwa ia telah jatuh cinta pada kepala sekolah yang ia tau masih single – saat itu si gadis sudah mengetahui bahwa pria di hadapannya itu adalah adik kandung kepala sekolah yang dicintainya sejak hari pertama mereka bertemu ketika penyambutan siswa baru – biarpun akhirnya ia sendiri ditolak oleh Kouta karena pemuda itu telah lebih dulu jatuh cinta dengan Zashiki Tomomi, gadis yang sebenarnya sudah ia kenal jauh sebelum ia meninggalkan kediaman Yamada karena orangtua Zashi yang bersahabat dekat dengan ayahnya.

Flashback 2, End

===================

Kepalanya terasa begitu berat…
Ia kembali menegakkan kakinya – berjalan tanpa arah dan hanya menuruti kaki yang entah akan membawanya kemana.
Ia tengah ingin sendiri…

Tsuraku kanashii toki wa kyou no egao wo….. Omoidashite aruite ikou mata au hi made
(when you feel exhauted or sad…. walk along recalling today’s smiles until the day we meet again)
Keitainya berdering – sebuah panggilan dari Yuri
Namun, Ryosuke yang memang sedang ingin sendiri, tak menghiraukan panggilan itu bahkan keitai itu melayang dengan ringannya meninggalkan si majikan – dibuang begitu saja…

Ia hanya sedang begitu sedih…
Pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang belum ada seorangpun yang mampu memberikan jawaban yang memuaskan untuknya.

Kenapa dulu ibunya begitu tak menghiraukannya padahal dengan Kouta bisa begitu sayang…
Kenapa Mimiko masih saja mengejarnya padahal jelas-jelas Kouta tak menyukainya…
Kenapa selalu Kouta yang mendapatkan semua…

“AARRGGHH…”

===================

The next day,
Pukul 05.30

Mereka tak tidur semalaman – terus mencari Ryosuke yang hingga detik itu belum mereka ketahui di mana keberadaannya.
Panggilannya juga tak dijawab,
Mereka khawatir andai terjadi sesuatu dengan sahabatnya itu – apalagi disaat ia tengah mabuk dan masih belum sembuh dari lukanya.

Yuto kali ini telah sadar sepenuhnya. Untuk sementara dilupakannya rasa sakit hasil dari cintanya yang bertepuk sebelah tangan, dan iapun mencari Ryosuke bersama yang lain…

Keempat pemuda itu belum memberitahukan hilangnya Ryosuke pada ayahnya. Akan menjadi gawat jika Kei-sama tau akan hal ini – alasan yang membuat mereka harus berbohong ketika Kei-sama menghubungi mereka dan menanyakan kabar Ryosuke yang sampai tengah malam belum juga pulang.

Keempatnya menyusuri jalan yang mungkin dilalui Ryosuke. Dengan kondisi seperti itu, harusnya ia belum mampu berjalan jauh…

“Minna, lihat ini…,” Keito berteriak – membuat ketiga sosok lainnya segera memberinya perhatian penuh. Pemuda yang dikenal paling kekar di antara lima sahabat itu menemukan handphone Ryosuke yang tergeletak di pinggiran jalan.

“Semalam ia pasti di sini…”

===================

Matahari mulai meninggi,
Penunjuk waktu telah menunjukkan pukul 06.00 – mempertunjukkan seorang gadis yang tengah duduk mencuci pakaian-pakaian itu.
Sesekali ia lari ke dapur untuk menengok masakannya – dan detik berikutnya kembali lagi ke cucian-cuciannya yang menunggu…
Selalu itu yang ia lakukan hingga kedua pekerjaan itu diselesaikannya.

Ia duduk termenung memandangi pemuda yang ia temukan pingsan di depan rumahnya 2 jam yang lalu – pingsan dengan kondisi yang teramat berantakan.
Sesekali ia mengganti handuk kecil yang digunakannya untuk menurunkan suhu badan pemuda itu yang begitu tinggi karena berbagai faktor – keluar malam-malam saat sedang sakit… minum bir hingga mabuk berat… dan pingsan di tengah malam yang begitu dingin

“Oka-san…,” pemuda itu mengigau…
Jelas terlihat ketidaknyamanan di mimiknya
Si gadis di sebelahnyapun hanya bisa memandang diam – iba – biarpun ia tak tau apapun tentang pemuda di hadapannya itu.
Yang ia tau hanyalah bahwa pemuda itu adalah teman sekelasnya yang saat ini tengah membutuhkan bantuan…

“Oka-san…,” ia tersentak dan seketika terbangun dari pembaringannya – handuk kecil di keningnyapun melorot jatuh mengikuti gerakan yang tiba-tiba itu.

Butuh sekitar satu menit bagi pemuda itu untuk menyadari bahwa ia tengah berada di tempat yang amat tak dikenalnya – sebuah ruangan kecil dengan kasur dan sedikit perabotan

“Ryosuke-kun…, genki desuka?”

Perlahan dua mata hitam beningnya bergerak ke sumber suara di dekatnya yang baru saja menyebut namanya…

“Ogenki desuka?” gadis itu mengulang lagi pertanyaannya

Pemuda itu hanya bisa menatap diam beberapa saat ke gadis itu dan detik berikutnya ia kembali membaringkan badannya – berbaring membelakangi gadis itu.

“Tolong biarkan aku di sini tuk sementara… Jangan beritahu temanku,” kata pemuda itu menyadari bahwa gadis itu adalah teman sekelasnya – bicara masih dengan badan membelakangi si gadis

“Ano… Demo…,” gadis itu tak tau apa yang seharusnya ia katakan dan ia lakukan – sempat kebingunan beberapa menit dan akhirnya pasrah mengikuti permintaan teman satu kelasnya itu.

“Ryosuke-kun, makanlah dulu,” si gadis mengambilkan semangkuk bubur yang memang khusus dimasaknya untuk pemuda yang terlihat masih menggigil kedinginan itu.

Tak ada respon…
Membuat gadis itu melirik dan mendapati temannya itu masih membuka matanya ringan…

“Hm... Ryosuke baka!” sebuah kalimat singkat yang mengalir tanpa sepenuhnya disengaja itu sukses membuat Ryosuke membalikkan badannya dan menatap tajam ke mata si gadis – berharap si gadis akan menjelaskan maksud pernyataannya barusan.

“Ah, ano… gomenasai, hontou ni gomenasai,” si gadis pun hanya mampu meminta maaf setelah menyadari kata-kata apa yang keluar dari mulutnya beberapa saat lalu.

Ryosukepun terlihat sedang malas untuk meladeni hal-hal seperti itu sekarang – iapun kembali membelakangi si gadis…

“Ano… Hm… Ryosuke-kun… apakah kamu seperti ini karena kejadian kemarin?” si gadis memberanikan diri tuk bertanya – bertanya secara ragu-ragu karena takut ia akan salah bicara
“Di dunia ini tidak hanya ada satu wanita… Mungkin belum saatnya saja Ryosuke-kun mendapatkan gadis yang sesuai. Tapi, hari itu pasti akan tiba,” kalimat-kalimat itu masuk dengan sempurna ketelinga si pemuda – sadar bahwa kejadian antara dia dan Mimiko kemarin telah didengar seantero sekolah.

“Emii… Eee… Mii-chan…,” sebuah suara terdengar meneriakan panggilan.

DEEGGHH…
Emi, sebagai oknum pemilik rumahpun menyadari, Yuilah yang barusan memanggilnya.
Dan menurut catatan dalam kamusnya, Yui pasti akan langsung menyerobot masuk tanpa mengetuk pintu seperti hari-hari sebelumnya yang memang sudah biasa ia lakukan.

“Gawat!!” Emi kebingungan

“Siapa itu?” si pemuda akhirnya mau bersuara…

“Ah, Ryosuke, gomen na…,”

“Ohayou, Mii-chan,” gadis bernama Yui itu tanpa disadari telah berdiri di dalam rumahnya yang kecil. Terlihat Ayaka yang baru saja memasuki bangunan yang sama itu – nyembul dari balik badan Yui yang memang memiliki tinggi 170an cm.

“Ne, Mii-chan tumben belum mandi?” suara lembut Ayaka mengalir mendapati sahabatnya itu yang terlihat masih berantakan.
“Eh, Mii-chan, tumben kamu masak bubur?” kini giliran Yui yang bertanya melihat semangkuk bubur di samping badan sahabatnya yang masih dengan nyaman duduk di kasurnya yang tipis.
“Ah, kamu sakit kah?” Yuipun berinisiatif untuk memegangi dahi sahabatnya itu yang pagi ini memang terlihat tak bertingkah wajar seperti biasanya.

“Ne, apa itu?” bertubi-tubi Emi dihujami pertanyaan yang membuat keringatnya mengucur deras – Ayaka mengarahkan jari telunjuknya pada gundukan di belakang badan Emi yang tertutup selimut putihnya – gundukan yang terlalu besar untuk dijadikan bantal…

“Ah, ini hanya bantal buatanku sendiri, sangat nyaman dijadikan sandaran jika ukurannya sebesar ini,” dengan tawa garing gadis itu mencoba menyembunyikan kebenaran – menggerakkan lengannya dan dengan nyaman menyandarkan badannya di gundukan itu yang tak lain ada sosok Ryosuke Yamada di dalamnya.

Dua gadis di hadapannya terlihat masih menyimpan kecurigaan. “Ah, sepertinya bantal itu berdebu, coba minggir dulu biar aku bersihkan,” Yui dengan cepat berjalan ke arah Emi – dengan pemukul kasur di tangannya, gadis itu memukul-mukul gundukan barusan.

PRAAKKK… PROOKK… PRAAKKK… begitulah bunyinya…

20 menit telah berlalu sejak Yui dan Ayaka memasuki rumah sahabatnya itu…
Waktu telah menunjukkan pukul 7.10 dan ketiganyapun segera melangkahkan kaki menuju sekolah mereka yang cukup jauh.

Gadis berlabel Emi Kawaii itupun hanya mampu memandang iba ke arah gundukan di kasurnya sebelum akhirnya menutup pintu dan menguncinya seperti yang biasa ia lakukan.

Pintu tertutup…
Pemuda itu buru-buru membuang selimut itu jauh-jauh -  hampir saja kehabisan nafas setelah puluhan menit harus bersembunyi seperti itu.
Tangannya segera mengelus-elus punggung dan pantatnya yang menjadi korban hantaman pemukul kasur

Naas benar, pikirnya…
Tak habis pikir kenapa Ryosuke Yamada seperti dirinya, mau-maunya diperlakukan seperti itu tanpa protes

“Cciihh…”

===================

“Bagaimana ini? Kita tidak mungkin pergi ke sekolah tanpa Ryosuke,” Keito khawatir – semalaman mencari, belum juga ditemukannya oknum pembuat masalah itu.
Tapi bukan itu yang mereka khawatirkan…
Mereka lebih khawatir andai hal buruk telah terjadi pada sahabatnya itu

Keempat pemuda itu terlihat kurang rapi, tidak seperti biasa. Wajar saja karena mereka langsung ke bar begitu bolos dari sekolah kemarin – nongkrong di bar hingga hampir tengah malam. Tentu hal itu cukup untuk membuat penampilan mereka sedikit kurang nyaman dipandang. Untungnya mereka memiliki wajah-wajah yang tampan hingga penampilan berantakan itupun tak mampu mengurangi karisma mereka.

“Ohayou…,”
Di saat itulah, lewat 3 orang gadis yang mereka kenal sebagai teman sekelas mereka – menyapa mereka ragu-ragu karena hubungan mereka hanya sebatas teman sekelas…

“Yui-chan… Chotto matte…,” tangan Yuto bergerak cepat dengan segera menggenggam erat lengan Yui.
Yui melirik ke arah Ayaka sesaat dan segera melepas paksa pegangan Yuto barusan.

“Chotto matte,” Yuto kembali dengan sigap memegang lengan Yui yang barusan terlepas dari genggamannya.
“Britahu aku! Kenapa kau menolak cintaku?” dua telapak tangan Yuto memegang telapak tangan Yui – menatap gadis di hadapannya itu dalam-dalam.

PLAAKK…
Sebuah tamparan mendarat keras di pipi Yuto – bukan tamparan dari gadis di depannya, melainkan tamparan dari saudara kandungnya – Yuri…

Keito dan Ryutaro hanya mampu menyaksikannya tanpa berkomentar apapun. Keduanya tau pasti alasan kenapa Yuri melakukan hal itu…

“Kau selalu saja bodoh seperti biasa, Yuto!” kalimat itu terlontar dingin dari mulut Yuri sesaat setelah memandang ekspresi gadis di belakang Yui – Ayaka.

Sementara gadis satunya juga hanya mampu memandang tanpa berkomentar mengingat pesan oknum pria yang tengah sendirian ada di rumahnya, “Jangan beritahu temanku…,” itulah pesan dari Ryosuke Yamada yang terus terngiang di kepala Emi…

===================

TBC ^^v

No comments:

Post a Comment

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers