Author : Rin Fujiyama
Genre : Romance, Fantasy, Friendship
Cast : Ryosuke Yamada (HSJ), Yuya Takaki
(HSJ), Daiki Arioka (HSJ), Kei Inoo (HSJ)
Guest : Sasuke Uchiha (N), Sakura Haruno
(N), Harry Potter (HP), Hermione Granger (HP), Ryuu Amakusa (DDS), Megumi
Minami (DDS)
*****************
[Daiki’s POV]
Aku tak percaya dengan apa yang aku dengar
ini. Akupun segera berlari masuk ke dalam ruang di mana Ryosuke berada. Aku tak
trima……. Dokter itu pasti berbohong…….
Dalam ruang yang sepi ini kulihat seseorang
terbaring di ranjang dengan tubuh yang diselimuti kain putih. Perlahan aku
mendekatinya. Tanganku bergetar hebat ketika aku mulai membuka kain putih yang
menutupi wajah orang itu. Kakiku serasa lemas dan tak lagi kuat menopang
tubuhku saat kulihat wajah adik yang sangat kusayangi terbaring tak bernyawa di
hadapanku……
“Ryo-chan, bangun……” teriakku sambil
menangis tersedu-sedu di samping ranjangnya.
“Kau yang paling muda di antara kami
berempat, jadi kau tak boleh pergi duluan….” tambahku dengan perasaan yang
hampir gila.
[Kei’s POV]
Dengan hati yang teramat takut aku berniat memberanikan
diri tuk masuk ke ruangan itu. Aku bisa mendengar suara tangisan Daiki yang
kali ini sudah benar-benar tidak bisa lagi ia bendung. Aku jadi semakin berat
tuk melangkahkan kakiku. Aku takut…….
Aku melihat kak Yuya dengan tatapan
kosongnya berjalan memasuki ruang itu. Akupun segera memantapkan hatiku tuk
masuk bersama kak Yuya. Aku masih berharap bahwa semua tragedi ini hanyalah
bualan belaka. Ryo-chan tak mungkin pergi.
[Yuya’s POV]
Aku melihat Daiki menangis tersedu-sedu di
samping Ryosuke. Akupun melangkahkan kakiku perlahan menghampiri 2 adikku itu.
Langkah yang terasa tramat berat……
Aku berdiri di belakang Daiki. Aku menatap
wajah adik terkecilku yang saat ini sedang terbaring di ranjang ini. Ia begitu
pucat…..
“Ryosuke…… Sudah waktunya makan malam……”
kataku dengan nada bergetar pada adikku itu berharap ia akan segera membuka
matanya.
Aku terus memandanginya. Tapi ia tak
kunjung membuka matanya. Kini akupun sudah tak kuat lagi menahan sakit hati
ini. Aku menangis. Menangis sambil memeluk erat tubuh adikku yang begitu dingin
yang hanya tinggal raganya.
“Kenapa Ryo tak segera bangun, kak?” tanya
Kei tiba-tiba dengan mata berkaca-kaca.
“Tolong bangunkan Ryo….!” tambahnya sambil menangis.
[Megumi’s POV]
Hatiku terasa hancur. Aku begitu
menyukainya. Tapi kenapa ia harus pergi secepat ini… Kini aku bahkan tak berani
menatap wajahnya. Semua terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Padahal semalam
kami masih mengobrol bersama. Tapi sekarang………
Aku benar-benar tak kuat dengan cobaan ini.
Aku serasa ingin segera menyusulnya di surga sana . Aku sudah terlanjur begitu
mencintainya. Mencintai Ryosuke…..
“Ini semua salahmu…..” kata Kei tiba-tiba
sambil berjalan ke arahku dan menarik kerah bajuku.
“Semua ini karena kecelakaan yang kau
sebabkan 5 tahun yang lalu. Ryo mati karena kau. Kau yang telah membunuhnya!!”
terangnya padaku dengan wajah terbakar amarah.
Aku sangat terkejut mendengar kata-katanya
itu. Benarkah aku yang telah menyebabkan semua ini?!
“Ini semua karena salahmu!! Kau tlah
membunuh adik kami!!” katanya menambahkan dengan wajah yang terlihat sedang
berusaha menahan amarah.
“Kei, hentikan!” suara Yuya menggelegar
membuat suasana hening tuk sesaat.
[Daiki’s POV]
Aku mendengar kata-kata Kei tadi. Ia bicara
soal kecelakaan 5 tahun yang lalu.
“Gara-gara kecelakaan itu Ryo-chan mengalami
luka di kepala. Itulah yang membuat ia jadi seperti ini sekarang. Membuatnya
kehilangan nyawanya. Membuat kami kehilangan adik yang paling kami sayangi”
kata Kei dengan nada tinggi ke arah Megumi dengan wajah berlinang air mata….
