Title : SILENCE
Author : Rin Fujiyama
Genre : Romance, Family = Lupakan tulisan genre
angst di chapter-chapter sebelumnya, karena saya belum yakin apakah cerita ini
akan penuh adegan kesedihannya. [maafkan authornya, hehe]
Rating : General
Chapter 12
Douzou…
==============
==============
Chapter sebelumnya :
Dan ternyata…
Mata pemuda ini mampu menangkap punggung yang
begitu familier yang tengah berdiri di belakangnya – membuatnya mau tak mau
harus mencuri-curi pandang – sedikit terkejut setelah mengetahui ternyata
punggung itu memang milik gadis yang 2 hari lalu sempat dipamitinya sebelum
berangkat ke Fukuoka.
Matsumoto Ainami…
Ternyata takdir memang tak pernah bisa diduga oleh
siapapun…
Biarpun Ryosuke tak tahu kenapa gadis itu ada di
Fukuoka, tapi hanya dengan mengetahui keberadaan gadis itu di sana,
senyumnyapun mampu kembali dikembangkannya.
Entah apakah yang akan terjadi dengan keduanya
setelah ini…
Who knows…
**********************
Chapter 12 = Sibling
**********************
Sekali lagi bus itu tergoncang ringan…
Dan kini giliran si gadis bisu yang akhirnya
menyadari keberadaan pemuda kaya raya yang sebelumnya pernah berpamitan padanya
– pamit akan pergi ke luar kota.
Tentu ada keterkejutan di wajah gadis ini.
Namun sayang…
Lagi-lagi keduanya memilih untuk saling diam
setelah tadi sempat beradu mata beberapa saat.
Yah, setidaknya kini keduanya telah berdiri
berdampingan di bus yang tengah mereka tumpangi itu. Biarpun hanya saling diam,
tetap dapat tertangkap sebuah senyum kecil dari keduanya – entah apa yang
tengah mereka berdua pikirkan.
Satu hal yang pasti adalah bahwa keduanya merasa
nyaman mengetahui bahwa mereka tak benar-benar berpisah lama setelah pertemuan
terakhir mereka sebelumnya.
==============
Ryosuke dan Aina menuruni bus itu di salah satu
halte…
Si gadis masih memandangi petanya – mencoba
mencari arah yang benar untuk mencapai tempat yang sedang ditujunya.
“Hei, kau mau ke mana?” tanya Ryosuke yang
akhirnya menjadi orang pertama yang memecahkan keheningan di antara keduanya.
Dan gadis yang ditanyapun segera menunjukkan
sebuah tempat di peta yang masih dipegangnya.
“Um…” si pemuda mengangguk mengerti.
Nampak gambar gereja di peta yang ditunjuk gadis
itu barusan.
Pemuda ini kembali berkomentar. “Karena ini masih
pagi, dan matahari ada di sebelah sana, berarti di sana adalah arah timur. Jadi
kita harus mengambil arah ini untuk pergi ke gereja itu.”
Dan pada akhirnya, Aina memilih untuk mengikuti
pemuda tersebut biarpun ia sendiri masih tak yakin akan arah yang dipilih oleh
si pemuda.
“Kau hebat juga ya…”
Kembali lagi Ryosuke berkomentar…
“Gadis sepertimu berani jalan-jalan sendiri di
tempat yang belum kau kenal ini. Benar-benar sungguh berani…”
Seketika si gadis berhenti melangkah dan segera mengambil
buku catatannya.
Ia menuliskan sesuatu di sana…
“Gadis bisu juga punya hak untuk berpetualang
kan?!” tulisnya di sana dengan wajah cemberut karena kata-kata direktur muda
itu tadi terkesan mengejeknya.
Pemuda itupun hanya mampu tersenyum tertahan…
Yah, faktanya mungkin ia hanya khawatir andai
terjadi sesuatu pada gadis itu – namun pastinya perasaan tersebut belum
sepenuhnya ia yakini mengingat keduanya belum terlalu lama kenal.
==============
Dan akhirnya keduanya kembali melangkah…
Sayang sungguh sayang…
Mereka malah tiba di sebuah tugu merah yang
pastinya bukanlah tujuan utama si gadis itu berjalan-jalan hari ini.
“Puk… puk..”
Aina menepuk ringan lengan si pemuda…
Gadis itu memberikan petanya pada pemuda itu dan
menunjuk salah satu gambar yang ada di peta – gambar sebuah tugu kecil yang
kini ada tepat di hadapan mereka – tugu yang berdiri dengan gagah.
“Kita salah jalan nih…” kata Aina dengan
gerakan-gerakan tangannya – cemberut sembari memprotes pastinya.
Dan pemuda itupun hanya mampu mengangguk ringan
sebelum kembali melangkahkan kakinya.
Tak ada satupun kata yang direalisasikan Ryosuke
untuk merespon kata-kata Aina barusan.
Lagi-lagi tak ada pilihan…
Gadis itu hanya bisa kembali mengikuti.
Dan akhirnya…
Jeng… jeng…
“Aarrgghhh…”
Aina mengeluh tanpa suara…
Keduanya kembali berhenti melangkah, setelah
ternyata mereka berdua kembali ke halte tempat mereka turun tadi.
Dan kini si pemudapun hanya bisa mencoba
mempertahankan wajah tak bersalahnya setelah tadi sempat mendapatkan protes yang
kedua kalinya dari si gadis.
“Ish…” keluh si gadis – masih tetap tanpa suara –
hanya memasang raut wajah yang terkesan ingin menggetok kepala pemuda itu.
==============
==============
Di tempat yang lain…
Di rumah cemara…
“Yuki kembali… Yuki kembali…,” teriak Shori
memberitahukan kabar itu pada penghuni lainnya.
Satoshi Ohnopun menjadi orang pertama yang keluar
dari rumahnya dan segera menyambut kepulangan Yuki.
“Eh…?! Kau lagi?!” respon Ohno setelah mengetahui
Yuki kembali dengan digendong oleh pemuda chibi yang kemarin sempat hampir
dipukulnya dengan sapu.
==============
“Shori, apa yang terjadi pada Yuki?” Ohno terlihat
khawatir karena Yuki kembali pulang namun tak seceria biasanya.
“Semalam ia bertemu dengan para berandalan,
paman!” jawab Shori pendek.
Sementara di sudut satunya…
Daiki terlihat tengah mengusap-usapkan kain basah
ke wajahnya – tengah mengkompres mukanya yang memar-memar karena perkelahian
saat ia mencoba menyelamatkan gadis bernama Yuki itu.
==============
“Kakak…”
“Kakak…”
Ryutaro baru saja kembali setelah semalaman
mencari kakak perempuannya itu.
“Kakak… Kemarin kau pergi ke mana?” tanya Ryutaro
dengan luapan perasaan harunya – merasa lega karena kakak satu-satunya yang ia
miliki ini telah kembali pulang.
Ryutaro mengguncang-guncangkan tubuh Yuki yang
terlihat masih diam menundukkan kepalanya.
“Kau membuatku mencari dan terus mencari kemarin…”
Ryutaro masih berteriak – berharap akan mendapatkan jawaban.
Dan gadis itupun akhirnya menjawab dengan sedikit
isakan tangis. “Kemarin aku pergi mencari sebuah rumah…” kata si gadis mencoba
memberi Ryutaro jawaban atas pertanyaannya.
Semuanya kini diam mendengarkan kata-kata yang
mengalir kurang lancar dari kedua sisi bibir Yuki.
“Sebuah rumah yang besar… Besar sekali… Agar kita
bisa tinggal di sana bersama…” kata Yuki melanjutkan.
Ohno dan Shoripun hanya bisa memandang haru…
“Maafkan aku… Maafkan Yuki… Yuki memang bodoh…
Yuki bodoh…,” gadis itupun kini menangis sembari memukuli kepalanya – merasa
bersalah tentunya telah membuat semuanya khawatir – setidaknya ia masih
memiliki perasaan biarpun otaknya jauh berbeda dari orang-orang normal pada
umumnya – otak kekanakan yang berbeda jauh dari usianya yang sebenarnya telah
menginjak 19 tahun.
“Kakak…”
Ryutaropun kini menangis dan segera memeluk
kakaknya itu.
“Jangan pergi lagi ya…”
“Tenang saja… Kita pasti tetap bisa tinggal bersama
dengan yang lain…” Ryutaro masih menangis sembari mencoba menenangkan kakaknya
yang kali ini menangis layaknya anak balita yang baru saja dimarahi.
==============
==============
Suasana di rumah cemara kini telah kembali tenang…
“Shori…”
Ohno bersuara…
“Benarkah anak itu tadi yang telah menyelamatkan
Yuki?” tanyanya.
“Benar, paman. Kalau bukan karena Daiki, pasti
Yuki telah disakiti oleh berandalan itu.” Terang Shori.
“Ya sudah paman, aku harus kembali ke tempat kerja
dulu. Masakan ini aku serahkan pada paman,” Shoripun berpamitan pada pamannya
yang kini tengah memasak untuk anak-anak tadi.
==============
Daiki mendatangi Ohno yang tengah memasak…
“Ohno-san… Bisakah aku meminta bantuan darimu?”
tanya Daiki setelah beberapa menit tadi mencoba memberanikan dirinya.
Ryutaro dan Yuki yang sudah bisa kembali
tersenyumpun kini sudah berdiri di samping Daiki.
“Bisakah kau membuatku bertemu dengan dokter
Yaotome?” lanjut Daiki.
Ohnopun hanya bisa menghela nafasnya ringan,
sebelum meletakkan pisau dapur yang tadi digunakannya untuk memotong daging.
Pria berusia 50-an tahun itu baru saja hendak
melakukan penolakan secara halus – mengingat ia sendiri tak tau bagaimana bisa
membuat Daiki bertemu dengan dokter terbaik yang ada di tempat tersebut itu.
Tapi belum sempat ia mengutarakan penolakannya, si
kecil Ryutaro sudah menarik-narik bajunya sembari merengek. “Ayolah paman…
Kalau bukan karena menolong kakak, Daiki-kun pasti tadi tak akan terlambat
mengantri untuk bertemu dokter Yaotome.”
“Iya paman… Bantu kak Daiki…,” kini giliran Yuki
yang juga ikut merengek.
“Aduh, bagaimana ya…”
Ohno benar-benar dibikin bingung sekarang.
Entah apakah Ohno akan mampu membuat Daiki bertemu
dokter itu…
Dan bagaimanakah kelanjutan perjalanan Aina dan
Ryusoke yang tadi sempat hanya berputar-putar tak tahu arah…
Who knows…
==============
Chap. 12 = Owari
==============
Next : Chapter 13
Okay then...
ReplyDeleteThis might sound a little creepy, maybe even a little "out there..."
BUT what if you could simply click "Play" and LISTEN to a short, "miracle tone"...
And miraculously attract MORE MONEY into your LIFE???
I'm talking about thousands... even MILLIONS of DOLLARS!!
Think it's too EASY??? Think it couldn't possibly be REAL??
Well, I've got news for you.
Many times the most significant blessings life has to offer are also the EASIEST!!
Honestly, I will PROVE it to you by letting you listen to a real-life "miracle wealth building tone" I've synthesized...
And do it FREE (no strings attached).
YOU simply press "Play" and the money will start coming into your life... it starts right away...
CLICK here to play the marvelous "Miracle Money Sound Frequency" - it's my gift to you!!
If you're trying hard to lose pounds then you certainly need to get on this totally brand new custom keto diet.
ReplyDeleteTo create this keto diet service, certified nutritionists, fitness couches, and top chefs united to produce keto meal plans that are powerful, convenient, price-efficient, and fun.
From their grand opening in 2019, thousands of clients have already completely transformed their figure and health with the benefits a great keto diet can offer.
Speaking of benefits; clicking this link, you'll discover eight scientifically-certified ones provided by the keto diet.