Monday, 8 July 2013

[Fanfic] SILENCE Chap. 10 : Fukuoka

Hey! Say! JUMP ^^

Chapter sebelumnya :

Sayang…
Ia tiba di sana bertepatan dengan mobil tua itu yang hanya dilihatnya sekilas – tengah berbelok menghilang dari pandangannya.

Tak pernah tahu…
Mobil tua itu adalah mobil yang sama yang dulu telah mengantarkannya di pesta pertunangannya.

Iapun hanya mampu terengah-engah – menyesal karena belum mampu mengetahui siapa gerangan penjual daging giling itu.

Dan sampai kapankah permainan takdir ini akan berlangsung…


**********************
Chapter 10 = Fukuoka

**********************

“Kalian, jangan lupa untuk tetap saling menjaga,” Kei menyampaikan pesan terakhirnya pada Daiki dan Aina sebelum keduanya menaiki taksi tuk pergi ke bandara.

“Jika Daiki membuatmu sedih, jangan lupa untuk menelponku ya… Aku pasti akan memarahinya…,” teriak Kei mengiringi ayunan tangan “sampai jumpa” dari Aina.

Dan pada akhirnya, dua orang paling berharga bagi Kei itu benar-benar meninggalkan pria yang sudah menginjak usia senja ini.
Keipun harus bisa segera melupakan kesedihannya ditinggal pergi untuk sementara waktu – demi kesembuhan gadis yang paling di sayanginya di muka bumi.

Pria yang sudah tak lagi muda inipun tak sempat tahu…
Ia tak tahu bahwa uang yang sengaja ia siapkan demi pengobatan Aina malah ditinggalkan keduanya – Aina dan Daiki – ditinggalkan di meja ruang tamu, lengkap dengan sepucuk surat yang mengatakan bahwa keduanya akan berusaha dengan kemampuan sendiri di tempat baru mereka nanti – berusaha mengumpulkan uang sendiri demi pengobatan gadis itu.

Finally…
Keipun hanya mampu menghela nafas – berharap semua akan baik-baik saja – setelah selesai membaca surat itu beberapa detik lalu.

==============
==============

Di siang yang masih terasa segar ini…
Kei akhirnya memutuskan untuk melanjutkan menjual daging giling dengan mobil tua kepunyaannya di tempat yang biasanya dipakai Aina dan Daiki untuk berjualan.
Karena, tak mungkin pria tua ini berdiam diri saja di rumah tanpa melakukan aktivitas apapun.

“Permisi…” suara seorang pembeli membuatnya segera menghentikan aktivitas bersih-bersihnya.

“Oh, mau pesan daggg…”

Suara Kei terhenti setelah mengetahui siapa pembeli yang hendak membeli makanannya.

“Kau…”

Keduanya saling menatap tanpa suara.

Orang yang kali ini berdiri di hadapan Kei tak lain adalah mantan direkturnya…
Siapa lagi jika bukan Ryosuke Yamada.

“Nasi dengan daging giling itu… Apakah kau yang membuatnya?” pemuda itu akhirnya bertanya setelah sempat beberapa detik mengingat adegan yang dulu sempat dialami keduanya di ruang yang sama – adegan pemecatan Kei.

“Ya…”
Kei menjawab pendek.

“Aku di sini untuk berbisnis. Jika kau hanya ingin menggangguku, tolong pergi saja. Aku tidak ada waktu…”
Lanjut Kei menjelaskan diikuti aktivitasnya kembali membersihkan alat masaknya.

Jawaban dari pria tua itu akhirnya membuat Ryosuke tak ada pilihan lain selain pergi dari tempat itu – pergi dengan perasaan kecewa.

“Ternyata bukan dia yang menjual masakan itu…” Fikir Ryosuke mengingat kembali sahabat kecil yang masih ia tunggu jawaban atas pernyataan sukanya 13 tahun lalu.

==============
==============

Di tempat yang lain…
Daiki dan Aina telah sampai di tempat tujuan mereka.

Waktu telah senja kala itu…

Keduanya segera merebahkan diri di tempat tidur mereka masing-masing sebelum memutuskan untuk pergi esok pagi ke tempat dokter terkenal yang sengaja jauh-jauh mereka kunjungi atas saran dari Kei.

Aina tidur nyaman di kasurnya, sementara Daiki tidur berganti-ganti posisi di sofa kamar itu.

Mau bagaimana lagi…
Mereka harus benar-benar berhemat kali ini.
Dan itu membuat mereka terpaksa hanya memesan satu kamar…

“Nyonya Arioka… Oyasuminasai…” bisik Daiki sambil mematikan lampu di kamar Aina yang masih menyala ditinggal tidur pemiliknya.

==============
==============

Pagi itu, Ryosuke akhirnya sampai di Fukuoka dengan dijemput oleh sekretaris barunya yang sengaja dipilihkan Yuya untuk anaknya itu.

“Selamat datang, pak direktur. Nama saya Honda Sakura. Untuk sementara saya akan menjadi sekretaris bapak selama menyelesaikan urusan di cabang Fukuoka ini,” terang Sakura setelah sempat membungkukkan badan demi menyambut direktur yang usianya sekitar 7 tahun lebih muda darinya itu.

Tanpa memberikan jawaban atas sambutan Sakura barusan, Ryosukepun segera memasuki mobilnya – disusul dengan gadis itu yang juga segera memasuki mobil itu dan mengendarainya.

==============

Sampailah keduanya di kantor cabang perusahaan Yamada yang ada di Fukuoka. Baru saja Ryosuke menginjakkan kaki di tempat itu, pemuda ini langsung memerintahkan sekretaris barunya itu untuk mengumpulkan semua kepala departemen – hendak melakukan rapat perdana tentunya.

Sementara di tempat yang lain…

Daiki dan Aina terlihat kebingungan mencari alamat dokter itu.

Sudah sejak pagi tadi mereka mencari, dan itu sudah sejak 4 jam lalu…

Beberapa kali keduanya sempat berbeda pendapat tentang arah yang harus mereka ambil. Tapi selalu saja Daiki yang mesti mengalah – mengikuti keinginan gadis itu yang dari dulu memang tak pernah mampu ditentangnya – saking sayangnya ia pada si gadis.

“Permisi…”

Daiki mencoba menanyakan alamat itu pada penduduk lokal yang mereka temui.

“Oh… itu ada di sana…”
Jawab orang itu…
Membuat kedua manusia yang sedari tadi bingung ini akhirnya mampu tertawa lega mengetahui bahwa tempat yang mereka cari sudah ada di hadapan mata mereka.

Dan benar saja…
Itulah tempat yang mereka cari…
Sebuah antrian panjang nampak di sana.

“Permisi… Kami jauh-jauh dari Tokyo… bisakah tolong tempatkan kami di antrian awal…,” kata Daiki memberanikan diri menyampaikan unek-uneknya pada petugas resepsionis di tempat itu.

“Oh, siapa namamu?” tanya petugas itu sembari menyiapkan pena untuk memasukkan nama itu di daftar.

Daiki sempat tersenyum lega mengetahui bahwa kata-katanya barusan segera mendapatkan respon yang baik.

“Matsumoto Ainami…”
Kata Daiki menjawab pertanyaan barusan.

“Oke, sekarang tanggal 2 Februari… kalian bisa datang ke sini lagi tanggal 3 Februari tahun depan,” kata petugas itu dengan entengnya.

“Eh?!! Anda bercanda?” tanya Daiki keheranan…

Dan lagi-lagi, petugas itupun menjawab dengan enteng, “Apakah aku terlihat sedang bercanda?!”

“Ayolah, kami jauh-jauh dari Tokyo. Tidakkah anda bisa memberikan keringanan?” Daiki masih mencoba melakukan penawaran – karena tak mungkin mereka menunggu selama itu…

Tapi tiba-tiba petugas satunya yang juga sedang berdiri tak jauh dari lokasi resepsionis itu malah memampang buku tepat di hadapan wajah Daiki.
“Coba lihat, anak muda. Ada yang dari Indonesia… dan orang itu baru mendapat kesempatan untuk bertemu dengan dokter akhir tahun ini,” petugas itu mencoba memberitahu Daiki tentang betapa padatnya jadwal antrian yang telah ada.

“Ayolah… Tidak adakah cara lain?!”
Pemuda berpipi gembul ini masih saja menawar…
Sementara Aina, ia hanya mampu diam tanpa berkomentar sedikitpun, menyadari bahwa pemuda di sampingnya ini pasti akan tetap melakukan yang terbaik untuknya.

“Oh ada kok… Datang saja ke sini sekitar pukul empat pagi di saat pak dokter melayani pasien di luar jadwal yang ada. Yah, tapi kunasehati kau agar tak terlambat, karena banyak pasien yang juga siap mengantri di jam-jam itu sebelum kami buka pukul sembilan pagi.”

Penjelasan dari petugas itupun akhirnya membuat Daiki dan Aina kembali bernafas lega. Dan pada akhirnya, tak ada pilihan lain bagi keduanya saat ini selain kembali lagi besok.

==============

“Tenang saja… Aku berjanji akan membuatmu bertemu dengan dokter itu.”

Kedua anak manusia ini mengobrol sepanjang jalan menuju ke tempat penginapan mereka.

Hari masih cerah di jam itu…
Di tengah perjalanan kembali ke penginapan, langkah keduanya terhenti ketika seorang anak laki-laki yang terlihat kusut nampak tengah memunguti kaleng bekas minuman dari tempat sampah.

“Hei, apa yang kau lakukan?” Daiki mencoba bertanya pada anak itu.

“Mengapa kau mengumpulkan kaleng-kaleng itu?”
Kini giliran Aina yang bertanya – tentu saja bertanya dengan gerakan-gerakan tangannya.

“Eh, kakak, kau sedang menari ya?!” tanya anak itu polos setelah melihat Aina menggerak-gerakkan tangannya barusan.

Daiki yang mendengar pertanyaan anak itupun segera tertawa sembari kembali berkata. “Kakak ini bertanya padamu, kenapa kau mengumpulkan kaleng-kaleng itu?”

“Untuk mendaur ulang mereka. Jadi nanti bisa dapat uang.” Jawab anak itu dengan mantap.
“Satu setengah kilo kaleng, bisa dapat dua es krim.” Lanjut anak itu dengan polosnya.

“Jadi, di mana kau tinggal?” tanya Daiki.

“Di sana…” si anak menunjuk ke satu arah. “Di rumah cemara…,” imbuhnya – memberitahu nama tempat yang ia gunakan tinggal.

“Rumah Cemara?!”
“Ayo kita pergi lihat-lihat dulu…” ajak Aina.

Seakan mengetahui apa yang barusan di katakan oleh Aina, anak laki-laki itupun segera menggandeng tangan gadis itu. “Kakak… Ayo ku antar ke tempat tinggalku…”

==============
==============

Pemuda itu duduk nyaman di kursi belakang mobil mewahnya.

“Jadi tempat ini yang akan dirobohkan untuk dibangun anak perusahaan yang baru?” tanya pemuda berpangkat direktur ini sembari mencatat tulisan yang tercantum di papan nama itu.

“Hm… Rumah Cemara?!” gumamnya sembari mencatat di buku catatannya.

“Ada tiga rumah ya… Jadi kenapa mereka belum pindah hingga detik ini?!” tanyanya lagi…

“Mungkin karena uang ganti yang kita tawarkan terlalu murah bagi mereka, pak…” jawab sopir pribadi si pemuda.
Tapi seketika tatapan tajam terealisasi membuat sopir itu langsung berkeringat dingin – takut andai ada kata-katanya tadi yang tidak berkenan.
“Aku adalah Ryosuke Yamada. Dan jangan sekali-kali menggunakan kata “mungkin” saat berbicara bisnis denganku…” terang pemuda itu membuat tangan si sopir gemetaran…

Di waktu yang sama…
Tak jauh dari lokasi itu…

Anak laki-laki polos ini masih menggandeng tangan Aina – mengajak gadis itu untuk ke rumahnya…

Jadi, apakah yang akan terjadi selanjutnya?!

Who knows…


==============
Chap. 10 = Owari
==============


Next : Chapter 11

1 comment:

  1. Okay...

    What I'm going to tell you might sound a little creepy, and maybe even kind of "out there"....

    WHAT if you could simply press "PLAY" to listen to a short, "magical tone"...

    And INSTANTLY bring MORE MONEY to your LIFE??

    What I'm talking about is hundreds... even thousands of dollars!!!

    Think it's too EASY?? Think it couldn't possibly be REAL???

    Well, Let me tell you the news...

    Sometimes the most magical blessings life has to offer are the easiest to RECEIVE!!!

    Honestly, I'm going to provide you with PROOF by allowing you to listen to a REAL "miracle money tone" I've synthesized...

    And do it FREE (no strings attached).

    YOU simply push "PLAY" and watch as your abundance angels fly into your life... starting almost INSTANTLY...

    CLICK here to enjoy the wonderful "Miracle Abundance Tone" - as my gift to you!!!

    ReplyDelete

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers