Hey!Say!JUMP Fanfiction
(Indonesia)
9 Mei 2013
Sebelumnya, saya mau mengucapkan “otanjoubi
omedetou” untuk anak saya tersayang yang selalu bikin doki-doki… ‘Yamada
Ryosuke’
Diusia yang sudah 20 tahun ini, mama akan selalu
setia menjagamu.
“Don’t worry, be happy” << ngutip kata-kata
seseorang…
*********************
Title : SILENCE
Diadaptasi dari dorama Taiwan dengan judul yang
sama
Author : Rin Fujiyama
Genre : Romance, Family, Angst
Rating
: General
Cast :
Yamada Ryosuke as Yamada
Ryosuke
Arioka Daiki as Arioka
Daiki
Nakajima Yuto as
Nakajima Yuto
Chinen Yuri as Chinen
Yuri
Takaki Yuya as Yamada
Yuya
Yabu Kota as Yabu Kouta
Inoo Kei as Arioka Kei
Okamoto Keito as Okamoto
Keito
Yaotome Hikaru as
Yaotome Hikaru
Matsumoto Ainami (OC)
Ohno Natsumi (OC)
Kato Rubi as Yamada Rubi
Honda Sakura (OC)
Chinen Irumi (OC)
Others…
Happy Reading…
*********************
Chapter sebelumnya :
Ia terus berlari…
Ingin berteriak…
Tapi tetap saja ia tak mampu memanggil Ryosuke dan meneriakan
jawabannya.
Hingga akhirnya gadis itu terjatuh…
Hanya tangisan tanpa suara yang kembali
terealisasi – mengiringi Ryosuke yang telah berlalu pergi dengan tetap
memandangi gadis yang tengah menangis itu dari dalam mobilnya.
*********************
Chapter 03 = Perjumpaan Kembali
*********************
Gadis itu hanya bisa kembali dengan perasaan
sedih…
Sendirian memasuki ruang rahasia antara dirinya
dan Ryosuke.
Iapun membuka lubang itu dan memasukkan secarik
kertas baru ke sana – sebuah kertas bertuliskan jawaban darinya atas pertanyaan
Ryosuke yang belum terjawab.
Berharap kelak jawaban itu akan tersampaikan pada
Ryosuke.
==============
==============
Beberapa hari setelah kejadian itu, Aina telah
diijinkan keluar dari rumah sakit. Gadis itu kini tinggal bersama Arioka Kei
dan Daiki.
Detik itu juga, Aina segera mengambil secarik
kertas bertuliskan nomer telepon Ryosuke dan dengan segera menelepon nomer
tersebut.
“Haloo… Haloo, aku Yamada Ryosuke.”
Setiap kali mendengar suara Ryosuke, gadis itupun
dengan buru-buru menutup telepon itu.
Hatinya benar-benar sakit karena ia sedikitpun tak
mampu menjawab kata-kata Ryosuke.
Hal itu terjadi berulang kali…
“Haloo… Haloo, aku Ryosuke… Martian dari ruang
rahasia itu… Kenapa kau diam saja…”
Seperti biasa…
Ainapun hanya bisa menutup telepon itu dengan
segera dan menangis. Ia begitu sedih, karena hanya mampu menjawab Ryosuke
dengan keheningan.
Silence…
Gadis itu berlari ke luar rumah untuk meluapkan
segala kesedihannya. Tanpa ia sadari, ada seseorang yang selama ini selalu
mengawasinya…
Daiki…
Selama ini ia tau tentang hubungan Aina dengan
seorang anak lelaki di rumah sakit itu. Bahkan, ia tau ketika Aina berlari
sekuat tenaga mengejar mobil si pemuda yang telah berlalu pergi.
Entah kenapa hati Daiki selalu sakit setiap
mengingatnya…
Hingga…
Dilihatnya secarik kertas di samping telepon itu…
Kertas bertuliskan nama Yamada Ryosuke dan nomer
teleponnya. Entah setan apa yang merasuki Daiki, iapun mengambil kertas itu dan
memasukannya ke dalam kantongnya.
==============
Kehilangan…
Aina akhirnya menyadari, selembar kertas dari
Ryosuke itu telah hilang.
Gadis kecil itu terus mencoba mencarinya.
Mengacak-acak segala buku dan perabotan berharap
mampu menemukan kertas itu.
Sementara di sudut itu, Daiki hanya mampu memandang
diam-diam Aina yang masih saja berusaha menemukan apa yang tengah di carinya.
Tetap saja…
Gadis itu tak mampu menemukannya…
Sekali lagi ia menangis dan berlari pergi tak
menghiraukan panggilan Kei yang terlihat begitu mengkhawatirkannya meski tak
tau apa yang sedang terjadi.
“Aina… Maafkan aku…” Daiki masih terus memandangi
gadis itu ketika si gadis kembali menangis.
Jujur, ia tak tahan setiap kali melihat air mata
gadis itu.
Tapi apa mau dikata…
“Aku tak ingin melihatmu bersedih lagi. Lupakanlah
dia, Aina…” Daiki meremas kuat-kuat kertas di genggamannya – selembar kertas
kepunyaan Aina – kertas yang sampai kapanpun tak akan pernah ia berikan kembali
pada gadis itu.
==============
Hari demi hari berlalu…
Daiki terus menjaga Aina ke manapun gadis itu
pergi. Bahkan pemuda itu memberikan sebuah peluit pada Aina, dan berkata,
“Kapanpun kau membutuhkanku, tiuplah peluit itu. Maka… Tak peduli di manapun
kau berada, aku pasti akan datang padamu…”
Kei akhirnya memutuskan untuk pindah ke Tokyo. Sempat
berpikir, siapa tahu rumah sakit di Tokyo akan ada yang mampu membuat Aina
kembali mendapatkan suaranya.
Dan akhirnya…
Keluarga kecil itupun benar-benar pindah ke Tokyo.
Aina begitu senang ketika mengetahui mereka akan
pindah dan tinggal di kota itu. Si gadis tak pernah tau, bahwa sebenarnya
Martiannya – Ryosuke – sudah tak ada lagi di Tokyo.
Pemuda itu telah pergi ke London untuk melanjutkan
sekolah di sana – bukan atas keinginannya tentunya – melainkan atas paksaan
dari Yamada Yuya – ayahnya.
Entah takdir tengah mempermainkan mereka atau
tidak…
Keduanya sebenarnya sempat berpapasan ketika Aina
menuju rumah barunya di Tokyo, sementara Ryosuke menuju bandara Narita untuk
pergi ke London.
Sayang…
Mereka sama-sama tidak saling menyadari…
Hingga akhirnya, merekapun hanya saling berselisih
arah tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal.
==============
==============
13 tahun telah berlalu…
Tepat sekarang bulan Maret di tahun 2017…
Gadis itu masih ingat kode “bintang keberuntungan”
yang diajarkan Ryosuke padanya. Aina selalu membentuk kode itu dan
mengarahkannya ke langit setiap kali ia merindukan anak lelaki itu – Yamada
Ryosuke.
“Natal nanti… Akankah kau benar-benar datang?!”
Aina membatin yakin – yakin bahwa Martiannya itu akan benar-benar datang
menemuinya kelak di hari yang telah mereka sepakati 13 tahun lalu.
==============
==============
Pagi itu, Kei bangun kesiangan hingga hampir
terlambat ke kantor. Dan tak ada pilihan lain, Ainapun menawarkan untuk
mengantarkan Kei sebelum ia berangkat berjualan mie yang kebetulan lokasinya
berada di dekat kantor itu.
Mobil itupun akhirnya melaju…
Kei terlihat begitu tak tenang dengan cara Aina
mengemudi yang dapat dikatakan terlalu ngebut untuk seorang pengemudi wanita.
“Tenang saja paman, serahkan semua padaku…,”
dengan gerakan-gerakan tangannya, Aina mencoba menenangkan pria paruh baya di
sampingnya itu.
Ya…
Selama ini gadis itu memang tumbuh dengan bahasa
non-verbal yang mau tak mau memang harus ia lakukan mengingat ia tak lagi bisa
bicara – sebuah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seorang dengan keterbatasan
“bisu”, agar tetap mampu berkomunikasi.
==============
Takdir memang memiliki rencananya tersendiri…
Di hari itulah, hari di mana akan ada direktur
baru di perusahaan tempat Kei bekerja. Seorang direktur muda yang baru saja
menyelesaikan pendidikannya di London – pemuda yang menempati posisi itu
menggantikan ayahnya yang kini berposisi sebagai pengawas.
Yamada Ryosuke…
Ya,
Dialah pemuda itu…
==============
“Aina… Jangan lupa…,” Kei baru saja hendak
berpesan pada gadis itu untuk kembali mendatangi dokter, hanya saja
kata-katanya itu terpotong oleh gerakan Aina yang menunjuk-nunjuk jam
tangannya. “Paman, kau sudah hampir terlambat…” seperti itulah kata-kata yang
disampaikan gadis itu barusan biarpun hanya melalui gerakan-gerakan tangannya.
“Ah, oke… Aku berangkat dulu.” Keipun segera
keluar dari mobil yang mereka gunakan untuk berjualan mie itu dan dengan segera
berlari memasuki pintu perusahaannya.
“Eh…”
Aina baru saja hendak berlalu pergi namun
diurungkannya ketika menyadari kartu pegawai pamannya tertinggal.
Iapun dengan segera mencoba berlari menyusul
pamannya itu, namun kartu yang dipegangnya malah terjatuh sesaat setelah
terjadi tabrakan antara dirinya dengan seorang pegawai perusahaan itu.
Si gadis hendak mengambil kartu yang terjatuh
tersebut namun tiba-tiba sebuah kaki menginjak kartu itu.
Mata Ainapun segera mendongak, memandangi oknum
yang masih menginjak kartu yang hendak diambilnya itu.
Mata mereka saling bertemu…
Keduanya saling menatap cukup lama. Merasakan ada
suatu ikatan dan hal yang begitu familiar ketika pandangan mereka saling
bertemu tadi.
Matsumoto Ainami…
Ia tak tau bahwa orang yang dihadapannya itu tak
lain adalah Yamada Ryosuke – orang yang mengatai dirinya sebagai makhluk dari
planet Mars – Martiannya…
==============
Chap. 03 = Owari
==============
Next : Chapter 04
No comments:
Post a Comment
Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^