“Kau bilang apa tadi Kei?!” tanyaku dengan
wajah tak percaya ke arah Kei yang masih memegang erat kerah Megumi. Aku
memahami kata-kata Kei tadi sebagai suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa
Megumilah yang menyebabkan kecelakaan kami 5 tahun yang lalu. Dan kepergian Ryo
ini merupakan akibat dari luka yang pernah dideritanya akibat kecelakaan itu.
Kini perasaanku bercampur aduk. Aku tak tahu harus merespon apa setelah
mengetahui kenyataan ini. Kenyataan yang serasa sama sekali tak berguna setelah
kepergiaan Ryo-chan…. Aku kembali meneteskan air mataku. Rasanya aku ingin
berteriak sekencang mungkin tuk menumpahkan segala sesak di dada….
*****************
[Yuya’s POV]
Pagi ini begitu mendung. Hari ini adalah
hari final kejuaraan itu. Seharusnya kami berempat sudah di stadion saat ini.
Tapi kali ini semua terasa begitu sepi biarpun banyak orang yang bersama kami
sekarang. Aku duduk bersama dua orang adikku, Kei dan Daiki, dengan pakaian
kami yang serba hitam mengantarkan kepergian Ryosuke yang tak kan bisa kami lihat dan dengar lagi canda
dan tawanya.
Aku, Kei, dan Daiki masih terlarut dalam
isak tangis kami. Seandainya saja waktu itu lariku lebih cepat, mungkin semua
tak akan jadi seperti ini. Mungkin Ryosuke bisa selamat. Mungkin sekarang kami
tak perlu merasakan kepedihan seperti ini. Mungkin…….
“Andai saja ia tetap melanjutkan sekolahnya
di SMA, mungkin semua ini tak kan
terjadi padanya. Padahal ia belum genap 18 tahun.” suara Daiki bergetar
berusaha menahan isak tangisnya.
Hermione berjalan ke arahku. Ia memegang
erat kedua pundakku. Akupun memandangnya tuk sesaat dan kemudian kutundukkan
kembali wajahku sambil menangis menyesali diriku yang tak bisa menjaga adik
sendiri.
“Tolong biarkan aku sendiri.” kataku pada
Hermione dan iapun segera berjalan meninggalkanku.
[Hermione’s POV]
Aku ingin sekali menghibur Yuya. Tapi saat
ini mungkin lebih baik baginya jika ku biarkan ia sendiri dulu. Lagipula aku
juga tak tahu bagaimana harus menghiburnya. Kehilangan seorang adik pasti
sangatlah menyakitkan baginya.
Ryosuke….. Anak itu begitu berbakat. Ia
adalah orang pertama yang mengalahkanku dalam pelajaran akademik. Aku hampir
tak percaya saat mendengar kabar kematiannya yang begitu tiba-tiba.
[Megumi’s POV]
Semua orang berpakaian serba hitam. Aku
tidak suka dengan pemandangan ini. Sejak Ryo-chan masuk rumah sakit kemarin,
aku belum sempat melihat wajahnya. Hatiku masih teramat berat tuk mengakui dan mengikhlaskan
kepergiaannya.
Ryosuke terbaring di dalam peti mati itu.
Peti itu masih terbuka. Aku ingin sekali melihat wajahnya. Tapi aku benar-benar
takut jika menyadari bahwa itu kan
jadi terakhir kalinya ku lihat wajahnya yang begitu manis dan rupawan.
Semua ini memang salahku. Aku tak tahu
kalau ulahku 5 tahun lalu yang seenaknya berlari menyeberang jalan akan
berdampak sebesar ini. Semua ini teramat kebetulan…. Kenapa mesti mereka yang
ada di dalam mobil itu?! Andai saja saat itu mobil mereka tak menghindariku,
harusnya aku yang terbaring dalam peti itu. Bukan Ryo-chan…..
[Daiki’s POV]
Aku melihat anak-anak dari universitas
ninja juga datang ke pemakaman ini. Sakura berjalan ke arah Ryosuke yang sedang
terbaring dalam peti matinya. Aku tahu Sakura menaruh perasaan pada adikku itu.
Tapi kali ini aku tak mempedulikannya. Hatiku sudah dipenuhi kesedihan mendalam
karena kepergiaan Ryo-chan. Sebenarnya aku ingin marah pada kedua kakakku yang
tak memberitahuku tentang penyakit Ryosuke. Tapi biarpun aku marah, itu semua sudah
tak kan ada
artinya…..
Aku melihat Sakura dan Sasuke berjalan ke
arah kami. Mereka menjabat tangan kami dan mengucapkan bela sungkawa mereka.
Aku, Kei, dan Yuya hanya bisa diam sambil mencoba tuk tersenyum.
*****************
[Kei’s POV]
Sudah saatnya kami memakamkan Ryosuke.
Sampai saat inipun aku masih belum percaya kalau setelah ini aku sudah tak kan lagi bisa melihat
adikku itu.
Tapi tiba-tiba kulihat orang-orang terlihat
kaget memandang ke arah peti itu. Akupun segera mengarahkan pandanganku ke
tempat adikku saat ini sedang terbaring.
“Nani?!” aku tak percaya dengan apa yang
kulihat ini. Kulihat Ryosuke terduduk dengan wajahnya yang putih dan pucat
tengah memandang heran ke arah kami. Kulihat ia segera ke luar dari peti itu
dan berjalan ke arahku, kak Yuya, dan Daiki. Wajahnya saat ini benar-benar
terlihat bagai mayat. Tapi bukan itu yang ada di kepalaku sekarang….
Akupun segera berlari ke arahnya. Begitu
juga dengan kak Yuya dan Daiki. Kami bertiga memeluknya erat. Aku ingin
meyakinkan diriku bahwa orang yang aku peluk ini benar-benar Ryosuke.
“Ada
apa ini, kak? Siapa yang meninggal?” tanya anak itu polos ke arah kami. Kami
tak mempedulikan pertanyaannya itu. Kami terus memeluknya. Memeluknya erat agar
ia tak pergi lagi….
[Yuya’s POV]
Semua ini terasa bagai mimpi melihat
Ryosuke kembali bicara pada kami. Aku masih belum ingin melepaskan pelukanku
ini. Aku masih bisa merasakan badannya yang begitu dingin. Kini akupun
melepaskan pelukanku. Aku memandang lekat ke wajah adikku itu sambil memegangi
wajahnya dengan tangan kananku. Tanpa kusadari, air mataku kembali mengalir dan
akupun segera kembali memeluknya setelah meyakinkan hatiku bahwa ia benar-benar
Ryosuke.
“Ada
apa ni, kak? Ayolah… Britahu Ryo. Ada
apa ini?” tanyanya lagi. Tapi tentu saja kami tak tahu bagaimana harus menjawab
pertanyaannya itu.
[Megumi’s POV]
Aku memandang dari kejauhan melihat orang
yang aku sukai kembali ke dunia nyata ini. Aku ingin segera berlari ke arahnya
dan memeluknya erat seperti yang dilakukan kakak-kakaknya. Tapi ntah kenapa aku
tak berani tuk mendekatinya saat ini. Perasaanku benar-benar kacau mengingat
aku hampir saja menghancurkan keluarga itu untuk kedua kalinya.
[Ryosuke’s POV]
Aku bingung melihat semua ini. Di makam
seperti ini memangnya siapa yang meninggal?! Tapi perlahan aku kembali
mengingat kejadian kemarin. Saat kepalaku terasa teramat sakit dan nafasku
terasa begitu berat. Apakah pemakaman ini untukku?! Melihat respon
kakak-kakakku saat melihatku tadi, akupun menyadari, pemakaman ini memang
untukku.
“Ryo tak kan meninggalkan kalian.” kataku pada
kakak-kakakku dengan sedikit senyum di bibirku.
[Daiki’s POV]
“Huaa…. Ryo-chan….. Aku tahu kau tak
mungkin meninggalkan kami.” aku menangis terharu bisa melihat dan mendengar
ocehan adikku ini lagi.
“Syukurlah kau kembali…..” kata Kei
menambahkan.
Aku begitu bahagia saat ini. Tapi……..
Sesaat kemudian aku mendengar suara tarikan
nafas yang dalam dari Ryosuke. Akupun segera memandang wajahnya, begitu juga
dengan Kei dan Yuya. Kami melihat tatapan kosong dari mata adik kami itu dan
iapun langsung terjatuh dalam pelukan Yuya. Ia kembali terjatuh tak bernafas.
Kini jantungku berdetak teramat kencang. Aku melihat Yuya dan Kei sama paniknya
denganku.
“Ryosuke…… Kau kenapa?!” tanya Yuya dengan
begitu panik.
“Biarkan aku membawanya ke rumah sakit.”
suara Sasuke terdengar dari belakang kami dan iapun segera menggendong adik
kami itu tanpa menunggu persetujuan dari kami.
“Segera susul aku ke rumah sakit!”
teriaknya pada kami sambil berlari cepat dengan membawa adik kami yang
tiba-tiba kembali roboh dan sudah tak bernafas itu…..
Kami bertigapun segera memacu kencang mobil
kami mengejar Sasuke yang sudah tak bisa lagi kami lihat….
Ryo-chan….. Kau tak boleh membuat hati kami
hancur tuk kedua kalinya…..
To Be Continue………..
*******************************
AYOLAH!!! AKU PENASARAN TTATT *beli tisu*
ReplyDeleteudah tuh ^^
Delete