Monday 26 December 2011

Hey! Say! Jump Fanfiction - Crazy Competition Part 16

Author : Rin Fujiyama
Genre : Romance, Fantasy, Friendship
Cast : Ryosuke Yamada (HSJ), Yuya Takaki (HSJ), Daiki Arioka (HSJ), Kei Inoo (HSJ)
Guest : Sasuke Uchiha (N), Sakura Haruno (N), Harry Potter (HP), Hermione Granger (HP), Ryuu Amakusa (DDS), Megumi Minami (DDS)

*****************

[Daiki’s POV]
Aku tak percaya dengan apa yang aku dengar ini. Akupun segera berlari masuk ke dalam ruang di mana Ryosuke berada. Aku tak trima……. Dokter itu pasti berbohong…….

Dalam ruang yang sepi ini kulihat seseorang terbaring di ranjang dengan tubuh yang diselimuti kain putih. Perlahan aku mendekatinya. Tanganku bergetar hebat ketika aku mulai membuka kain putih yang menutupi wajah orang itu. Kakiku serasa lemas dan tak lagi kuat menopang tubuhku saat kulihat wajah adik yang sangat kusayangi terbaring tak bernyawa di hadapanku……


“Ryo-chan, bangun……” teriakku sambil menangis tersedu-sedu di samping ranjangnya.
“Kau yang paling muda di antara kami berempat, jadi kau tak boleh pergi duluan….” tambahku dengan perasaan yang hampir gila.



[Kei’s POV]
Dengan hati yang teramat takut aku berniat memberanikan diri tuk masuk ke ruangan itu. Aku bisa mendengar suara tangisan Daiki yang kali ini sudah benar-benar tidak bisa lagi ia bendung. Aku jadi semakin berat tuk melangkahkan kakiku. Aku takut…….

Aku melihat kak Yuya dengan tatapan kosongnya berjalan memasuki ruang itu. Akupun segera memantapkan hatiku tuk masuk bersama kak Yuya. Aku masih berharap bahwa semua tragedi ini hanyalah bualan belaka. Ryo-chan tak mungkin pergi.


[Yuya’s POV]
Aku melihat Daiki menangis tersedu-sedu di samping Ryosuke. Akupun melangkahkan kakiku perlahan menghampiri 2 adikku itu. Langkah yang terasa tramat berat……

Aku berdiri di belakang Daiki. Aku menatap wajah adik terkecilku yang saat ini sedang terbaring di ranjang ini. Ia begitu pucat…..

“Ryosuke…… Sudah waktunya makan malam……” kataku dengan nada bergetar pada adikku itu berharap ia akan segera membuka matanya.
Aku terus memandanginya. Tapi ia tak kunjung membuka matanya. Kini akupun sudah tak kuat lagi menahan sakit hati ini. Aku menangis. Menangis sambil memeluk erat tubuh adikku yang begitu dingin yang hanya tinggal raganya.

“Kenapa Ryo tak segera bangun, kak?” tanya Kei tiba-tiba dengan mata berkaca-kaca.
“Tolong bangunkan Ryo….!” tambahnya sambil menangis.


[Megumi’s POV]
Hatiku terasa hancur. Aku begitu menyukainya. Tapi kenapa ia harus pergi secepat ini… Kini aku bahkan tak berani menatap wajahnya. Semua terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Padahal semalam kami masih mengobrol bersama. Tapi sekarang………
Aku benar-benar tak kuat dengan cobaan ini. Aku serasa ingin segera menyusulnya di surga sana. Aku sudah terlanjur begitu mencintainya. Mencintai Ryosuke…..

“Ini semua salahmu…..” kata Kei tiba-tiba sambil berjalan ke arahku dan menarik kerah bajuku.
“Semua ini karena kecelakaan yang kau sebabkan 5 tahun yang lalu. Ryo mati karena kau. Kau yang telah membunuhnya!!” terangnya padaku dengan wajah terbakar amarah.
Aku sangat terkejut mendengar kata-katanya itu. Benarkah aku yang telah menyebabkan semua ini?!

“Ini semua karena salahmu!! Kau tlah membunuh adik kami!!” katanya menambahkan dengan wajah yang terlihat sedang berusaha menahan amarah.
“Kei, hentikan!” suara Yuya menggelegar membuat suasana hening tuk sesaat.


[Daiki’s POV]
Aku mendengar kata-kata Kei tadi. Ia bicara soal kecelakaan 5 tahun yang lalu.

“Gara-gara kecelakaan itu Ryo-chan mengalami luka di kepala. Itulah yang membuat ia jadi seperti ini sekarang. Membuatnya kehilangan nyawanya. Membuat kami kehilangan adik yang paling kami sayangi” kata Kei dengan nada tinggi ke arah Megumi dengan wajah berlinang air mata….
“Kau bilang apa tadi Kei?!” tanyaku dengan wajah tak percaya ke arah Kei yang masih memegang erat kerah Megumi. Aku memahami kata-kata Kei tadi sebagai suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa Megumilah yang menyebabkan kecelakaan kami 5 tahun yang lalu. Dan kepergian Ryo ini merupakan akibat dari luka yang pernah dideritanya akibat kecelakaan itu. Kini perasaanku bercampur aduk. Aku tak tahu harus merespon apa setelah mengetahui kenyataan ini. Kenyataan yang serasa sama sekali tak berguna setelah kepergiaan Ryo-chan…. Aku kembali meneteskan air mataku. Rasanya aku ingin berteriak sekencang mungkin tuk menumpahkan segala sesak di dada….

*****************

[Yuya’s POV]
Pagi ini begitu mendung. Hari ini adalah hari final kejuaraan itu. Seharusnya kami berempat sudah di stadion saat ini. Tapi kali ini semua terasa begitu sepi biarpun banyak orang yang bersama kami sekarang. Aku duduk bersama dua orang adikku, Kei dan Daiki, dengan pakaian kami yang serba hitam mengantarkan kepergian Ryosuke yang tak kan bisa kami lihat dan dengar lagi canda dan tawanya.
Aku, Kei, dan Daiki masih terlarut dalam isak tangis kami. Seandainya saja waktu itu lariku lebih cepat, mungkin semua tak akan jadi seperti ini. Mungkin Ryosuke bisa selamat. Mungkin sekarang kami tak perlu merasakan kepedihan seperti ini. Mungkin…….

“Andai saja ia tetap melanjutkan sekolahnya di SMA, mungkin semua ini tak kan terjadi padanya. Padahal ia belum genap 18 tahun.” suara Daiki bergetar berusaha menahan isak tangisnya.

Hermione berjalan ke arahku. Ia memegang erat kedua pundakku. Akupun memandangnya tuk sesaat dan kemudian kutundukkan kembali wajahku sambil menangis menyesali diriku yang tak bisa menjaga adik sendiri.
“Tolong biarkan aku sendiri.” kataku pada Hermione dan iapun segera berjalan meninggalkanku.


[Hermione’s POV]
Aku ingin sekali menghibur Yuya. Tapi saat ini mungkin lebih baik baginya jika ku biarkan ia sendiri dulu. Lagipula aku juga tak tahu bagaimana harus menghiburnya. Kehilangan seorang adik pasti sangatlah menyakitkan baginya.

Ryosuke….. Anak itu begitu berbakat. Ia adalah orang pertama yang mengalahkanku dalam pelajaran akademik. Aku hampir tak percaya saat mendengar kabar kematiannya yang begitu tiba-tiba.


[Megumi’s POV]
Semua orang berpakaian serba hitam. Aku tidak suka dengan pemandangan ini. Sejak Ryo-chan masuk rumah sakit kemarin, aku belum sempat melihat wajahnya. Hatiku masih teramat berat tuk mengakui dan mengikhlaskan kepergiaannya.

Ryosuke terbaring di dalam peti mati itu. Peti itu masih terbuka. Aku ingin sekali melihat wajahnya. Tapi aku benar-benar takut jika menyadari bahwa itu kan jadi terakhir kalinya ku lihat wajahnya yang begitu manis dan rupawan.

Semua ini memang salahku. Aku tak tahu kalau ulahku 5 tahun lalu yang seenaknya berlari menyeberang jalan akan berdampak sebesar ini. Semua ini teramat kebetulan…. Kenapa mesti mereka yang ada di dalam mobil itu?! Andai saja saat itu mobil mereka tak menghindariku, harusnya aku yang terbaring dalam peti itu. Bukan Ryo-chan…..


[Daiki’s POV]
Aku melihat anak-anak dari universitas ninja juga datang ke pemakaman ini. Sakura berjalan ke arah Ryosuke yang sedang terbaring dalam peti matinya. Aku tahu Sakura menaruh perasaan pada adikku itu. Tapi kali ini aku tak mempedulikannya. Hatiku sudah dipenuhi kesedihan mendalam karena kepergiaan Ryo-chan. Sebenarnya aku ingin marah pada kedua kakakku yang tak memberitahuku tentang penyakit Ryosuke. Tapi biarpun aku marah, itu semua sudah tak kan ada artinya…..

Aku melihat Sakura dan Sasuke berjalan ke arah kami. Mereka menjabat tangan kami dan mengucapkan bela sungkawa mereka. Aku, Kei, dan Yuya hanya bisa diam sambil mencoba tuk tersenyum.

*****************

[Kei’s POV]
Sudah saatnya kami memakamkan Ryosuke. Sampai saat inipun aku masih belum percaya kalau setelah ini aku sudah tak kan lagi bisa melihat adikku itu.
Tapi tiba-tiba kulihat orang-orang terlihat kaget memandang ke arah peti itu. Akupun segera mengarahkan pandanganku ke tempat adikku saat ini sedang terbaring.
“Nani?!” aku tak percaya dengan apa yang kulihat ini. Kulihat Ryosuke terduduk dengan wajahnya yang putih dan pucat tengah memandang heran ke arah kami. Kulihat ia segera ke luar dari peti itu dan berjalan ke arahku, kak Yuya, dan Daiki. Wajahnya saat ini benar-benar terlihat bagai mayat. Tapi bukan itu yang ada di kepalaku sekarang….
Akupun segera berlari ke arahnya. Begitu juga dengan kak Yuya dan Daiki. Kami bertiga memeluknya erat. Aku ingin meyakinkan diriku bahwa orang yang aku peluk ini benar-benar Ryosuke.

Ada apa ini, kak? Siapa yang meninggal?” tanya anak itu polos ke arah kami. Kami tak mempedulikan pertanyaannya itu. Kami terus memeluknya. Memeluknya erat agar ia tak pergi lagi….


[Yuya’s POV]
Semua ini terasa bagai mimpi melihat Ryosuke kembali bicara pada kami. Aku masih belum ingin melepaskan pelukanku ini. Aku masih bisa merasakan badannya yang begitu dingin. Kini akupun melepaskan pelukanku. Aku memandang lekat ke wajah adikku itu sambil memegangi wajahnya dengan tangan kananku. Tanpa kusadari, air mataku kembali mengalir dan akupun segera kembali memeluknya setelah meyakinkan hatiku bahwa ia benar-benar Ryosuke.

Ada apa ni, kak? Ayolah… Britahu Ryo. Ada apa ini?” tanyanya lagi. Tapi tentu saja kami tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaannya itu.


[Megumi’s POV]
Aku memandang dari kejauhan melihat orang yang aku sukai kembali ke dunia nyata ini. Aku ingin segera berlari ke arahnya dan memeluknya erat seperti yang dilakukan kakak-kakaknya. Tapi ntah kenapa aku tak berani tuk mendekatinya saat ini. Perasaanku benar-benar kacau mengingat aku hampir saja menghancurkan keluarga itu untuk kedua kalinya.


[Ryosuke’s POV]
Aku bingung melihat semua ini. Di makam seperti ini memangnya siapa yang meninggal?! Tapi perlahan aku kembali mengingat kejadian kemarin. Saat kepalaku terasa teramat sakit dan nafasku terasa begitu berat. Apakah pemakaman ini untukku?! Melihat respon kakak-kakakku saat melihatku tadi, akupun menyadari, pemakaman ini memang untukku.

“Ryo tak kan meninggalkan kalian.” kataku pada kakak-kakakku dengan sedikit senyum di bibirku.


[Daiki’s POV]
“Huaa…. Ryo-chan….. Aku tahu kau tak mungkin meninggalkan kami.” aku menangis terharu bisa melihat dan mendengar ocehan adikku ini lagi.
“Syukurlah kau kembali…..” kata Kei menambahkan.
Aku begitu bahagia saat ini. Tapi……..

Sesaat kemudian aku mendengar suara tarikan nafas yang dalam dari Ryosuke. Akupun segera memandang wajahnya, begitu juga dengan Kei dan Yuya. Kami melihat tatapan kosong dari mata adik kami itu dan iapun langsung terjatuh dalam pelukan Yuya. Ia kembali terjatuh tak bernafas. Kini jantungku berdetak teramat kencang. Aku melihat Yuya dan Kei sama paniknya denganku.

“Ryosuke…… Kau kenapa?!” tanya Yuya dengan begitu panik.
“Biarkan aku membawanya ke rumah sakit.” suara Sasuke terdengar dari belakang kami dan iapun segera menggendong adik kami itu tanpa menunggu persetujuan dari kami.
“Segera susul aku ke rumah sakit!” teriaknya pada kami sambil berlari cepat dengan membawa adik kami yang tiba-tiba kembali roboh dan sudah tak bernafas itu…..

Kami bertigapun segera memacu kencang mobil kami mengejar Sasuke yang sudah tak bisa lagi kami lihat….
Ryo-chan….. Kau tak boleh membuat hati kami hancur tuk kedua kalinya…..



To Be Continue………..

*******************************

2 comments:

Mohon komentar sahabat demi kemajuan blog ini.
Terima kasih ^^

Followers